memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp 2.559.777 dengan rata-rata luas lahan yang digarap sebesar 0,5 hektar. Range pendapatan tersebut berkisar dari Rp
238.330 sampai dengan Rp 10.421.750 per tahun. Selain melihat seberapa besar pendapatan dan luas lahan garapan, perlu pula mengetahui tingkat tanggungan
keluarga. Dalam penelitian ini, pengertian tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang belum bisa menenuhi kebutuhannya dan masih dibiayai
oleh petani responden, termasuk petani itu sendiri. Rata-rata tanggungan keluarga responden yang bersedia membayar iuran sebanyak 3,9 orang. Jumlah tersebut
menunjukkan bahwa responden cenderung memiliki jumlah anggota keluarga yang tidak banyak, sehingga cenderung bersedia membayar iuran irigasi, apalagi
terdapat 14 responden 40 persen dari total responden memiliki sumber penghasilan lain.
7.3.3 Faktor-faktor yang Memepengaruhi WTP Petani terhadap Peningkatan Pelayanan Irigasi
Pada Tabel 20 menunjukkan hasil analisis fungsi WTP responden yang bersedia untuk membayar iuran pengelolaan irigasi dengan nilai tengah WTP
responden dalam satu tahun sebagai variabel respon. Model yang dihasilkan dalam penelitian ini cukup baik. Hal ini
ditunjukkan oleh R
2
yang diperoleh sebesar 47,4 persen yang berarti 47,4 persen keragaman WTP petani terhadap iuran irigasi dapat diterangkan oleh keragaman
variabel-variabel penjelas yang terdapat dalam model, sedangkan sisanya sebesar 52,6 persen diterangkan oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Nilai
F
hitung
sebesar 2,16 dengan nilai-P sebesar 0,059 menunjukkan bahwa variabel-
variabel penjelas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP petani terhadap iuran pengelolaan irigasi pada
α = 10 persen. Pada Tabel 20 terlihat bahwa dari sepuluh variabel penjelas dalam fungsi,
empat variabel berpengaruh nyata terhadap besarnya WTP petani pada selang kepercayaan 95 persen dan 90 persen. Variabel umur berpengaruh nyata pada
α = 10 persen dengan arah negatif yang berarti bahwa semakin tua umur petani maka
petani cenderung memperkecil tingkat WTPnya. Artinya, jika umur petani bertambah satu satuan tahun, maka tingkat WTP berkurang sebesar Rp 456,7. Hal
ini sesuai dengan hipotesis awal.
Tabel 20. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP No. Parameter Koefisien
P-Value VIF
1. Konstanta 82132
0,000 2. Umur
tahun -456,7
0,088 3,0
3. Tingkat Pendidikan
tahun -1683,6
0,021 2,1
4. Pengetahuan Iuran Irigasi
-2647 0,539
1,1 5.
Tingkat Pelayanan Irigasi 12862
0,169 7,4
6. Peranserta dalam OP
-2499 0,569
1,2 7.
Kepercayaan terhadap P3A -3775
0,662 7,1
8. Pengalaman Berusahatani tahun
-166,1 0,173
2,2 9.
Pendapatan Rptahun -31,24
0,008 2,0
10. Tanggungan Keluarga
-378,9 0,666
1,3 11.
Luas Lahan Garapan kotak 23335
0,007 2,1
S = 8269,39 R-Sq = 47,4 R-Sqadj = 25,4
Analysis of Variance Source DF F P
Regression 10 2,16 0,059
Residual Error 24 Total 34
Ket : = taraf nyata α 10 persen
Variabel tingkat pendidikan berpengaruh nyata pada α = 10 persen dengan
arah negatif. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin rendah tingkat WTPnya, dimana setiap kenaikan satu satuan tingkat
pendidikan maka tingkat WTP petani turun sebesar Rp 1683,6. Ini terjadi karena petani yang mempunyai pendidikan lebih rendah cenderung untuk setuju dengan
iuran irigasi yang telah ditetapkan. Hal ini berbeda dengan petani yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi, karena mereka akan mempunyai pola
berpikir yang lebih baik dalam meningkatkan produksi padi sehingga mereka lebih mengetahui bagaimana cara mengatur air agar mencukupi kebutuhan
tanaman dan jaringan yang ada harus berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, untuk mencukupi kebutuhan tanaman dan agar jaringan yang ada dapat berfungsi
dengan baik maka petani yang mempunyai pendidikan lebih rendah membayar iuran pengelolaan irigasi untuk meningkatkan produksi dibandingkan petani yang
mempunyai pendidikan tinggi. Variabel pendapatan berpengaruh nyata pada
α = 10 persen dengan arah negatif, berarti semakin besar keuntungan yang diperoleh petani maka petani akan
memperkecil tingkat WTPnya sebesar Rp 31,24. Ini terjadi karena petani yang mempunyai pendapatan lebih rendah lebih mempunyai kesadaran untuk
membayar iuran pengelolaan irigasi untuk meningkatkan produksi dibandingkan petani yang mempunyai pendapatan tinggi.
Variabel lain yang berpengaruh nyata adalah variabel luas lahan garapan berpengaruh nyata pada
α = 10 persen dengan arah positif. Hal ini berarti semakin besar luas lahan petani maka petani cenderung memperbesar tingkat WTPnya.
Artinya, jika luas lahan garapan petani meningkat satu satuan kotak, maka tingkat WTP meningkat sebesar Rp 23.335.