Kesediaan Petani Membayar Iuran Pengelolaan Irigasi
informasi iuran irigasi yang telah sampai kepada petani sedapat mungkin dapat menghindari kesalahpahaman dari petani mengenai iuran irigasi, sehingga
diharapkan tidak muncul kecurigaan dan keraguan. Petani akan paham mengenai tentang iuran irigasi pada saat akan diminta untuk membayar iuran.
Tabel 15. Deskripsi Variabel Penjelas yang Bersifat Dummy dalam Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Petani Membayar Iuran Pengelolaan Irigasi
Respon terhadap Iuran Irigasi
No. Variabel Penjelas
Bersedia Tidak
Bersedia Jumlah
orang Persentase
1. Pengetahuan Iuran Irigasi
Tidak Tahu Tahu
5 30
10 5
40 11
89
2. Tingkat Pelayanan
Tidak Baik Baik
8 27
1 9
9 36
20 80
3. Peranserta dalam OP
Tidak Aktif Aktif
5 30
4 6
9 36
20 80
4. Kepercayaan Terhadap P3A
Tidak Percaya Percaya
9 26
1 9
10 35
22 78
2. Tingkat Pelayanan
Pelayanan sering dijadikan masalah apabila kondisinya tidak adil. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa petani, dijelaskan bahwa terdapat
sekelompok petani yang tidak mendapatkan air sehingga muncul konflik di antara mereka yang menyebabkan kecurangan dalam pengambilan air oleh petani. Oleh
karena itu, pihak P3A mencoba bersikap tegas dalam pengelolaan distribusi air irigasi.
Dalam penelitian ini tidak semua responden menyatakan baik terhadap tingkat pelayanan irigasi yang telah diterimanya. Indikator dari tingkat pelayanan
irigasi yang baik adalah apabila kebutuhan tanaman padi yang digarap oleh masing-masing petani telah mendapatkan air sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan dan waktu yang tepat, serta adanya pemeliharaan terhadap saluran- saluran irigasi.
Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa terdapat 9 petani responden 20 persen menyatakan pelayanan saat ini tidak baik, dimana masih banyak saluran
tersier atau kuarter yang belum permanen, sehingga kualitas bangunan yang rendah menyebabkan aliran air tidak lancar serta tidak sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Kondisi lain yang dirasakan terhadap pelayanan irigasi adalah apabila terjadi banjir maka tanggul-tanggul menjadi rusak sehingga dapat menggenai
seluruh wilayah persawahan. Selain itu, distribusi air yang tidak merata ke lahan sawah petani, sehingga menyebabkan produktivitas padi menurun.
3. Peranserta dalam OP
Peranserta petani yang aktif ditunjukkan dengan adanya keikutsertaan petani dalam pertemuanrapat yang diadakan oleh P3A sebanyak minimal satu
bulan sekali, rutin mengikuti gotong-royong dalam pemeliharaan saluran air dan ikurserta dalam pembayaran iuran. Pertemuan P3A biasanya diselenggarakan
sebanyak satu kali dalam seminggu. Untuk kegiatan gotong-royong membersihkan saluran irigasi di sawah dilakukan apabila terjadi kerusakan.
Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa 9 petani responden 20 persen menyatakan tidak aktif dalam pelaksanaan OP rigasi. Hal ini dikarenakan petani
tersebut mempunyai pekerjaan diluar usahatani yang sering membutuhkan waktu yang lama sehingga tidak dapat mengikuti kegiatan P3A secara rutin. Selain itu,
ada juga karena faktor usia sehingga tidak memungkinkan untuk mengikuti kegiatan gotong-royong.
4. Kepercayaan terhadap P3A
Kepercayaan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Secara logika, bila petani sudah tidak percaya terhadap pengelolaan irigasi yang
dilakukan oleh pengurus P3A, maka mereka cenderung tidak mau membayar iuran irigasi. Tingkat kepercayaan dalam penelitian ini didasarkan pada kinerja
anggota P3A dalam memberikan pelayanan irigasi. Dengan pertanyaan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila petani tidak mendapatkan
pelayanan yang baik, maka petani akan enggan untuk membayar. Pada Tabel 15 terlihat bahwa 10 petani responden 22 persen tidak
percaya terhadap pengelolaan irigasi yang dilakukan oleh P3A. Beberapa alasan yang melatarbelakangi petani tidak percaya terhadap P3A adalah adanya
ketidakpuasan petani terhadap pembagian air, kerusakan bangunan yang tidak segera diperbaiki, dan tidak ada keterbukaan terhadap penggunaan dana iuran
irigasi kepada anggota. Kondisi demikian diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi P3A untuk meningkatkan pelayanan irigasi.
7.2 Hasil Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesediaan Petani Membayar Iuran Pengelolaan Irigasi
Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel penjelas terhadap peluang petani tentang kesediaan membayar iuran pengelolaan irigasi dalam model
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis Logistic Regression Model atau fungsi logit. Analisis tersebut menggunakan enam variabel yang
menerangkan diperoleh hasil bahwa ternyata ada empat variabel berpengaruh
nyata terhadap kesediaan petani membayar iuran dengan taraf nyata α 10 persen.
Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Petani membayar Iuran Pengelolaan Irigasi
No. Parameter Koefisien
P-Value Odds
Ratio 1. Konstanta
8,66345 0,090
- 2. Umur
tahun -0.0975844
0,177 0,91
3. Tingkat Pendidikan
tahun -0,478116
0,044 0,62
4. Pengetahuan Iuran Irigasi
Tahu -1,83654 0,308
0,16 5.
Tingkat Pelayanan Irigasi Baik 3,01058
0,028 20,30
6. Peranserta dalam OP
Aktif 2,48954 0,035
12,06 7.
Kepercayaan terhadap P3A Percaya -2,01462
0,196 0,13
Log-Likelihood = -14,663 Test that all slopes are zero: G = 18,347; DF = 6; P-Value = 0,005
Goodness-of-Fit Tests Method Chi-Square DF P
Pearson 30,6109 32 0,537 Deviance 26,5538 32 0,739
Hosmer-Lemeshow 10,8864 8 0,208 Ket :
= taraf nyata α 10 persen
Berdasarkan hasil log-likelihood sebesar -14,663 menghasilkan statistik G sebesar 18,347 dengan nilai P sebesar 0,005 yang berarti secara serentak variabel
penjelas yang dimasukkan ke dalam model berpengaruh nyata terhadap peluang petani bersedia atau tidak membayar iuran pelayanan irigasi. Selain itu, dengan
melihat pada statistik Pearson, Deviance, Hosmer-Lemeshow sebesar 0,537; 0,739; dan 0,208 dimana nilai P tersebut lebih besar dari
α = 10 persen, maka model regresi yang dihasilkan cukup layak.
Variabel tingkat pendidikan berpengaruh nyata pada α = 10 persen dengan
arah negatif yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin kecil kesadaran petani untuk membayar iuran. Nilai odds ratio tingkat
pendidikan petani sebesar 0,62 artinya petani yang mempunyai tingkat pendidikan lebih rendah cenderung untuk bersedia membayar iuran irigasi dibandingkan
petani yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi. Dengan kata lain, pada kondisi variabel konstan, petani yang mempunyai pendidikan lebih rendah akan
memiliki peluang sebesar 0,62 kali dalam membayar iuran irigasi dari petani yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi.
Hal ini terjadi karena sebagian besar petani responden mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, sehingga mereka
cenderung untuk setuju dengan iuran irigasi yang telah ditetapkan. Variabel tingkat pelayanan irigasi berpengaruh nyata pada
α = 10 persen dengan arah positif yang berarti bahwa adanya tingkat pelayanan irigasi yang baik
maka petani cenderung bersedia untuk membayar iuran. Berkaitan dengan masalah tingkat pelayanan irigasi tidak hanya menyangkut tentang pembagian air
yang merata dan tepat waktu tetapi juga fungsi dari jaringan irigasi yang ada. Responden mengganggap pelayanan irigasi yang diterimanya tidak baik apabila
telah membayar iuran irigasi tetapi jaringan irigasi yang ada kurang berfungsi dan alokasi air yang tidak tepat waktu.
Jika dilihat dari koefisien dari variabel pelayanan sebesar 3,01 dan nilai odds ratio
tingkat pelayanan petani sebesar 20,30 artinya petani yang mendapatkan pelayanan irigasi yang baik mempunyai kecenderungan bersedia
untuk membayar iuran irigasi secara lunas dibandingkan dengan petani yang pelayanan irigasinya tidak baik. Dengan kata lain, pada kondisi variabel konstan,
petani yang mendapatkan pelayanan irigasi yang baik memiliki peluang sebesar 20,30 kali dalam membayar iuran irigasi dari petani yang mendapatkan pelayanan
tidak baik. Nilai odds ratio tersebut adalah sangat besar apabila dibandingkan
dengan variabel lainnya yang berpengaruh. Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan bahwa tingkat pelayanan irigasi memegang peranan yang penting
dalam faktor irigasi, sehingga hasil ini memperkuat bahwa tingkat pelayanan irigasi perlu mendapat perhatian yang lebih besar dengan disertai peningkatan
kualitas jaringan. Variabel peranserta petani dalam kegiatan OP irigasi berpengaruh nyata
pada α = 10 persen dengan arah positif yang berarti keaktifan petani dalam
mengikuti pertemuanrapat yang diadakan oleh P3A dan kegiatan OP irigasi sehingga mendorong petani untuk bersedia membayar iuran. Berdasarkan nilai
koefisien sebesar 2,49 dan nilai odds ratio peranserta petani sebesar 12,06 artinya petani yang aktif dalam mengikuti OP irigasi memiliki peluang untuk membayar
iuran irigasi sebesar 12,06 kali dari petani yang tidak aktif. Besarnya nilai tersebut
mengindikasikan bahwa pengalaman petani dalam mengikuti kegiatan gotong- royong membersihkan dan memperbaiki saluran akan berdampak pada
pengetahuan dan pemikiran mereka bahwa pemeliharaan jaringan irigasi sangat penting untuk diperhatikan dan membutuhkan banyak biaya. Oleh karena itu,
peranserta mereka sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan petani untuk membayar iuran pengelolaan irigasi.
Variabel umur tidak berpengaruh nyata pada α = 10 persen dengan arah
negatif yang berarti semakin bertambahnya umur petani maka tidak mempengaruhi petani dalam kesediaannya membayar iuran. Berdasarkan logika
bahwa berapapun umur petani baik secara fisik seseorang berkurang kemampuannya dalam mengikuti gotong-royong atau kegiatan OP irigasi maka
petani akan cenderung akan membayar iuran sebagai ganti atas ketidakhadirannya dalam kegiatan OP. Tetapi pada kenyataannya variabel tersebut tidak
berpengaruh. Variabel lain yang tidak berpengaruh nyata adalah pengetahuan petani
tentang iuran pengelolaan irigasi dan kepercayaan petani terhadap P3A. Fenomena yang menarik berkaitan tentang pengetahuan petani tentang iuran
irigasi diharapkan petani mengetahui dan memahami tujuan dari diterapkannya iuran irigasi dan transparan terhadap alokasi dana yang telah terkumpul, sehingga
akan mendorong untuk membayar iuran. Begitu pula dengan kepercayaan petani terhadap P3A diharapkan pengelolaan irigasi yang telah dilakukan oleh P3A dapat
dipercaya petani sehingga dengan kesadaran petani bersedia dalam membayar iuran yang telah disepakati namun ternyata kedua variabel tersebut tidak
berpengaruh.
7.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi WTP 7.3.1 Karakteristik Responden
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi WTP petani digunakan sampel petani yang bersedia membayar iuran pengelolaan irigasi
sebanyak 35 orang seperti pada metode CVM. Karakteristik responden dapat dilihat dari umur dan tingkat pendidikan petani. Penyebaran karakteristik
responden bersedia membayar iuran disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Penyebaran Karakteristik Responden Bersedia Membayar Iuran Keterangan Jumlah
Responden orang
Persentase
1. Berdasarkan Umur:
40 40 – 55
55 Total Responden:
2 22
11 35
5,7 62,9
31,4 100
2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan:
Tidak Tamat SD Tamat SD
Tamat SLTP Tamat SLTA
Total Responden: 16
15 1
3 35
45,7 42,8
2,9 8,6
100
3. Berdasarkan Pengalaman Berusahatani:
≤ 10 11 – 20
21 – 30 31 – 40
≥ 40 Total Responden:
14 5
5 5
6 35
40 14,29
14,29 14,28
17,14 100
Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa responden memiliki karakteristik yang sama dengan total responden yaitu sebagian besar termasuk ke
dalam generasi tua, hal ini ditunjukkan oleh persentase terbesar yaitu 62,9 persen berumur 40-55 tahun dan 31,4 persen berumur lebih dari 55 tahun. Apabila
jumlah responden tersebut dibandingkan total responden, maka dapat disimpulkan bahwa banyaknya petani yang tidak bersedia membayar iuran irigasi pada selang
umur 40-55 tahun terdapat 6 orang dan berumur lebih dari 55 tahun terdapat 4 orang.
Karakteristik responden dapat diketahui melalui tingkat pendidikan petani yang cenderung sama dengan karakteristik total responden yaitu sebagian besar
berpendidikan rendah. Berdasarkan Tabel 17 terlihat bahwa petani yang tidak tamat SD sebanyak 16 orang atau 45,7 persen dari jumlah responden. Namun, jika
dihitung dari total petani responden yang tidak tamat SD yaitu 19 orang, maka ternyata sebanyak
84,2 persen menyatakan bersedia membayar iuran irigasi. Selain umur dan tingkat pendidikan, karakteristik responden dapat dilihat
pada pengalaman berusahatani yang sama dengan total responden, dimana sebagian besar mempunyai pengalaman berusahatani kurang dari 10 tahun.
Berdasarkan Tabel 17 terlihat bahwa petani yang mempunyai pengalaman usahatani kurang dari 10 tahun sebanyak 14 orang atau 40 persen, namun jika
dihitung dari total petani yang berpengalaman usahatani yaitu 18 orang, maka ternyata 40 persen menyatakan bersedia membayar iuran irigasi.