6.3.2. Efek Terhadap Pendapatan Sektor Produksi Interregional
Makna multiplier interregional sebagaimana diungkapkan dalam Tabel 34 sejalan dengan logika ekonomi, yaitu apabila suatu sektor produksi tertentu di
suatu wilayah mengalami peningkatan output karena sesuatu sebab tertentu injeksi maka sektor tersebut membutuhkan tambahan input input primer dan
antara baik yang berasal dari wilayah sendiri maupun dari wilayah lain. Akibatnya output sektor-sektor produksi lain sebagai pemasok input antara
mengalami peningkatan, yang kemudian membutuhkan juga tambahan input primer dan input antara, baik dari wilayah sendiri maupun dari wilayah lain.
Demikian seterusnya. Efek berantai dari injeksi ini langsung dan tidak langsung terjadi tidak hanya di dalam wilayah sendiri tetapi melimpah ke wilayah lain. Efek
multiplier dari suatu injeksi ekonomi yang melimpah ke wilayah lain disebut spillover effects Alim, 2007.
Sektor-sektor ekonomi seperti pertanian, perkebunan, peternakan, industri makanan dan minuman, industri lainnya, serta bangunan jalan dan jembatan di
KBI mendapat keuntungan yang lebih besar di bandingkan di KTI dalam kaitannya dengan hubungan interregional antarkawasan dari sektor infrastruktur
jalan dan jembatan. Sebagai misal, jika ada dana stimulus sebesar 1 rupiah diinjeksi ke sektor infrastruktur jalan dan jembatan di KTI, akan memberi
spillover effect terhadap sektor pertanian di KBI sebesar 0.0338 rupiah. Akan tetapi sebaliknya, jika dana stimulus tersebut diinjeksi ke KBI, sektor pertanian
KTI hanya memperoleh manfaat sebesar 0.0231 rupiah. Berarti ada hubungan yang asimetris antara KBI dengan KTI dalam mengamati efek dari pembangunan
jalan dan jembatan yang lintas kawasan.
Berbeda dengan sektor-sektor perikanan, kehutanan, pertambangan, bangunan lainnya, dan angkutan. Spillover effect dari KBI ke KTI terlihat lebih
besar dibandingkan dari KTI ke KBI. Misalkan untuk sektor perikanan. Jika dana stimulus sebesar 1 rupiah diinjeksi ke sektor infrastruktur jalan dan jembatan di
KBI, akan memberi dampak terhadap sektor perikanan KTI sebesar 0.0135. Sebaliknya jika sektor infrastruktur jalan dan jembatan KTI yang diinjeksi, hanya
memberi dampak pertambahan pendapatan sektor perikanan KBI sebesar 0.0068, sehingga terdapat hubungan yang asimetris juga.
Secara keseluruhan, KBI tetap memperoleh spillover effect sektor infrastruktur jalan dan jembatan yang lebih tinggi dibandingkan KTI. Hal ini
tercermin pada nilai total multiplier interregional sektor infrastruktur jalan dan jembatan pada masing-masing kawasan tersebut. Multiplier interregional di KTI
ke KBI adalah sebesar 0.8276, sedangkan KBI ke KTI adalah sebesar 0.3346. Dengan kata lain, apabila sektor infrastruktur jalan dan jembatan di KTI diberi
dana stimulus sebesar 1 rupiah, akan memberi dampak pertambahan pendapatan sektor-sektor perekonomian di KBI sebesar 0.8276. Sebaliknya jika dana stimulus
tersebut difokuskan ke KBI, hanya memberi efek multiplier terhadap pertambahan pendapatan sektor-sektor perekonomian KTI sebesar 0.3346. Ini berarti terdapat
kesenjangan efek multiplier sebanyak 0.4930 yang lebih tinggi diterima oleh KBI. Angka-angka multiplier di atas merupakan indikasi awal bahwa sektor
infrastruktur jalan dan jembatan untuk saat ini tidak dapat dijadikan sebagai instrumen kebijakan sektoral yang dapat mengurangi ketimpangan distribusi
pendapatan antarsektor dan antarwilayah. Ketimpangan penguasaan teknologi dan aksesibilitas jalan antara KBI dan KTI sepertinya merupakan faktor penyebab
utama mengapa sektor infrastruktur jalan dan jembatan kurang begitu signifikan menurunkan ketimpangan pendapatan wilayah antara KBI dan KTI.
6.3.3. Rangkuman