Analisis Maximum to Minimum Ratio Analisis Coefficient of Variation

terhadap rumahtangga miskin dibandingkan rumahtangga tidak miskin yang mempunyai pendapatan menengah ke atas. Akan tetapi, karena pertambahan pendapatan dari rumahtangga miskin berbeda sedikit dengan pertambahan pendapatan rumahtangga tidak miskin, akhirnya ketimpangan pendapatan antargolongan rumahtangga dalam wilayah sendiri, masing-masing di KBI dan KTI, tidak signifikan untuk dikurangi. Sebagaimana yang tercermin pada Tabel 32 di atas, penurunan indeks ketimpangan pendapatan antargolongan rumahtangga dari angka base sangat kecil, bahkan dapat dikatakan tidak berubah sedikitpun.

8.2.1. Analisis Maximum to Minimum Ratio

Dari analisis Maximum to Minimum Ratio MMR seperti dalam Tabel 32 menunjukkan bahwa indeks ketimpangan pendapatan di KBI pada posisi base adalah 9.16, setelah disimulasikan kebijakan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, indeks ketimpangan terlihat tidak bergerak turun masih berkisar di angka 9.16. Kondisi yang sama juga terjadi di KTI, kebijakan infrastruktur tampak tidak mampu mereduksi ketimpangan pendapatan antargolongan rumahtangga. Indeks ketimpangan tetap sebesar 21.03 untuk semua simulasi kebijakan yang diaplikasikan, tidak berbeda dengan indeks ketimpangan base sebesar 21.03. Berbeda jauh dengan ketimpangan pendapatan rumahtangga antarwilayah, kebijakan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan saat ini sepertinya mampu mereduksi ketimpangan yang terjadi. Terutama sekali bila pembangunan infrastruktur tersebut dikonsentrasikan ke wilayah KTI. Melalui Simulasi 5 sebagai misal, ketimpangan antarwilayah untuk pendapatan rumahtangga dapat direduksi dari nilai base sebesar 173.86 menjadi 170.25, dan untuk ketimpangan nilai tambah PDRB yang merupakan pendapatan dari tenaga kerja, modal dan lahan, dari nilai base sebesar 3.55 menjadi 3.47 atau menurun sebesar 0.08. Tabel 32. Dampak Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan Terhadap Ketimpangan Antarrumahtangga dan Nilai Tambah Ketimpangan Antarrumahtangga Base Line Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 3 Simulasi 4 Simulasi 5 1. Dalam wilayah sendiri KBI 9.1586 9.1565 9.1562 9.1589 9.1526 9.1591 2. Dalam wilayah sendiri KTI 21.0307 21.0297 21.0298 21.0305 21.0284 21.0304 3. Antarwilayah KBI dgn KTI 173.8625 171.9043 174.1152 171.6506 174.5030 170.2493 Ketimpangan Nilai Tambah Antarwilayah KBI dan KTI 3.55 3.50 3.55 3.50 3.57 3.47

8.2.2. Analisis Coefficient of Variation

Kebijakan sektor pembangunan jalan terhadap ketimpangan antar rumahtangga setelah di analisis dengan metoda Coefficient of Variation CV memberikan hasil seperti pada Tabel 33 dibawah. Indeks ketimpangan pendapatan di intra KBI pada posisi base adalah 0.7828, setelah disimulasikan kebijakan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, indeks ketimpangan terlihat tidak bergerak turun masih berkisar di angka 0.7828 namun, bila injeksi diberikan hanya di KBI atau KBI lebih besar dari KTI Simulasi 1,2 dan 4 menunjukkan negatif atau mengindikasikan kesenjangan yang berkurang di Intra KBI . Kondisi yang sama juga terjadi di intra KTI, kebijakan infrastruktur tampak tidak mampu mereduksi ketimpangan pendapatan antargolongan rumahtangga. Indeks ketimpangan tetap sebesar 0.9461 untuk semua simulasi kebijakan yang diaplikasikan, tidak berbeda dengan indeks ketimpangan base sebesar 0.9461. Berbeda jauh dengan ketimpangan pendapatan rumahtangga antarwilayah, kebijakan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan saat ini sepertinya mampu mereduksi ketimpangan yang terjadi. Terutama sekali bila pembangunan infrastruktur tersebut dikonsentrasikan ke wilayah KTI. Melalui Simulasi 5 sebagai misal, ketimpangan antarwilayah untuk pendapatan rumahtangga dapat direduksi dari nilai base sebesar 1.2725 menjadi 1.2687 atau penurunan terhadap base -0.0037. Dengan demikian baik dari analisis MMR maupun CV menunjukkan bahwa upaya untuk mengurangi ketimpangan pembangunan antarkawasan yakni KBI dan KTI dapat dilaksanakan dengan baik apabila pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan tersebut lebih difokuskan pada wilayah-wilayah pembangunan di KTI. Tabel 33. Dampak Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan Terhadap Ketimpangan Antarrumahtangga dan Nilai Tambah Analysis Coefficient of Variation Diskripsi Kawasan Base Simulasi1 Simulasi2 Simulasi3 Simulasi4 Simulasi5 Analisa Covarian Intra KBI 0.7828 0.7828 0.7827 0.7828 0.7827 0.7828 Intra KTI 0.9461 0.9465 0.9461 0.9465 0.9461 0.9468 NKRI 1.2725 1.2704 1.2727 1.2702 1.2730 1.2687 Perubahan terhadap Base Intra KBI - 0.0000 -0.0001 0.0000 -0.0001 0.0000 Intra KTI - 0.0004 -0.0000 0.0004 -0.0001 0.0006 NKRI - -0.0020 0.0002 -0.0023 0.0006 -0.0037 Berdasarkan angka konversi biaya per km pembangunan jalan dan jembatan di KBI dan KTI, dapat ditentukan seberapa besar efek multiplier pendapatan yang diciptakan dari penambahan panjang jalan sepanjang 1 km untuk masing-masing wilayah seperti yang disajikan dalam Tabel 34. Penambahan jalan sepanjang 1 km di KBI akan memberi efek multiplier terhadap kenaikan pendapatan rumahtangga secara keseluruhan sebesar Rp. 3 . 306 juta yang terdistribusi untuk rumahtangga KBI sendiri efek multiplier intraregion sebesar Rp. 2 . 662 juta 80.52, dan rumahtangga KTI efek multiplier interregional sebesar Rp. 643.68 juta 19.47. Sementara itu, untuk setiap penambahan jalan sepanjang 1 km di KTI, secara keseluruhan akan membawa dampak multiplier kenaikan pendapatan rumahtangga sebesar Rp. 932.78 juta dengan alokasi rumahtangga di KTI sendiri akan mendapat manfaat kenaikan pendapatan sebesar Rp. 764.66 juta 81.97, dan rumahtangga di KBI sebesar Rp. 168.11 juta 18.02. Tabel 34. Dampak Pembangunan Jalan Sepanjang 1 Km Terhadap Pendapatan Rumahtangga rupiah Indikator Pendapatan 1 km di KBI 1 km di KTI Pendapatan Rumahtangga Total - KBI 2 662 939 321.71 168 114 168.94 - KTI 643 676 431.09 764 661 778.38 - Nasional 3 306 615 753.80 932 775 947.32 Pendapatan Rumahtangga Per Kapita - KBI 61.04 15.16 - KTI 14.75 68.94 Asumsi Jumlah Rumah Tangga Tahun 2007 : KBI = 43 625 110 KK KTI = 11 092 087 KK Dalam draft rencana jaringan jalan nasional 2009 dijabarkan bahwa rencana penambahan jalan selama pembangunan jangka menengah nasional tersebut adalah sepanjang 5 . 803.21 km yang terdistribusi untuk KBI sepanjang 2 . 321.28 km dan di KTI sepanjang 3 . 481.93 km. Berdasarkan hitungan yang diterapkan dengan menggunakan analisis multiplier SNSE dapat diestimasi berapa tambahan pendapatan rumahtangga yang diciptakan melalui kebijakan tersebut sebagaimana yang di paparkan dalam Tabel 35. Realisasi rencana jaringan jalan nasional 2009 penambahan jalan di KBI sepanjang 2 . 321.28 km diperkirakan akan menciptakan efek multiplier intraregional terhadap pertambahan pendapatan rumahtangga per kapita di KBI sendiri sebesar Rp. 35 . 423.57 per rumahtangga, dan efek interregional terhadap pendapatan per kapita rumahtangga di KTI sebesar Rp. 8 . 562.46 per rumahtangga. Renstra pembangunan jalan sepanjang 3 . 481.93 km di KTI akan memberi dampak intraregional terhadap kenaikan pendapatan rumahtangga KTI sendiri sebesar Rp. 240 . 035.59 per rumahtangga, dan dampak interregional terhadap pendapatan per kapita rumahtangga KBI sebesar Rp. 52 . 772.85 per rumahtangga. Berdasarkan perhitungan pendapatan per kapita di atas, maka dapat dikalkulasi besarnya pertambahan pendapatan rumahtangga secara menyeluruh sebagai akibat dari realisasi konsep rencana jaringan jalan nasional 2009 yakni sebesar Rp. 10.92 triliun, dengan alokasi untuk total pendapatan rumahtangga di KBI sebesar Rp. 7.64 triliun, dan di KTI sebesar Rp. 3.25 triliun. Tabel 35. Dampak Penambahan Panjang Jalan Sesuai Rencana Jaringan Jalan Nasional 2009 Terhadap Pendapatan Per Kapita Rumahtangga rupiah Indikator Pendapatan Penambahan Jalan 2 321.28 km di KBI 3 481.93 km di KTI Pendapatan Per Kapita Rumahtangga - KBI 35 423.57 52 772.85 - KTI 8 562.46 240 035.59 Total Rumahtangga - KBI 6 181 282 459 602.43 585 507 556 596.72 - KTI 1 493 674 906 276.80 2 662 591 751 436.52 - Nasional 7 674 957 365 879.23 3 248 099 308 033.23

8.3 Rangkuman