Teori Basis Ekspor TINJAUAN PUSTAKA

3.6. Teori Basis Ekspor

Teori basis ekspor export base theory merupakan bentuk model pendapatan regional yang paling sederhana. Sekalipun sederhana, namun teori ini dapat memberikan kerangka teoretis yang berguna bagi banyak studi empirik mengenai multiplier regional. Asumsi pokok dari teori ini adalah bahwa ekspor merupakan satu-satunya unsur otonom dalam pengeluaran; semua komponen pengeluaran lainnya dianggap sebagai fungsi dari pendapatan. Selain itu diasumsikan pula bahwa fungsi pengeluaran dan fungsi impor tidak mempunyai intersep tetapi bertolak dari titik nol. Dengan demikian, untuk daerah i dapat ditulis : Y i = E i – M i + X i …………………………………………………….3.17 Dimana, Yi adalah pendapatan daerah i, E i – M i adalah pengeluaran domestik daerah i, dan Xi adalah ekspor daerah i. E i = e i Y i ………………………………………………………………3.18 M i = m i Y i eksogen i i Χ = Χ ……………………………………………………………3.19 Persamaan 2, 3, dan 4 disubsitusikan ke persamaan 1 menjadi: i i i i i i X Y m Y e Y + − = ........................................................................ 3.20 Dengan demikian, i i i i m e + − Χ = Υ 1 ………………………………………………………3.21 Jadi, pendapatan regional adalah kelipatan dari ekspor jika hasrat marginal untuk membelanjakan marginal propensity to expenditure secara lokal e + m lebih kecil daripada satu. Para pengeritik teori basis kadang-kadang menyatakan bahwa rasio ekspor terhadap pendapatan total hanya digunakan sebagai suatu perkiraan rasio marginal dalam taksiran multiplier. Tetapi menurut teori ini, khususnya asumsi yang mendasarinya, tidak ada unsur-unsur eksogen lainnya selain dari ekspor, rasio rata-rata adalah sama dengan rasio marginal. Kelemahan lain dari model ini yang sering dikemukakan adalah bahwa besarnya basis ekspor adalah fungsi terbalik dari besarnya suatu daerah. Artinya daerah yang besar cenderung mempunyai basis ekspor yang lebih kecil tetapi juga mempunyai m yang rendah, sehingga nilai multiplier menjadi tinggi. Sebaliknya, daerah kecil tidak hanya mempunyai ekspor yang tinggi tetapi juga m yang tinggi, dan keduanya cenderung menurunkan nilai multiplier Richardson, 1977. Selanjutnya, teori basis ini disempurnakan dengan cara mengubah asumsi- asumsi teori ini. Perubahan penting yang dilakukan adalah bahwa ekspor bukan lagi merupakan satu-satunya unsur pengeluaran otonom, melainkan pengeluaran konsumsi, investasi, dan pengeluaran pemerintah juga merupakan unsur otonom. Dengan demikian, model pendapatan regional yang telah disempurnakan dari teori basis adalah: Y i = C i + I i + G i + X i – M i ………………………………………… 3.22 dimana, Y i adalah pendapatan regional wilayah wilayah i, C i adalah pengeluaran konsumsi wilayah i, I i adalah investasi swasta wilayah i, G i adalah pengeluaran pemerintah wilayah i, dan X i – M i d i i i i c a C Υ + = adalah net ekpor wilayah i. Selanjutnya, fungsi pengeluaran konsumsi adalah : .......................................................................................3.23 dimana, d i Υ = disposiable income wilayah i dan c i i i I I Ι = = hasrat konsumsi marginal marginal propensity to consumption wilayah i ……………………………………………………………… 3.24 I I G G = ………………………………………………………………3.25 X i = ∑ M ij = ∑ M ij Y d j ……………………………………………… 3.26 M i = ∑ M ij Y d j …………………………………………………………3.27 Y d i = Y i – T i ………………………………………………………… 3.28 T i = t i Y i i i i i G I a A + + = ………………………………………………………………3.29 dimana, t adalah tingkat pajak marginal marginal rate of taxation ....................................................................................3.30 dimana A i ∑ ∑ = = − − − − + = 1 1 1 1 1 j i ij i j i i i i i t m c t Y m A Y adalah pengeluaran otonom total wilayah i. Apabila persamaan 8 samapai dengan 14 disubsitusikan ke dalam persamaan 7 dan menata kembali hasilnya, maka persamaan pendapatan regional dapat dirumuskan sebagai berikut Richadson, 2001: ………………………………………… 3.31 Dengan demikian, pendapatan daerah i terdiri atas penjumlahan pengeluaran- pengeluaran otonom dikalikan multiplier Richardson, 2001. Model ini dapat menunjukkan sumber-sumber perubahan pendapatan suatu daerah, misalnya daerah i, yang meliputi: 1 perubahan pengeluaran-pengeluaran otonom daerah i, 2 perubahan tingkat pendapatan suatu wilayah lain di dalam suatu sistem yang berkaitan, yang akan terlihat dalam perubahan ekspor daerah i, dan 3 berubahnnya salah satu di antara parameter-parameter model mpc, koefisien perdagangan interregional atau tingkat pajak marginal. Selanjutnya, Richardson 2001 memandang bahwa model pendapatan regional dapat juga digunakan untuk menganalisis kebijakan stabilitas regional. Hal ini dimungkinkan karena pengeluaran pemerintah merupakan salah satu dari variabel-variabel pengeluaran otonom. Syarat-syarat stabilitas bagi sistem yang bersangkutan dan pantulan-pantulan yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan persebaran regional dari pengeluaran otonom adalah sangat penting dalam kerangka kebijakan stabilitas. Jika hasrat konsumsi marginal mpc di semua daerah lebih kecil dari satu, maka sistem yang bersangkutan adalah stabil. Sebaliknya, jika hasrat konsumsi marginal lebih besar dari satu, maka sistem yang bersangkutan tidak stabil. Jika c i = c j bagi semua daerah i, j, ……….., n maka multiplier regional akan sama dengan multiplier nasional. Ini berarti bahwa dengan hasrat konsumsi marginal yang sama, perubahan alokasi regional dari pengeluaran pemerintah tidak akan mengubah pendapatan nasional. Akan tetapi jika c i ≠ c j Kelebihan pendapatan dan kemungkinan pantulan-pantulan ekspor sekunder adalah sifat-sifat yang paling istimewa dari model-model pendapatan interregional. Suatu injeksi investasi di daerah i tidak hanya meningkatkan pendapatan menaikkan A , maka perubahan alokasi regional dari pengeluaran akan mengakibatkan berubahnya tingkat pendapatan nasional. Jika diasumsikan bahwa kapasitas regional tidak merupakan pembatas kendala, maka kenaikan pendapatan regional akan maksimum jika kenaikan pengeluaran pemerintah dipusatkan di daerah-daerah di mana c paling tinggi biasanya daerah-daerah yang paling terkebelakang Chipman, 1950 dalam Richardson, 2001. i di daerah yang bersangkutan, tetapi juga meyebarkan kekuatan pendorong pada semua daerah-daerah lainnya melalui kenaikan M i ΣM ij . Dalam kondisi keseimbangan neraca pembayaran, kenaikan impor ini akan mengakibatkan kemerosotan neraca pembayaran daerah i. Namun demikian, hal ini belum merupakan efek netto yang terakhir. Kenaikan pendapatan di daerah-daerah lain akan memperbesar ekspor daerah i. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1 1 i i i j ij t Y m − ∆Α ∆ ∑ = Efek keseluruhan terhadap neraca pembayaran daerah i, tergantung pada sejauhmana perubahan primer impor terdorong dapat diimbangi oleh perubahan sekunder kenaikan ekspor. Dalam kebanyakan hal, kenaikan sekunder tidak akan cukup untuk mencegah kemundurun neraca pembayaran daerah i. Ketidakseimbangan sementara neraca pembayaran suatu daerah dapat diatasi dengan arus jangka pendek umpamanya, melalui transfer internasional di antara cabang-cabang bank. Akan tetapi dalam banyak hal, mungkin diperlukan tambahan mekanisme-mekanisme penyesuaian. Hal ini meliputi efek harga dan efek pendapatan, transfer pemerintah dan pengeluaran pemerintah di daerah- daerah terkebelakang, arus modal dan tenaga kerja. Efek harga agaknya tidak begitu efektif, karena mayoritas produsen lebih mementingkan pasar nasional daripada pasar regional dan harga yang mereka tetapkan cenderung untuk berlaku dimana saja. Efek pendapatan juga mungkin tidak cukup kuat untuk memulihkan keseimbangan, tetapi mungkin lebih efektif daripada perekonomian internasional karena m biasanya lebih besar bagi daerah-daerah daripada bagi bangsa. Tindakan-tindakan fiskal dapat juga membantu proses penyeimbangan melalui ............................................................................3.32 stabilisator-stabilisator yang bersifat built-in atau melalui pengeluaran langsung bagi pemerintah di daerah-daerah yang mengalami kelesuan. Sekalipun dana pemerintah yang masuk ke daerah-daerah yang mengalami kelesuan akan memperbesar impor, namun bagaimanapun juga dana tersebut akan ikut membantu mengurangi defisit pembayaran, dengan syarat c + m 1 Scitovsky, 1958 dalam Richardson, 2001. Mekanisme-mekanisme penyesuain tersebut didasarkan atas asumsi bahwa yang menimbulkan defisit neraca pembayaran adalah kekurangan ekspor. Di sisi lain, defisit yang dialami oleh suatu daerah adalah bersumber dari kenaikan pendapatan seperti model pendapatan interregional, sehingga makanisme- mekanisme inipun cenderung untuk menyimpang dari keseimbangan. Perbedaan antara ke dua sumber defisit neraca pembayaran ini sangat penting bila hendak mempertimbangkan peranan arus faktor factor flows. Modal cenderung mengalir ke daerah-daerah yang memberikan profit yang lebih tinggi, akan tetapi hal ini hanya akan menyeimbangkan jika model yang relevan adalah model dimana yang menyebabkan defisit adalah proses kenaikan pendapatan, dan jika daerah-daerah makmur mengalami surplus impor.

3.7. Peranan Investasi Infrastruktur Publik