upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.
3.2. Ruang Lingkup Ilmu Ekonomi Regional
Ilmu ekonomi regional wilayah merupakan suatu cabang ilmu ekonomi, yang dalam pembahasannya memasukkan unsur perbedaan potensi wilayah satu
dengan wilayah lainnya. Ilmu ekonomi regional tidak membahas kegiatan- kegiatan ekonomi secara individual melainkan menganalisis suatu wilayah secara
keseluruhan atau melihat berbagai potensi wilayah yang beragam dan bagaimana mengatur suatu kebijakan yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi
wilayah tersebut Tarigan, 2004. Ilmu ekonomi regional berbeda dengan ilmu bumi ekonomi meskipun ke
dua ilmu ini mengenal dan menggunakan beberapa istilah yang sama, seperti wilayah homogen, wilayah nodel, wilayah pusat core dan pinggiran periphery,
namun dengan pendekatan yang berbeda. Ilmu bumi ekonomi pada dasarnya mempelajari keberadaan suatu kegiatan di suatu lokasi dan bagaimana wilayah
sekitar bereaksi terhadap kegiatan tersebut. Ilmu bumi ekonomi mempelajari gejala-gejala dari suatu kegiatan yang berkaitan dengan lokasi hingga ditemukan
prinsip-prinsip penggunaan ruang space yang berlaku umum. Prinsip-prinsip ini dapat dipakai dalam membuat kebijakan tata-ruang yang efektif dan efisien
berdasarkan tujuan umum yang hendak dicapai. Dengan demikian, sesungguhnya ilmu bumi ekonomi lebih terfokus pada sisi kegiatan individual.
Pemikiran ke arah ekonomi regional sebenarnya telah dirintis oleh Von Thunen 1826, Weber 1929, Ohlin 1939 dan Losh 1939, namun pemikiran
mereka masih merupakan penggalan-penggalan dari ilmu ekonomi regional. Pada
tahun 1956, disetasi Walter Isard di Harvard University yang berjudul Location and Space Economics diterbitkan dengan itu dia dipandang sebagai orang pertama
yang meletakkan landasan ilmu ekonomi regional yang kompak. Kerangka landasan ilmu ekonomi regional yang dibangun Walter Isard pada dasarnya
berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip ekonomi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi antarwilayah yang memiliki potensi yang berbeda.
Ahli ekonomi pada umumnya, secara implisit menganggap bahwa prinsip- prinsip ekonomi yang telah digariskan akan berlaku umum disegala tempat, baik
di kota ataupun di desa, di daerah yang telah maju atau di daerah yang terkebelakang. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa kondisi tiap-tiap
daerah berbeda, antara lain potensi ekonomi, tingkat kemajuan industri, ketersedian prasarana, keterampilan tenaga kerja, kepadatan penduduk, dan lain
sebagainya. Ilmu ekonomi regional tidak mungkin dilepas dari induknya
makroekonomi dan ekonomi pembangunan. Namun sangat naïf apabila seluruh materi ilmu ekonomi umum dimasukkan ke dalam pembahasan ilmu ekonomi
regional. Oleh karena itu di dalam pembahasan ekonomi regional, materi-materi ilmu ekonomi umum perlu dimodifikasi dan dikembangkan hingga sesuai dengan
karakteristik ilmu ekonomi regional. Misalnya dalam makroekonomi, Ferguson 1965 menyatakan bahwa tujuan utama kebijakan ekonomi adalah 1 full-
employment, 2 economic growth, dan 3 price stability. Ke tiga tujuan kebijakan ekonomi ini tidak mungkin seluruhnya dimasukkan ke dalam kajian
ekonomi regional, apabila kajian tersebut berkaitan dengan wilayah di dalam suatu negara tertentu. Dalam hal ini, yang dapat dimasukkan ke dalam kajian
ekonomi regional suatu negara hanyalah full-employment dan economic growth, sedangkan price stability di luar jangkauan pemerintah daerah, mengingat
instrument kebijakan price stability ada pada pemerintah pusat. Selain dua tujuan tersebut, ada beberapa tujuan pokok lainnya yang dapat dikelola oleh pemerintah
daerah secara lebih baik dibandingkan bila dikelola oleh pemerintah pusat. Tujuan pokok kebijakan yang dimaksud meliputi Tarigan, 2004: 1 penetapan sektor
unggulan wilayah, 2 membuat keterkaitan antarsektor yang lebih serasi, bersinergi dan berkesinambungan di dalam wilayah, 3 pemerataan pembangunan
dalam wilayah, 4 pemenuhan kebutuhan pangan wilayah, dan 5 terjaganya kelestarian lingkungan hidup.
Modifikasi variable-variabel makroekonomi banyak dilakukan oleh para pakar dan peneliti ekonomi regional. Richardson 1977 misalnya, melakukan
modifikasi variable-variabel makroekonomi ketika membahas pendapatan regional dan pertumbuhan ekonomi regional pada wilayah homogen. Demikian
halnya dengan Hoover 1977 ketika menganalisis potensi ekonomi wilayah dan hubungan ekonomi antarwilayah.
Analisis ekonomi regional dengan menggunakan pendekatan makroekonomi atau menerapkan model-model pendapatan nasional dan model-
model pertumbuhan nasional dapat dinamakan sebagai makroekonomi antarwilayah interregional macroeconomics. Satu hal yang perlu dicatat bahwa
di dalam penerapan model-model makroekonomi, setiap daerah merupakan perekonomian terbuka, dimana arus barang, arus modal, dan arus tenaga kerja
antar daerah wilayah mengalir tanpa hambatan. Dengan demikian, persoalan- persoalan pokok seperti perdagangan dan arus factor interregional, perubahan
pendapatan regional, konjuktur, dan determinan-determinan pertumbuhan regional dapat dianalisis berdasarkan kerangka makroekonomi.
3.3. Pembangunan Ekonomi Regional