Efek Terhadap Pendapatan Faktor Produksi Intraregional

Berdasarkan status pekerjaannya, tenaga kerja yang dibahas dalam analisis multiplier SNSE kali ini terdiri atas beberapa golongan, wilayah dan kawasan. Tabel 30. Multiplier Pembangunan Jalan dan Jembatan Terhadap Pendapatan Faktor Produksi Aktifitas Intraregional Interregional Total KBI KTI KBI → KTI KTI → KBI KBI KTI Pertanian Desa 0.0397 0.0075 0.0060 0.0119 0.0457 0.0194 Kota 0.0124 0.0043 0.0035 0.0037 0.0159 0.008 Produksi, Opera tor Alat Angkutan, Manual dan Buruh Kasar Desa 0.1280 0.0747 0.0058 0.0156 0.1338 0.0903 Kota 0.1685 0.1042 0.0108 0.0308 0.1793 0.135 Tata Usaha, Penjualan, Jasa-Jasa Desa 0.0341 0.0095 0.0030 0.0091 0.0371 0.0186 Kota 0.1439 0.0494 0.0132 0.0363 0.1571 0.0857 Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer, Profesional dan Teknisi Desa 0.0191 0.0039 0.0030 0.0048 0.0221 0.0087 Kota 0.0722 0.0302 0.0087 0.0147 0.0809 0.0449 Tenaga Kerja di Desa 0.2209 0.0955 0.0179 0.0414 0.2388 0.1369 Tenaga Kerja di Kota 0.3969 0.1882 0.0361 0.0855 0.433 0.2737 Tenaga Kerja 0.6178 0.2837 0.0540 0.1269 0.6718 0.4106 Kapital 0.9706 0.5125 0.1238 0.2450 1.0944 0.7575 Lahan 0.0548 0.0213 0.0139 0.0157 0.0687 0.037 Total Multiplier 1.6433 0.8174 0.1916 0.3875 1.8349 1.2049 Golongan yang ada dibagi atas dua yakni pertanian dan non pertanian, kemudian untuk wilayah adalah desa dan kota, dan terakhir untuk kawasan terdiri atas Kawasan Indonesia Barat KBI dan Kawasan Indonesia Timur KTI.

6.1.1. Efek Terhadap Pendapatan Faktor Produksi Intraregional

Merujuk kepada angka multiplier faktor produksi yang disajikan dalam Tabel 26, apabila diperhatikan pada multiplier intraregional wilayah sendiri, dampak pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan terhadap faktor produksi tenaga kerja lebih besar terlihat di KBI dibandingkan KTI. Wilayah KBI multiplier intraregional tenaga kerja adalah sebesar 0.6178, sedangkan di KTI sebesar 0.2387. Multiplier sebesar 0.6178 menandakan bahwa setiap ada injeksi sebesar 1 rupiah pada neraca eksogen sektor infrastruktur jalan dan jembatan di KBI, maka pendapatan tenaga kerja di KBI akan bertambah sebesar 0.6178. Sebaliknya, secara terpisah jika neraca eskogen sektor infrastruktur jalan dan jembatan KTI yang diberi injeksi 1 rupiah akan meningkatkan pendapatan tenaga kerja KTI sendiri sebesar 0.2837. Dengan kata lain, seandainya pemerintah memberi stimulus fiskal sebesar 1 milyar rupiah untuk sektor infrastruktur jalan dan jembatan di KBI, maka pendapatan tenaga kerja KBI secara total akan meningkat sebesar Rp. 617.80 juta. Sedangkan pendapatan tenaga kerja di KTI untuk injeksi yang sama akan bertambah sebesar Rp. 283.70 juta. Sebagai ilustrasi Pemerintah pada tahun 2009 melalui Departemen Pekerjaan Umum memberikan dana stimulus sebesar Rp. 6.6 triliun untuk pembangunan infrastruktur. Alasan pemerintah mengalokasikan dana stimulus yang besar untuk sektor infrastruktur ialah agar dapat menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi di tengah krisis keuangan global yang terjadi saat ini dan tahun depan, serta mampu menyerap lapangan kerja yang lebih besar Dirjen Anggaran, 2009. Dengan asumsi sekitar 48 dari total dana stimulus tersebut diperuntukan bagi pembangunan jalan dan jembatan, yang berarti sekitar Rp. 3.17 triliun, maka dapat diperkirakan bahwa dengan dana stimulus sebesar itu jumlah tenaga kerja yang terserap di KBI akan bertambah sebesar 1.68 juta orang, dan KTI bertambah sebesar 727 ribu orang. Hal ini berarti pengalokasian stimulus fiskal pada sektor infrastruktur jalan dan jembatan sebanyak Rp. 3.17 triliun diperkirakan dapat menambah penyerapan tenaga kerja secara keseluruhan dalam perekonomian Indonesia tahun 2009 ini sebesar 2.41 juta orang. Sesuai dengan bidang dan wilayah pekerjaannya, baik di KBI maupun KTI, tenaga kerja yang paling banyak menyerap tambahan pendapatan dari setiap injeksi dana pembangunan sektor infrastruktur jalan dan jembatan adalah tenaga kerja produksi, operator alat angkutan, manual dan buruh kasar di wilayah perkotaan. Golongan tenaga kerja ini menyerap tambahan pendapatan kurang lebih sebesar 27.27 dari multiplier tenaga kerja sebesar 0.6178 di KBI, dan 25.08 dari multiplier tenaga kerja sebesar 0.2837 di KTI. Kondisi eksisting juga menggambarkan bahwa secara menyeluruh pertambahan pendapatan tenaga kerja sebagai dampak dari pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan akan lebih banyak diserap oleh tenaga kerja yang berada di wilayah kota dibandingkan desa. Seperti yang tergambarkan pada nilai multiplier tenaga kerja menurut wilayahnya, di KBI multiplier tenaga kerja di kota adalah sebesar 0.3969 dan di desa sebesar 0.2209. Sedangkan di KTI untuk kota sebesar 0.1882, dan desa sebesar 0.0955. Kedua fakta ini sudah merupakan kondisi logis yang sering ditemukan pada setiap pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang lebih terfokus selama ini pada wilayah kota dibandingkan desa, dan lebih banyak menyerap tenaga kerja operator, produksi, buruh kasar dan profesional ketimbang tenaga administrasi dan tata usaha.

6.1.2. Efek Terhadap Pendapatan Faktor Produksi Interregional