Peranan Investasi Infrastruktur Jalan

juga berpotensi untuk dapat menggairahkan dan menggerakkan roda perekonomian secara langsung untuk jangka pendek. Besarnya kontribusi infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi sangat signifikan, beberapa studi menunjukkan elastisitas infrastruktur terhadap perubahan output PDB berkisar antara 0.07 hingga 0.44. Di sisi lain beberapa studi menunjukkan bahwa economic rate of return dari investasi infrastruktur berada disekitar 19-117 jauh di atas biaya hutang yang mungkin berkisar diantara 10 Easterly and Seeven, 2003 dalam Susantono, 2005. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan tidak semata-mata mengandalkan konsumsi saja, akan tetapi dari investasi juga. Pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6.6 sebagaimana yang diharapkan, akan sulit dicapai tanpa disertai dengan peningkatan ekspor dan investasi. Untuk mendukung pencapaian tersebut investasi yang dilakukan harusnya dimulai dengan investasi di bidang infrastruktur, tetapi dilihat dari keadaan yang ada, maka dapat dikatakan bahwa kondisi infrastuktur Indonesia pada saat ini sudah tidak mendukung pertumbuhan ekonomi yang memadai dan bahkan sudah menjadi penghambat utama perbaikan iklim investasi Susantono, 2005.

4.3. Peranan Investasi Infrastruktur Jalan

Jika diperhatikan, analisis tentang dampak pembangunan infrastruktur terhadap output perekonomian pada umumnya mengambil kasus infrastruktur jalan termasuk di sini jalan raya highway, jalan toll ataupun expressway. Hal ini tidaklah mengherankan karena sistem transportasi yang paling dominan di banyak negara dan daerah ditunjang oleh transportasi darat. Infrastruktur jalan yang merupakan prasarana transportasi jalan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Hal ini dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 26. Gambar 26. Transportasi Menggerakkan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Ketika konsumsi dan investasi meningkat, maka akan terjadi pertumbuhan ekonomi, dengan infrastruktur jalan dapat menurunkan biaya distribusi barang dan jasa bagi produk-produk yang dihasilkan oleh maupun yang memanfaatkan sebagai bagian dari sistem pergerakan. Investasi jalan akan menunjukkan dampak ekonomi makro apabila dapat menurunkan marjin transportasi yang kemudian dikonversi menjadi konsumsi, investasi maupun tabungan yang selanjutnya akan digunakan untuk investasi swasta. Margin transportasi adalah perbedaan antara harga sebuah komoditi ketika di pabrik atau pertanian dan harga yang dibayar pada pelanggan harga akhir konsumen. Inilah yang nanti akan menggerakkan roda perekonomian dengan prinsip diminishing return. Artinya semakin besar investasi yang diberikan, dampak ekonomi yang timbul akan meningkat dengan Pertumbuhan Regional GRDP = C + I + G + Nx Sistem Transportasi Persaingan Daerah Ekspor Investasi Tenaga Kerja Konsumsi Pendapatan Pemerintah Belanja Pemerintah rata-rata yang semakin kecil, karena sifat infrastruktur lebih kepada mendorong rata-rata untuk daerah yang masih belum maju secara ekonomi maupun fasilitasi untuk daerah yang telah maju Parikesit dan Purwoto, 2003. Infrastruktur transportasi menurut Lewison Lee Lem dalam Utomo 2008 akan mempengaruhi : 1. Production Cost, infrastruktur transportasi memperbaiki kinerja transportasi, kinerja transportasi yang baik menurunkan biaya produksi. Biaya produksi rendah maka produk kompetitif dan menjadi daya tarik bagi investor. 2. Industrial Location, biaya transportasi mempengaruhi industrial location dan member economic benefits bagi daerah. 3. Regional Productitivity, biaya produksi rendah akan meningkatkan produktifitas daerah. 4. Cost of interregion trade, biaya produksi rendah akan mendorong interregion trade. Daerah yang memiliki banyak industri akan mampu mendominasi interregion trade. Selain itu, infrastruktur berperan sebagai instrumen bagi pengurangan kemiskinan, pembukaan daerah terisolasi dan juga mempersempit kesenjangan antarwilayah. Untuk menjawab hal tersebut maka program investasi pemerintah di bidang infrastruktur harus lebih berfokus pada kawasan tertinggal, dengan anggapan bahwa untuk daerah yang relatif lebih maju, maka secara ekonomis mereka telah mampu membiayai pembangunannya sendiri melalui keterlibatan peran serta pihak swasta dan juga melalui pengguna yang mampu membayar kualitas pelayanan yang baik. Manfaat investasi infrastruktur jalan adalah sebagai berikut:

1. Manfaat langsung, yaitu panjang jalan dan kondisi jalan yang berupa:

Road User Cost RUC berupa: BOK Biaya Operasi Kendaraan, yakni biaya yang dikeluarkan pengguna jalan sebagai akibat dari kondisi jalan seperti konsumsi BBM, harga kendaraan, harga suku cadang. Manfaat BOK dihitung dari penghematan BOK relatif dengan membandingkan antara BOK pada investasi minimum dan BOK yang dihasilkan dari investasi existing. Time Cost, waktu yang diperlukan pengguna jalan dalam melakukan perjalanan dikonversi ke dalam nilai uang Rupiah.

2. Manfaat tidak langsung, yaitu: PDRB dan tenaga kerja yang terserap,

peningkatan kualitas struktur jalan berpengaruh terhadap penambahan PDRB dan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan untuk linkage mikro pembangunan jalan dengan sektor industri dan jasa sendiri dapat digambarkan dapat dilihat pada Gambar 22. 4.4. Justifikasi Pengunaan Model Interregional Social Accounting Matrix IRSAM Sejalan dengan kerangka teoretis yang digunakan, studi ini akan menggunakan model IRSAM. Model ini dapat memotret seluruh neraca ekonomi baik yang endogen maupun eksogen, baik yang intraregional maupun interregional. Selain itu model ini juga dapat, 1 menjelaskan keterkaitan antara aktivitas produksi, distribusi pendapatan, konsumsi barang dan jasa, tabungan dan investasi serta perdagangan luar negeri, 2 memberikan suatu kerangka kerja yang bisa menyatukan dan menyajikan seluruh data perekonomian wilayah, 3 dapat dihitung multiplier perekonomian wilayah dan menjelaskan pengaruh dari suatu perubahan terhadap produksi, distribusi pendapatan dan permintaan serta pengaruh interregional, dan 4 menjelaskan struktur ekonomi intra dan interregional, struktur pendapatan dan pengeluaran rumahtangga intra dan interregional. Dengan model ini akan dapat dianalisis keterkaitan antarwilayah antara kawasan KBI dengan KTI dalam satu matrik yang konsisten dan kompak. Secara diagramatik analisis ketergantungan antarwilayah dalam model IRSAM KBI-KTI. Dengan dukungan model tersendiri di luar model IRSAM KBI-KTI akan dibuat beberapa skenario pada neraca eksogen exogenous projection yang berdampak kepada neraca-neraca endogen melalui analisis pengganda.

4.5. Kerangka Sederhana Social Accounting Matrix