Model Tata Kelola Biaya Transaksi Transaction cost

195 0.29 artinya setiap kenaikan persepsi kebaikan maka peluang perekonomian adalah 0.29 kalinya dibandingkan tidak berpartisipasi. Selanjutnya variabel X yang berpengaruh nyata terhadap partisipasi adalah sarana olah raga, nilai-p 0.066 alpha 10persen maka persepsi olah raga berpengaruh nyata terhadap partisipasi. Nilai odds ratio sebesar 3.02 artinya setiap kenaikan persepsi kebaikan maka peluang olah raga adalah 3.02 kalinya dibandingkan tidak berpartisipasi.

7.2.4. Binary Logistic Regression Partisipasi versus Pertambangan Tanpa

Izin Pada uji statistik logistik dengan masyarakat penambang tanpa izin hubungan terdapa partisipasi terdapat 1 varibel yang memiliki hubungan signifikan yaitu variabel kepemilikan terhadap pertambangan tanpa izin. Deskripsi dari variabel tersebut sebagai berikut: Statistik uji G adalah analisis diperoleh bahwa Nilai-p0.006 alpha 10persen tolak H0 artinya model fit dengan Log-Likelihood = -46.451 dan Test that all slopes are zero: G = 32.139, DF = 15, P-Value = 0.006. Untuk Hipotesis yaitu H0 : Model Tidak Fit semua variabel X tidak signifikan dan H1 : Model Fit minimal ada satu variabel X yang signifikan . Komponen pada variabel X yang berpengaruh nyata terhadap partisipasi adalah posisi pemilik PETI, nilai-p 0.062 alpha 10persen maka posisi berpengaruh nyata terhadap partisipasi. Nilai odds ratio sebesar 0.062 artinya kecenderungan yang bukan pemilik untuk berpartisipasi lebih tinggi dibandingkan yang pemilik.

7.2.5 Binary Logistic Regression Partisipasi versus Kelembagaan yang

Efektif dalam Penyelesaian Konflik Pada aspek kelembagaan yang efektif dalam penyelesaian konflik hubungannya dengan partisipasi responden pada penelitian ini, terdapat 1 variabel berpengaruh nyata terhadap partisipasi. Variabel tersebut dapat dibaca setelah statistik uji G dibawah ini. 196 Statistik uji G yaitu hasil analisis diperoleh bahwa Nilai-p 0.010 alpha 10persen tolak H0 artinya model fit dengan Log-Likelihood = -55.917 dan Test that all slopes are zero: G = 13.208, DF = 4, P-Value = 0.010. Untuk Hipotesis yaitu H0 : Model Tidak Fit semua variabel X tidak signifikan dan H1 : Model Fit minimal ada satu variabel X yang signifikan . Dari semua variabel X yang berpengaruh nyata terhadap partisipasi adalah aktivitas sosial ekonomi, nilai-p 0.056 alpha 10 persen maka aktivitas sosial ekonomi berpengaruh nyata terhadap partisipasi. Nilai odds ratio sebesar 0.40 artinya aktivitas ekonomi untuk berpartisipasi 0.4 kalinya dibandingkan aktivitas sosial untuk berpartisipasi, dengan kata lain kecenderungan orang yang beraktivitas sosial lebih berperan dibandingkan yang beraktivitas ekonomi. Apabila hasil uji logistik diatas di telaah dengan jumlah responden yang telah diwawancarai dikaitkan dengan variabel yang cukup banyak untuk diwawancarai maka potret output dari olehan data ini dengan jumlah responden cukup memadai cukup mempengaruhi alat uji yang kita gunakan. Uji statistik logistic yang dapat diinput dalam model ini memiliki keterbatasan kapasitas input juga. Hal ini hanya dapat dilakukan, apabila jumlah responden yang menjadi sampel ini cukup banyak . Namun di sisi lain faktor geografis sampel lokasi menjadi penentu untuk dapat memperoleh jumlah responden, dimana lokasi pengambilan sampel ini berada di pegunungan dan jauh dari jankauan sarana jalan, dan juga karakter penambang tanpa izin yang sulit untuk diwawancarai dapat menjadi faktor penentu dalam pengambilan data ini. Oleh karena itu faktor-faktor tersebut yang diluar dari logika yang telah terbangun namun memilki hubungan yang signifikan juga. Perspektif ruang dan kepemilikan serta penguasaan lahan yang diarahkan pada konflik hukum telah mengawali penelitian ini dan dilanjutkan pada perspektif ekonomi yang berbasis sumberdaya dan lingkungan sebagi rona awal dari aspek pembangunan wilayah, nampak belum memberikan suatu makna dari adanya ketidak pastian yang telah berjalan selama 40 tahun di wilayah ini. Oleh karena itu model kelembagaan yang menjadi terobosan hukum namun tidak menghilangkan makna sosial ekonomi jangka panjang menjadi salah satu resolusi konflik pada penelitian ini. Model kelembagaan ini terilhami oleh pernyataan 197 seorang penggagas wilayah ini menjadi Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yaitu: “Silahkan diambil emas, tembaga, dan perak di wilayah ini karena barang ini di ciptakan Allah untuk kesejahteraan manusia bukan untuk tumbuhan, monyet, dan burung yang ada di dalamnya, akan tetapi jangan diusir mereka dari wilayah ini” Muh. Suryani 2009. Pernyataan ini mengandung makna bahwa perlu adanya resolusi yang berbanding lurus antara kepentingan ekonomi jangka panjang dan lingkungan yang seimbang dan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran universal. Selanjutnya untuk mengartikulasi pernyataan diatas, penelitian mengadopsi dua mashab kelembagaan ekonomi yang baru Hand Book New Institutional Economics dalam Minerd and Shirley 2005 yang dipadukan dengan data primer di lokasi penelitian terkait dengan pengembangan model kelembagaan yaitu:

7.3 Analisis Yuridis dalam Pendekatan

Institutional Arrangement Mekanisme kelembagaan pada penelitian ini diarahkan pada prinsip- prinsip keterpaduan antara aspek hukum perundang-undangan yang terkait dengan kelembagaan pertambangan dan memiliki keterkaitan erat dengan kondisi riil lokasi penelitian. Adapun prinsip-prinsip tersebut yaitu:

7.3.1 Prinsip Human Capital

Dalam konteks institutional arrangement, salah satu komponen penting untuk dipahami adalah prinsip hukum Undang-Undang No 4 Tahun 2009 tentang Minerba. Prinsip human capital terdapat pada pasal 20 sampai dengan pasal 26 yang berkaitan dengan penetapan wilayah pertambangan rakyat WPR. Pada pasal 67 ayat 1 menjelaskan tentang kewenangan BupatiWalikota memberikan IPR terutama kepada penduduk setempat, baik perseorangan maupun kelompok masyarakat danatau koperasi. Selanjutnya pasal 106 menegaskan bahwa pemegang IUP dan IUPK harus mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang dan jasa dalam negeri sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan. 198

7.3.2 Prinsip Kemitraan

Prinsip kemitraan secara eksplisit terdapat pada pasal 107 Undang-Undang Minerba yang menekankan agar dalam kegiatan operasi produksi, badan usaha pemegang IUP dan IUPK dan kontrak karya wajib mengikutsertakan pengusaha lokal yang ada di daerah tersebut, sesuai dengan ketentuan paraturan perundang- undangan. Prinsip ini bermakna bahwa untuk mencegah kecumburuan sosial terutama di wilayah sekitar pemanfaatan sumberdaya tambang di Kabupaten Bone Bolango perlu melibatkan pengusaha lokal dan koperasi atau membentuk badan kerja bersama dengan melibatkan seluruh pihak yang memiliki pandangan visi yang sama agar kerjasama tersebut akan lebih efektif dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai denga ketentuan yang berlaku. Hal ini akan memberikan dorongan atau stimulus kepada pengusaha lokal untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan mereka melalui pelatihan di bidang usaha jasa pertambangan dan juga akan membuat biaya produksi perusahaan pertambangan lebih efisien.

7.3.3 Prinsip Good Corporate Governance GCG

Prinsip ini dianggap sebuah keharusan dan diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan dimana GCG lebih mengarah pada shareholders driven concept sedangkan prinsip model kelembagaan pemanfaatan sumberdaya tambang kaitannya terhadap pembangunan wilayah lebih pada stakeholders driven concept . Pada aspek ekonomi telah diatur dalam pasal 65 ayat 1 Undang Undang Minerba yang menegaskan bahwa “badan usaha, Koperasi, dan perseorangan seperti yang telah dijelaskan pada pasal 51, pasal 54, pasal 57, dan pasal 60 yang melakukan usaha pertambangan wajib memenuhi usaha pertambangan, aspek administrasi, persayaratn teknis, persayaratan lingkungan, dan persyaratan finansial.

7.3.4 Prinsip Pengembangan Komunitas

Makna penyusunan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat harus secara konsisten dan berkelanjutan mulai dari aspek perencanaan, rencana aksi, yang melibatkan para pihak bertujuan untuk 199 meminimalisir resistensi dengan masyarakat termasuk LSM agar ketimpangan wilayah sekitar yang selalu terjadi pada pemanfaatan sumberdaya tambang dapat diminimalisir. Meskipun telah dijelaskan pada pasal 108 jo pasal 39 ayat 1 huruf j dan ayat 2 huruf n, pasal 78 huruf j dan pasal 79 huruf m Undang Undang Minerba namun orientasinya lebih pada pengembangan masyarakat community development . Pandangan ini cukup sempit bila dibandingkan dengan aspek human capital dalam pandangan stakeholders driven concept. Pada pasal 95 huruf d yang berkaitan dengan pemegang IUP dan IUPK serta kontrak karya untuk melaksanakan pengembangan masyarakat setempat. Sedangkan pada pasal 106 Undang-undang minerba menegaskan pada para pemegang IUP dan IUPK harus mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang dan jasa dalam negeri.

7.3.5 Prinsip Pendidikan

Prinsip ini termuat pada pasal 39 ayat 2 huruf r berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dan huruf v berkaitan dengan pengembangan tenaga kerja Indonesia. Pada pasal 79 huruf q berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dan huruf u berkaitan dengan pengembangan tenaga kerja Indonesia. Meskipun penekanan prinsip ini masih bersifat umum namun dapat digarisbawahi bahwa peningkatan kapasitas tenaga kerja lokal menjadi bagian dari tanggung jawab perusahaan pemegang IUP, IUPK dan KK. Manfaat bagi pemegang usaha kegiatan pertambangan dapat mengurangi biaya tidak tetap terhadap pemanfaatan tenaga kerja asing yang harus disediakan akomodasi dan transportasi lokalnya oleh pihak perusahaan.

7.3.6 Prinsip Keterbukaan Informasi

Makna dari prinsip ini lebih ditekankan pada peningkatan kapasitas pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya tambang. Pasal 64 berkaitan dengan kewajiban pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya mengumumkan rencana kegiatan usaha pertambangan yang dilaksanakan oleh pemerintah di WIUP kepada masyarakat secara terbuka.