Regresi Partisipasi Versus Jenis Kelamin dan Umur dan Pekerjaan

199 meminimalisir resistensi dengan masyarakat termasuk LSM agar ketimpangan wilayah sekitar yang selalu terjadi pada pemanfaatan sumberdaya tambang dapat diminimalisir. Meskipun telah dijelaskan pada pasal 108 jo pasal 39 ayat 1 huruf j dan ayat 2 huruf n, pasal 78 huruf j dan pasal 79 huruf m Undang Undang Minerba namun orientasinya lebih pada pengembangan masyarakat community development . Pandangan ini cukup sempit bila dibandingkan dengan aspek human capital dalam pandangan stakeholders driven concept. Pada pasal 95 huruf d yang berkaitan dengan pemegang IUP dan IUPK serta kontrak karya untuk melaksanakan pengembangan masyarakat setempat. Sedangkan pada pasal 106 Undang-undang minerba menegaskan pada para pemegang IUP dan IUPK harus mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang dan jasa dalam negeri.

7.3.5 Prinsip Pendidikan

Prinsip ini termuat pada pasal 39 ayat 2 huruf r berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dan huruf v berkaitan dengan pengembangan tenaga kerja Indonesia. Pada pasal 79 huruf q berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dan huruf u berkaitan dengan pengembangan tenaga kerja Indonesia. Meskipun penekanan prinsip ini masih bersifat umum namun dapat digarisbawahi bahwa peningkatan kapasitas tenaga kerja lokal menjadi bagian dari tanggung jawab perusahaan pemegang IUP, IUPK dan KK. Manfaat bagi pemegang usaha kegiatan pertambangan dapat mengurangi biaya tidak tetap terhadap pemanfaatan tenaga kerja asing yang harus disediakan akomodasi dan transportasi lokalnya oleh pihak perusahaan.

7.3.6 Prinsip Keterbukaan Informasi

Makna dari prinsip ini lebih ditekankan pada peningkatan kapasitas pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya tambang. Pasal 64 berkaitan dengan kewajiban pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya mengumumkan rencana kegiatan usaha pertambangan yang dilaksanakan oleh pemerintah di WIUP kepada masyarakat secara terbuka. 200 Demikian pula pada pasal 139 berkaitan dengan kewajiban Menteri ESDM untuk melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan usaha pertambangan antara lain: a Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan pengelolaan usaha pertambangan. b Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi. c Pendidikan dan pelatihan; dan d Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemberitahuan, dan evaluasi penyelenggaraan usaha pertambangan di bidang mineral dan batubara. Hasil pengamatan dilapangan bahwa prinsip keterbukaan informasi masih cukup terbatas untuk dapat diakses oleh masyarakat, terutama berkaitan dengan rencana anggaran dan produksi perusahaan pertambangan di suatu wilayah. Meskipun hal ini erat kaitannya dengan etika perolehan informasi namun komponen ini penting bagi masyarakat sebagai penerima manfaat dari usaha pertambangan. Oleh karena itu perlu adanya kelembagaan yang dapat menjembatani dua kepentingan tersebut.

7.3.7 Prinsip Pencegahan Perusakan lingkungan

Pada dasarnya pencegahan bermakna penanganan secara dini, oleh Karena itu pemegang IUP , IUPK dan KK wajib memenuhi ketentuan AMDAL danatau UKLUPL sebagaimana yang telah diatur pada pasal 37 dan pasal 38 Undang- Undang Minerba sehingga pencegahan dan perusakan lingkungan dapat diatasi secara dini. Demikian pula pasal 99 Undang Undang Minerba telah menegaskan bahwa setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pascatambang pada saat mengajukan permohonan IUP operasi produksi dan IUPK operasi produksi. Pada pasal 100 Undang Undang Minerba ayat 1 telah ditegaskan juga bahwa Pemegang IUP dan IUP wajib menyediakan dana jaminan reklamasi dan dan jaminan pasca tambang. Pada ayat 2 Menteri, Gubernur, WalikotaBupati sesuai dengan kewenangannya dapat menetapkan pihak ketiga untuk melakukan reklamasi dan pascatambang dengan dan jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Kemudian pada ayat 3 menegaskan bahwa ketentuan sebagaimana pada ayat 2 diberlakukan apabila pemegang IUP dan IUPK tidak melaksanakan reklamasi dan pasca tambang sesuai denga rencana yang telah disetujui.