Hak dan Rezim Kepemilikan
26 4.
Infrastruktur dan fasilitas public man-made capital: INF. 5.
Penataan ruang spatial ordering: TTR, 6.
Penganggaran belanja budgeting: BUD.
7.
Jejaring keterkaitan daerah spatial interaction. Selanjutnya kemajuan instrumen diatas dapat diukur dengan: 1
pertumbuhan ekonomi daerah economic growth, 2 produktivitas ekonomi daerah productivity, 3 pendapatan asli daerah fiscal capacity, 4 tingkat
kemiskinan poverty, dan pengangguran unemployment, di daerah Hakim, 2007.
Pemetaan potensi ekonomi daerah didefinisikan sebagai sistem pentransformasian data menjadi basis pengetahuan yang diharapkan mampu
mendukung kebijakan pengembangan potensi ekonomi daerah bagi pencapaian kinerja kemajuan sesuai yang diharapkan. Pemetaan Potensi Ekonomi daerah ini
terdiri dari : 1.
Inventarisasi data yang tersedia diperhitungkan dapat digunakan sebagai proksi pengukur berbagai sumberdaya dan instrumen yang dimiliki, serta
kinerja pembangunan ekonomi yang dicapai oleh setiap daerah. 2.
Mentransformasikan setiap data pada kegiatan ke dalam beberapa variabel indikator daerah tentang tipologi sumberdaya dan instrumen yang dimiliki
serta kinerja pembangunan ekonomi yang dicapai; 3.
Menyeleksi variabel-variabel indikator daerah, yang memilki variasi interregional cukup signifikan;
4. Menyarikan variabel-variabel indikator yang terpilih pada kegiatan ke
dalam beberapa indeks komposit indikator daerah; 5.
Membangun model kuantitatif yang dapat menjelaskan struktur keterkaitan serta peran berbagai indeks komposit indikator daerah tentang tipologi
sumberdaya dan instrumen yang dimiliki terhadap indikator daerah tentang pencapaian kemajuan ekonomi;
6. Mensimulasikan model hasil kegiatan untuk merumuskan rekomendasi
kebijakan pengelolaan sumberdaya dan instrumen yang dimiliki dan kbijakan strategis bagi optimalisasi pencapaian kinerja kemajuan ekonomi
daerah;
27 7.
Menyajikan informasi hasil analisis ke dalam bentuk tampilan peta spasial; dan mendokumentasikan ringkasan tentang proses, hasil, serta
rekomendasi hasil kebijakan penting, untuk dapat dijadikan basis pendukung dalam proses perumusan kebijakan, penyusunan rencana dan
program pengembangan. Perputaran roda perubahan ke arah kemajuan pembangunan terkait dengan
peran parapihak, dapat dikelompokkan ke dalam empat pilar utama, yaitu: 1 institusi keilmuan, 2 pemerintah, 3 dunia usaha, dan 4 masyarakat luas.
Pembangunan berbasis pada perkembangan ilmu pengetahuan, pemerintah yang semakin bersih dan adil, dunia usaha yang semakin profesional, dan masyarakat
luas yang semakin aktif partisipatif produktif. Konsep pembangunan yang terlalu menyederhanakan bahwa semuanya
akan ikut mendapat penguatan dengan hanya mendorong pertumbuhan ekonomi trickle down effect
tidak mendapat dukungan empirik yang luas Sen, 1992. Negara Brazil sebagai contoh, yang mencapai kapasitas ekonomi diukur dengan
GNP: Gross National Product, perkapita yang besarnya 10 kali lipat dari China 1980, tingkat keberdayaan masyarakatnya jika diukur dengan angka harapan
hidup berada satu poin lebih dari masyarakat China. Demikian juga Meksiko yang mencapai kapasitas ekonominya hampir 10
kali lipat Srilangka, pencapaian keberdayaan masyarakatnya berada satu poin di bawah Srilangka. Sejalan dengan kajian Clifford Geerzt yang menyimpulkan
adanya fenomena keterbelakangan akibat keterisolasian, konsep pengembangan infrastruktur yang memperluas akses secara fisik sampai ketingkat desa, kemudian
diyakini banyak pihak sebagai instrumen yang mampu merubah ke arah kemajuan. Namun yang terjadi justru percepatan proses pemiskinan dan
penelantaran sumberdaya pedesaan. Fenomena ini yang oleh Myrdal 1979 dalam Rustiadi et al 2009 disebut sebagai pencucian daerah belakang backwash
effect .
Kebijakan perubahan peruntukan kawasan konservasi pada umumya dihadapkan dengan pandangan yang berbeda dan selalu menemui jalan buntu
dalam perdebatan baik formal maupun informal yang melibatkan seluruh pihak dan lapisan masyarakat yang dipicu oleh perbedaan pengetahuan dan pemahaman,
28 perbedaan nilai, perbedaan alokasi keuntungan dan kerugian, bahkan sampai pada
perbedaan latar belakang personal dan sejarah kelompok-kelompok yang berkepentingan Mitchel et al 2007. Oleh karena itu perlu adanya formulasi
pemikiran yang dapat mensinergiskan perbedaan tersebut agar menjadi suatu potensi yang dapat dikelola melalui pertimbangan yang komprehensif dan
memiliki orientasi yang jelas bagi kepentingan masyarakat. Adapun pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain:
A. Pertimbangan hukum dan kelembagaan :
- Perubahan kawasan hutan menghargai perijinan atas kawasan yang
telah diterbitkan oleh Pemerintah, seperti : IUPHHK, penggunaan kawasan hutan.
- Perubahan kawasan hutan menghargai keberadaan proyek-proyekaset
pemerintah, seperti : realisasi gerhan, reboisasi, dll. -
Perubahan kawasan menghargai keberadaan atas sertifikat atau bukti- bukti kepemilikan atas tanah.
- Perubahan kawasan hutan merupakan bagian dari upaya resolusi
permasalahan kemantapan kawasan hutan. B.
Pertimbangan Ekonomi dan Sosial-Budaya : -
Perubahan kawasan
hutan mempertimbangkan
keberadaan pemukiman dan kebutuhan lahan usahanya dalam luasan yang
rasional, utamanya yang telah eksis sejak lama 10 tahun; -
Perubahan kawasan
hutan untuk
permukiman juga
mempertimbangkan keberadaan infrastruktur fisik fasos, fasum dan kelembagaan desa organisasi perangkat desa.
- Perubahan kawasan hutan menghargai keberadaan situs budaya dan
obyek-obyek yang menjadi sumber-sumber penghidupan masyarakat. -
Perubahan kawasan hutan mempertimbangkan upaya daerah untuk mengoptimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam untuk kesejahteraan
masyarakat secara berkelanjutan. C.
Pertimbangan Ekologi : -
Pertimbangan ekologi bertujuan untuk membangun keseimbangan jangka panjang interaksi antar komponen sistem lingkungan abiotik
29 dan biotik, termasuk di dalamnya unsur interaksi sosial manusia
untuk dapat mewujudkan kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan;
- Perubahan kawasan hutan mempertimbangkan aspek keanekaragaman
hayati dan ekosistemnya, sehingga tetap terjaga keberadaan dan kelestariannya.
- Perubahan kawasan hutan mempertimbangkan fungsi satu kawasan
sebagai bagian dari suatu ekosistem. -
Mendukung upaya global untuk menurunkan emisi karbon dalam rangka mitigasi perubahan iklim.