Proses dan Pengembangan Wilayah.

40 bumi dan gas alam pertambangan umum, kehutanan dan perikanan disajikan pada Tabel 5 beriku ini. Meskipun Undang-Undang ini telah diterapkan dengan peraturan pemerintah yang baru namun filosofis dari masing-masing peraturan tentang bagi hasil ini relative hampir sama, karena item-item yang dibagi ke daerah tidak banyak mengalami perubahan bila dibandingkan dengan pertautran pemerintah sebelumnya. Diharapkan nanti peraturan bagi hasil ini akan semakin diperbaiki sesuai dengan kebutuhan dan tantangan ekonomi daerah yang semakin meningkat. Tabel 5. Undang-Undang No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah Sumber: Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126 No Penerimaan Pusat Provinsi KabKota penghasilan KabKota lainnya I Sumberdaya Alam Non-Migas Kehutanan : - PSDH 20 16 32 32 - IHPH 20 16 64 - Dana Reboisasi 60 40 Pertambangan : - Land rent 20 16 64 - Royalti 20 16 32 32 Perikanan 20 II Sumberdaya Alam Migas Penerimaan negara setelah dikurang komponen pajak yang berasal dari minyak bumi. 84,5 3 6 6 Penerimaan negara setelah dikurangi komponen pajak yang berasal dari migas 69,5 6 12 12 41

2.7. Kewenangan Bidang Energi dan Sumberdaya Mineral di Era

Otonomi Daerah Otonomi daerah bidang energi dan sumberdaya mineral bersumber dari UUD 1945, Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pemberian urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah KabupatenKota dan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No-1451 K30MEM2000 sampai dengan No.l454 K30MEM2000 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan dan Kewenangan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral. Peraturan perundang-undangan tersebut dapat digunakan sebagai piranti acuan awal dan dasar untuk penyelenggaran dan pelaksanaan otonomi daerah di bidang-bidang geologi dan sumberdaya mineral, pertambangan umum minyak dan gas bumi serta listik dan pengembangan energi. Otonomi daerah dalam bidang energi dan sumberdaya mineral kewenangan pemerintah pada kebijakan: meliputi norma, standar, kriteria pengaturan, persyaratan dan pedoman serta kewenangan kesempatan tingkat pelaksanaan terbatas yang bertujuan mempertahankan dan memelihara identitas dan integritas bangsa dan negara, menjamin kualitas dan efisiensi pelayanan umum, supremasi hukum, dan menciptakan stabilitas ekonomi dalam rangka peningkatan pemberdayaan dan kemakmuran rakyat. Skema tersebut telah mampu mensinergikan sebagian kepentingan daerah terutama dalam pemberian izin-izin pertambangan sehingga Pemerintah pusat tidak terlalu jauh lagi mengintervensi kewenangan daerah meskipun dalam konteks pembagian hasil relatif masih dikelolah oleh pemerintah pusat. Selain itu skema diformulasi bertujuan untuk mengurangi konflik kepentingan para pihak dan lebih memberikan ruang gerak buat pemerintah daerah untuk mengoptimalkan sumber penerimaan keuangan melalui pemanfaatan sumberdaya tambang terutama berkaitan dengan peningkatan daya dukung kelembagaan yang bersifat normatif untuk mengatur hal-hal yang belum diatur secara eksplisit dalam Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah.