Sumberdaya Mineral Dan Pembangunan Ekonomi Wilayah

23 pengembangan ekonomi adalah mencerminkan penerapan konsep. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 9 terkait dengan keterpaduan konsep tersebut. Gambar 9. Skema Keterpaduan Konsep Sering kali pada sumberdaya yang sama, misalnya tanah, terdapat berbagai hak yang melekat dan hak-hak ini dapat saja dimiliki oleh tidak pada satu orang atau kelompok yang sama. Hal ini yang kemudian menyebabkan konsep tenurial ini sering dijelaskan dengan prinsip bundle of rights sebundel hak-hak. Ostrom dan Schlager 1996 mengatakan bahwa hak-hak ini dapat diuraikan menjadi: 1 Hak atas akses rights of access: adalah hak untuk memasuki suatu wilayah tertentu; 2 Hak pemanfaatan rights of withdrawal: adalah hak untuk mengambil sesuatu atau untuk memanen sesuatu hasil alam seperti untuk memancing ikan, memanen buah, mengambil air, menebang pohon, dan sebagainya; 3 Hak pengelolaan rights of management: adalah hak untuk mengatur pola pemanfaatan internal dan merubah sumberdaya yang ada untuk tujuan meningkatkan hasil atau produksi; 4 Hak pembatasan rights of exclusion: adalah hak untuk menentukan siapa saja yang dapat memperoleh hak atas akses dan membuat aturan pemindahan hak atas akes ini dari seseorang ke orang lainnya atau lembagakelompok lain; dan 5 Hak pelepasan rights of alienation: adalah hak untuk menjual atau menyewakan atau kedua-duanya. Adapun hubungan antara penguasaan sumberdaya terhadap posisi aktor disajikan pada tabel berikut. Actor Approach Long, 1996 Access Analysis Peluso, 1996 Property Right Regimes Fauzi, 2006 Kekuasaan menurut Peluso, 1996 membentuk “bundel kuasaan” dan “jaring kekuasaan” Economy Growth commodity chains Policy of Conservation 24 Tabel 3. Kumpulan Hak dan Posisi Aktor Owner Proprietor Outorized Claimant Outorized User Outorized Entrant Acces X X X X X Withdrawal X X X X Management X X X Exlusion X X Alienation X Selanjutnya Long 2002 menyatakan bahwa dengan menggunakan pendekatan aktor, interaksi antar aktor kelembagaan, hak kepemilikan, proses dan kebijakan dapat dijelaskan melalui matriks antar komponen yang saling mempengaruhi sebagaimana terdapat pada Gambar 10 berikut ini. Sumber : Long 2002 Gambar 10. Pendekatan Aktor

2.3. Konflik Penguasaan Lahan Sebagai bagian Perilaku Kelembagaan

Pandangan post modernism adalah konflik harus diposisikan sebagai potensi yang harus dikelola secara optimal yang telah bersifat kodrati dalam diri manusia sebagai mahluk yang sempurna memiliki akal. Pendekatan penyelesaian konflik dengan melihat manusia bukan lagi obyek bukan subyek penderita tetapi merupakan bagian dari sistem disetiap lembaga telah menjadi pedoman bagi lembaga yang telah menempatkan aspek manusia sebagi pemecah masalah namun juga akan menimbulkan masalah. 25 Konflik dalam perspektif interaksionis merupakan stimulan ketika suatu kelompok masyarakat bersifat statis bahkan munkin apatis terhadap dinamika serta fenomena pemanfaatan sumberdaya dengan lebih mementingkan hak akses maka seyogyanya ada seseorang yang memilki kapasitas untuk mempertahankan dan memelihara konflik pada tingkat yang optimal dengan tujuan dapat menciptakan suasana yang dinamis serta inovatis terhadap perubahan-perubahan yang sedang datang baik dari pesaing maupun dari internal kelembagaan itu sendiri. Perbedaan dan pertentangan kepentingan dalam pengalokasian sumberdaya sering muncul sehingga hirarki pengambilan keputusan tidak jadi barmakna yang baik karena pertentangan atau konflik tersebut muncul adanya perbedaan pandangan, idiologi bahkan harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan merupakan tantangan bagi pengelolaan suatau lingkungan kelembagaan dalam menyerap dan mengolah serta mendistribusikan kembali perbedaan tersebut dalam suatu informasi yang baik dalam mencapai kesepakatan sebagai satu dari begitu banyak alternatif yang disepakati Mitchell dan Dwita, 2007. Menurut Own 1991:13 dalam Wahyudi 2011, konsep kelembagaan yang menempatkan organisasi sebagai perhatian utama adalah bagian dari konsep klasik sedangkan saat ini manusialah yang menjadi perhatian dan penentu maju mundur sistem kelembagaan adalah pandangan neo-classic. Artinya perilaku kelembagaan adalah suatu pandangan ilmu pengetahuan yang menerangkan, mengerti dan memprediksi perilaku manusian dalam lingkungan secara formal.

2.4. Pemetaan Potensi Sumberdaya Ekonomi Wilayah melalui Perubahan

Peruntukan Kawasan Potensi ekonomi daerah didefinisikan sebagai segala sumberdaya dan instrumen yang dimiliki daerah yang terukur datanya tersedia serta diperhitungkan mampu mendorong kemajuan perekonomian daerah. Sumberdaya dan instrumen tersebut meliputi: 1. Sumberdaya alam natural capital: SDA. 2. Sumberdaya manusia human capital: SDM. 3. Sumberdaya sosial social capital: SDS. 26 4. Infrastruktur dan fasilitas public man-made capital: INF. 5. Penataan ruang spatial ordering: TTR, 6. Penganggaran belanja budgeting: BUD. 7. Jejaring keterkaitan daerah spatial interaction. Selanjutnya kemajuan instrumen diatas dapat diukur dengan: 1 pertumbuhan ekonomi daerah economic growth, 2 produktivitas ekonomi daerah productivity, 3 pendapatan asli daerah fiscal capacity, 4 tingkat kemiskinan poverty, dan pengangguran unemployment, di daerah Hakim, 2007. Pemetaan potensi ekonomi daerah didefinisikan sebagai sistem pentransformasian data menjadi basis pengetahuan yang diharapkan mampu mendukung kebijakan pengembangan potensi ekonomi daerah bagi pencapaian kinerja kemajuan sesuai yang diharapkan. Pemetaan Potensi Ekonomi daerah ini terdiri dari : 1. Inventarisasi data yang tersedia diperhitungkan dapat digunakan sebagai proksi pengukur berbagai sumberdaya dan instrumen yang dimiliki, serta kinerja pembangunan ekonomi yang dicapai oleh setiap daerah. 2. Mentransformasikan setiap data pada kegiatan ke dalam beberapa variabel indikator daerah tentang tipologi sumberdaya dan instrumen yang dimiliki serta kinerja pembangunan ekonomi yang dicapai; 3. Menyeleksi variabel-variabel indikator daerah, yang memilki variasi interregional cukup signifikan; 4. Menyarikan variabel-variabel indikator yang terpilih pada kegiatan ke dalam beberapa indeks komposit indikator daerah; 5. Membangun model kuantitatif yang dapat menjelaskan struktur keterkaitan serta peran berbagai indeks komposit indikator daerah tentang tipologi sumberdaya dan instrumen yang dimiliki terhadap indikator daerah tentang pencapaian kemajuan ekonomi; 6. Mensimulasikan model hasil kegiatan untuk merumuskan rekomendasi kebijakan pengelolaan sumberdaya dan instrumen yang dimiliki dan kbijakan strategis bagi optimalisasi pencapaian kinerja kemajuan ekonomi daerah;