Analisis Identifikasi Analisis Spasial

Gambar 22. Peta Wilayah Administrasi Lokasi Penelitian Konsesi Kontrak Karya PT Gorontalo Minerals Peta di atas menunjukkan bahwa di wilayah utara, kecamatan yang sebagian wilayahnya tumpang tindih dengan wilayah kontrak karya yaitu Kecamatan Suwawa Timur. Adapun nama-nama desa tersebut adalah Desa Tulabolo, Desa Tulabolo Timur, Desa Bangio. Ketiga desa ini menjadi arus lalulintas masyarakat dalam melakukan kegiatan sosial ekonomi maupun menuju pemukiman di Enclave Pinogu karena terdapat jalan setapak yang dapat dilalui kendaraan roda dua motor ojek. Selain itu terdapat jalan perintis yang dibangun oleh PT Gorontalo Minerals digunakan untuk mendukung aktivitas penelitian eksplorasi terhadap wilayah pertambangan. Terdapat juga DesaDusun Bangio yang merupakan wilayah yang digunakan oleh Penambang tanpa Izin yang dikenal dengan nama titik bor 15 dan titik bor 1. Pada peta administrasi Gambar 23. Pada wilayah ini terdapat aktivitas penelitian eksplorasi perusahaan, peta pertambangan tanpa izin dapat dilihat pada Gambar 23. Gambar 23. Peta Pertambangan Tanpa Izin PETI Hasil pemutakhiran di lapangan bahwa di wilayah utara konsesi inilah yang menjadi informasi awal kegiatan penambangan tanpa izin seperti terlihat Gambar 23 diatas menunjukkan bahwa Dusun Mohutango yang berada diwilayah administrasi Desa Tulabolo Timur dan Motomboto yang berlokasi di Dusun Bangio, dimana aktivitas pertambangan tanpa izin tersebut dimulai sejak tahun 1989 kemudian secara ekspansif kegiatan PETI ini dilakukan berdasarkan informasi masyarakat dimana penelitian eksplorasi telah dilakukan oleh Perusahaan pemegang Izin Kontrak Karya. PETI ini masih tetap berlangsung saat ini sesuai dengan informasi dimana sekolompok PETI memperoleh emas hasil galian lebih banyak. Tadumpul merupakan istilah para PETI jika hasil lokasi banyak emas sehingga ditempat itu akan semakin banyak para penambang yang berdatangan. Dijumpai di Desa Bangio Kecamatan Suwawa Timur terdapat 8000 orang penambang tanpa izin yang berasal dari berbagai daerah tetangga seprti Bolaang Mongondow, Minahasa, Jawa, dan lebih banyak masyarakat sekitar Bone Bolango. Meskipun wilayah ini telah menjadi bagian dari Taman Nasional pada Tahun 1992 dengan nama Taman Nasional Bogani Nani Wartabone kegiatan penambangan ini tetap berlangsung bahkan telah menjadi bagian dari kegiatan ekonomi masyarakat pada sektor informal dimana untuk menjangkau lokasi tersebut dapat dilalui dengan menggunakan angkutan kendaraan roda dua ojek dan tenaga buruh untuk mengangkut barang kebutuhan sehari-hari sekitar 15.000 penambang tanpa izin serta peralatan mesin yang digunakan yaitu: 1 Mesin Diesel 2 Pk. 2 Tromol 3 Derek Penghancur batu 4 Merkury dan Cianida 5 Bahan Bangunan Semen, Terpal, Paku, Seng dan Besi 6 Beras, Ikan Kering, dan rempah-rempah. 7 Minuman beralkohol 8 Hasil olahan tambang Emas dan Perak Selanjutnya peta pemukiman yang tumpang tindih dengan kawasan konsesi kontrak karya dapat dilihat pada Gambar 24. Gambar 24. Peta Permukiman yang Berhimpitan Langsung dengan Peta Konsesi Kontrak Karya PT Gorontalo Minerals Peta pemukiman di atas menginformasikan bahwa sebaran pemukiman yang paling banyak yaitu di wilayah selatan Konsesi Kontrak Karya yaitu Kecamatan Bone Raya, Kecamatan Bulawa, Kecamatan Bone dan terakhir yaitu Kecamatan Suwawa Timur yang terletak di wilayah utara peta konsesi Kontrak Karya . Dari aspek topografi Kecamatan Bulawa yang memiliki daratan yang cukup luas bila dibanding dengan kecamatan lain yaitu dataran rendah 12,05 km 2 , dataran tinggi 38,78 km 2 dengan jumlah penduduk 1.346 KK atau 5.876 penduduk. Kemudian disusul Kecamatan Bone Raya yaitu dataran rendah 11,66 km 2 , dataran tinggi 24,16 km 2 ,dengan jumlah penduduk 4.763 jiwa. Selengkapnya peta areal yang tumpang tindih dengan wilayah konsesi kontrak karya dapat dilihat pada Gambar 25. Gambar 25. Peta Areal Pertanian yang Berhimpitan Langsung dengan Konsesi Kontrak Karya PT Gorontalo Minerals Peta areal pertanian menginformasikan tentang sebagian ruang konsesi Kontrak karya telah dimanfaatkan masyarakat sebagian lahannya untuk bercocok tanam terutama untuk pertanian lahan kering terutama di wilayah sebelah selatan. Dibanding dengan wilayah pemukiman maka pemanfaatan untuk pertanian lebih luas. Adapun jenis tanaman tahunan yang lebih banyak dijumpai yaitu kelapa dalam, kemiri, cengkeh, jambu mente, kakao, mangga, langsat, durian dan tanaman pisang. Selain itu terdapat pula tanaman lain seperti jagung, umbi- umbian dan tanaman hortikultura seperti rica, tomat dan juga tanaman sayur- mayur. Terdapat pula jenis tanaman vanili namun jenis tanaman ini tidak berkembang karena teknis budidayanya agak sulit dilakukan. Tanaman tahunan yang paling banyak dijumpai di budidayakan masyarakat di wilayah konsesi ini yaitu pohon kelapa dalam, cengkeh, mangga dan jambu mente. Peta penutupan lahan dapat dilihat pada Gambar 26. Gambar 26. Peta Penutupan Lahan di Wilayah Konsesi Kontrak Karya PT Gorontalo Minerals. Peta di atas merupakan gabungan dari bagian-bagian peta yang memberikan informasi terkait dengan pemanfaatan ruang dalam kawasan konsesi Kontrak Karya PT Gorontalo Minerals. Dinamika pemanfaatan ruang ini masih lebih banyak didominasi oleh lahan berhutan. Penggunaan lahan diikuti oleh pemanfaatan ruang untuk pertanian, lahan terbuka yang merupakan lahan bekas peladangan dan penambangan tanpa izin berpindah, lahan semak belukar, dimana lahan ini telah lama tidak dimanfaatkan lagi oleh masyarakat dan dibiarkan begitu saja.Pemanfaatan berikutnya adalah untuk pemukiman termasuk didalamnya adanya fasilitas umum dan khusus masyarakat seperti Rumah Sakit Umum Daerah Tombulilato, Kantor Kepolisian dan Puskesmas di tingkat kecamatan serta fasilitas lain seperti sarana ibadah dan lapangan olahraga.

5.2.2. Analisis Inventarisasi Lokasi

Adapun lokasi yang diinventarisasi dibatasi pada wilayah tumpang tindih dengan konsesi kontrak karya, yaitu Kecamatan Suwawa Timur, Kecamatan Bone Pantai, Kecamatan Bulawa, Kecamatan Bone Raya dan Kecamatan Bone. Tujuannya yaitu untuk mengetahui berapa luas lahan yang dikuasai masyarakat yang merupakan lahan kontrak karya tersebut agar dapat mempermudah para pihak melakukan pendekataan kelembagaan di masa yang akan datang.

1. Kecamatan Suwawa Timur

Di wilayah utara terdapat satu Kecamatan yang sebagian wilayahnya berada dilahan konsesi kontrak karya PT Gorontalo Minerals yaitu Kecamatan Suwawa Timur, adapun nama-nama desa tersebut Desa Bangio luas Kawasan Hutan 5,638,11 hektar, PETI 17.80 hektar, Sungai 1.44 hektar, dan Desa Tulabolo Timur areal pertanian 139.46 hektar, hutan 1,038.31 hektar, pemukiman 0,44 hektar, dan Pertambangan tanpa izin 11,69 hektar. Total 6,743,2 hektar, luas lahan yang berada diwilayah administrasi Kecamatan Suwawa Timur. Sesuai dengan sejarah yang telah diilustrasikan diatas bahwa kegiatan penelitian eksplorasi oleh perusahaan-perusahaan pemegang kontrak karya memulai kegiatannya di wilayah ini dan d iwilayah ini pula awal dimualinya kegiatan pertambangan tanpa izin oleh masyarakat. Luas Penguasaan lahan dapat dilihat pada Tabel 39 berikut. Tabel 39. Luas Penguasaan lahan di Kecamatan Suwawa Timur Desa Luas hektar Areal Pertanian Hutan Semak Belukar Per Kebun- an Per mukiman PETI Sungai Total Bangio 0 5,638 18 1 5,657.34 Tulabulo Timur 139 1,038 12 1,189.90 Total 139.46 6,676.42 0.00 0.00 0.44 29.49 1.44 6,847.24 Wilayah Kecamatan Suwawa Timur yang berada dalam kawasan kontrak karya yaitu dua desa dimana masing-masing desa masih didominasi oleh kawasan hutan 6,676,42 hektar kemudian disusl oleh areal pertanian yaitu 139.46 hektar dan terakhir yaitu penguasaan lahan oleh Pertambangan tanpa izin seluas 29.49 hektar. Hal ini nampak pada gambar grafik dibawah ini. Wilayah PETI yang dapat diinterpretasi didua desa ini 30 hektar namun klaim masyarakat penambang yang diusulkan menjadi wilayah pertambangan rakyat yaitu 1.100 hektar. Grafik penguasaan lahan dapat dilihat pada Gambar 27. Gambar 27. Grafik Penguasaan Lahan Di Kecamtan Suwawa Timur

2. Kecamatan Bone

Hasil analisis tentang inventarisasi luasan lahan yang dimanfaatkan nampak pada Tabel 39 yaitu Kecamatan Bone berada di wilayah paling timur dari wilayah konsesi kontrak karya terdapat dua desa yang berhimpitan langsung dengan lahan konsesi yaitu Desa Bilolantunga terdapat areal pertanian seluas 256 hektar, hutan 1382,73 hektar, semak belukar 214,71 hektar, perekebunan 29,82 hektar, pemukiman 17,86 hektar. Kemudian di Desa Waluhu terdapat areal pertanian 91,93 hektar, hutan 211,53 hektar, semak belukar 120,16 hektar, perkebunan 18,75 hektar, pemukiman 9,69 hektar. Sehingga total luasan 2353,83 hektar. Kecamatan Bone Pantai yaitu wilayah yang berada paling barat dari wilayah konsesi dan merupakan kecamatan induk dari seluruh kecamatan pemekaran yang ada di wilayah pesisir selatan Kabupaten Bone Bolango. Terdapat satu desa yang berhimpitan langsung dengan lahan konsesi yaitu Desa Ombulo Hijau dengan luas areal hutan 171,54 hektar. Luas penguasaan lahan dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40. Luas Penguasaan Lahan di Kecamatan Bone Desa Luas hektar Areal Pertanian Hutan Semak Belukar Per kebunan Per mukiman PETI Sungai Total Bilo Lantunga 257 1,383 215 30 18 1,901.78 Waluhu 92 212 120 19 10 452.06 Tota 348.58 1,594.26 334.87

48.57 27.55

0.00 0.00 2,353.83 Penguasaan lahan di Kecamatan Bone didominasi oleh kawasan hutan 1,594.26 hektar, disusul kawasan pertanian kering yaitu 348,58 hektar dengan jenis tanaman cengkeh, kelapa dalam dan tanaman tahunan lainnya. Kawasan semak belukar cukup luas yaitu 334.87 hektar, lahan ini sebagian adalah lahan yang ditinggalkan peladang berpindah dan lainnya yaitu lahan bekas pertambangan tanpa izin. Terdapat juga kawasan pemukiman dilahan yang dikuasai masyarakat yaitu 27.55 hektar. Penggambaran ini akan lebih detail pada Grafik 28 berikut. Gambar 28. Grafik Penguasaan Lahan Di Kecamatan Bone

3. Kecamatan Bone Raya

Di Kecamatan Bone Raya terdapat dua konsentrasi pemukiman masyarakat di wilayah pesisir selatan tepatnya di Toluk Tomini, diantaranya yaitu Kecamatan Bone Raya. Bila ditinjau dari sisi sejarah wilayah ini termasuk salah satu wilayah yang menjadi tempat penyebaran agama Islam, terbukti adanya masjid tertua di ibukota kecamatan yaitu Desa Tombulilato yang dibangun sejak Abad ke 18 M melalui Organisasi Syarikat Islam Katili L tokoh masyarakat Bone Posisir. Terdapat delapan desa berhimpitan langsung dengan lahan konsesi jadi wilayah administrasi ini berada diwilayah konsesi yaitu Desa Alo, Desa Inomata, Desa Laut Biru, Desa Moopiya, Desa Mootayu, Desa Mootinelo, Desa Pelita Hijau, Desa Tombulilato. Masing-masing total luasan yaitu areal pertanian 811,03 hektar, hutan 3,446,38 hektar, semak belukar 277,83 hektar, perkebunan 1,662.42 hektar, pemukiman 133,18 hektar, pertambangan tanpa izin 0,24 hektar, sehingga total luasan lahan pemanfaatan di Kecamatan Bone Raya yaitu 6331.08 hektar Tabel 41. Meskipun wilayah ini kecamatan pemekaran dari kecamatan Bone Pantai namun terdapat beberapa fasilitas umum di wilayah ini seperti Rumah Sakit Daerah Tomulilato dan Tempat Pelelangan Ikan. Tabel 41. Luas Lahan penguasaan lahan di Kecamatan Bone Raya Desa Luas hektar Areal Pertanian Hutan Semak Belukar Per kebunan Per mukiman PETI Sungai Grand Total Alo 14 646 49 263 22 992.96 Inomata 20 278 27 147 17 489.82 Laut Biru 46 185 12 143 9 394.45 Moopiya 2 3 26 8 39.28 Mootayu 500 1,627 80 429 23 2,660.53 Mootinelo 56 214 22 141 11 444.45 Pelita Jaya 161 495 85 497 18 1,256.30 Tombulilato 12 17 25 53.28 Total 811.03 3,446.38 277.83 1,662.42 133.18 0.24 0.00 6,331.08 Bila dilihat pada Gambar 29 di bawah terdapat beberapa desa yang memiliki penguasaan lahan yaitu Desa Mootayu yang paling luas meskipun dengan luas 1,627 hektar dan luas penguasaan untuk kawasan pertanian yaitu 500 hektar dan disusul oleh penguasaan di lahan perkebunan 429 hektar kemudian pemukiman 23 hektar. Selanjutnya Desa Pelita Jaya lahan yang dikuasai masih didominasi oleh kawasan hutan yaitu 495 hektar dan disusul oleh kawasan perkebunan 497 hektar dan disusul penguasaan dilahan pertanian yaitu 161 hektar serta pemukiman 18 hektar. Adapun Desa Alo penguasaan lahan masih didominasi oleh kawasan hutan juga yaitu 646 hektar dan lahan perkebunan 263 hektar, semak belukar 49 hektar, serta Pemukiman 22 hektar. Meskipun penguasaan di desa lainnya tidak memiliki lahan yang luas namun di kecamatan ini nampak hampir semua desa menguasai lahan konsesi kontrak karya. Gambar 29. Grafik Penguasaan Lahan di Kecamatan Bone Raya

4. Kecamatan Bulawa

Wilayah adminstrasi Kecamatan Bulawa seluruhnya berada dilahan konsesi kontrak karya, mulai dari arah timur yaitu Desa Bukit Hijau, Desa Bunga Hijau, Desa Kaidundu, Desa Kaidundu Barat, Desa Mamungaa, Desa Mamungaa Timur, Desa Mopuya, Desa Nyiur Hijau dan Desa Patoa. Total luasan masing- masing desa yaitu areal pertanian 924.56 hektar, hutan 4,160.62 hektar, semak belukar 17.96 hektar, perkebunan 1,597.26 hektar, permukiman 42,62 hektar dan pertambangan tanpa izin yaitu 0,67 hektar, total luasan areal Kecamatan Bulawa seluas yang berhimpitan langsung yaitu 6743.67 hektar Tabel 42. Desa Mopuya merupakan wilayah yang paling lama penggunaan kawasannya untuk kegiatan penambangan tanpa izin. Hasil pengamatan langsung dilokasi bahwa kegiatan PETI di wilayah ini telah dimulai sejak tahun 1992 terutama di tepian Mamungaa dan sungai Mopuya sebagian besar penambang menggunakan kekuatan aliran air sungai untuk memutar tromol dan sekaligus menjadi tempat pembuangan limbah. Meskipun menggunakan alat peta citra spot tidak menggambarkan tentang kegiatan pertambangan di wilayah ini namun sangat mudah untuk menjumpai kegiatan PETI karena disekitar lahan PETI telah banyak menjadi permukiman masyarakat yang didominasi oleh pemukiman permanen. Di hulu sungai Mopuya terdapat aktivitas penggalian batuan rap sekaligus bangunan gubuk-gubuk kecil yang dijadikan tempat untuk membangun tromol dan penginapan sementara para penambang tanpa izin namun terdapat pula yang telah membangun rumah semi permanen dan telah di tempati oleh keluarga para penambang. Sebagian batuan galian telah dimasukkan dalam karung dan angkut dengan tenaga buruh kijang istilah mereka ditempat itu untuk dibawah ke perkampungan untuk diolah di tromol yang telah siap menunggu bahan baku. Kemampuan masyarakat penambang sudah cukup baik dengan pengalaman mereka melakukan penambangan. Hasil pengamatan dilokasi sebagian masyarakat yang menetap di Desa Mopuya dan Desa Mamungaa bukan penduduk asli, namun karena memiliki profesi penambang sehingga banyak yang memutuskan untuk membeli lahan dan membangun rumah disekitar kawasan tersebut membuat wilayah ini berkembang dan menjadi ramai dan telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana pemerintah dan menjadi wilayah pemekaran kecamatan baru yaitu Kecamatan Bulawa tahun 2009. Selanjutnya luas penguasaan dan pemanfaatan lahan di Kecamatan Bulawa pada Tabel 42. Tabel 42. Luas Penguasaan Lahan di Kecamatan Bulawa Desa Luas hektar Areal Pertanian Hutan Semak Belukar Per kebunan Per mukiman PETI Sungai Grand Total Bukit Hijau 260 259.88 Bunga Hijau 239 582 209 13 0 1,043.10 Kaidundu 194 583 11 171 2 960.79 Kaidundu Barat 123 625 3 14 765.70 Mamungaa 178 481 354 6 1,018.19 Mamungaa Timur 38 588 4 605 11 1,245.89 Mopuya 6 10 7 23.55 Nyiur Hijau 475 475.30 Patoa 146 566 235 4 951.27 Total 924.56 4,160.62 17.96 1,597.26 42.62 0.67 0.00 6,743.67 Meskipun kecamatan ini adalah hasil pemekaran baru, namun dari aspek penguasaan lahan kontrak karya nampak hanya ada satu desa yang tidak banyak menguasai lahan. Hal tersebut karena desa berada pada tepian sungai Mopuya dan diapit oleh Gunung Mantulangi sehingga ekspansi penguasaan lahan diwilayah ini tidak berkembang bila dibanding dengan desa-desa lainnya. Masyarakat yang sering melakukan upaya penolakan terhadap hadir kegiatan pertambangan professional yaitu di Kecamatan Bulawa, dan sampai hari ini mereka masih tetap memperjuangkan wialayah pertambangan rakyat dalam konsesi kontrak karya meskipun hal itu bertentangan dengan pasal 26 Peraturan Pemerintah no. 22 Tahun 2010 tentang Kriteria Penetapan Wilayah pertambangan Rakyat. Pekerjaan PETI ini telah menjadi turun temurun di wilayah ini sehingga membutuhkan pendekatan secara melembaga kepada masyarakat. Gambar 30. Grafik Penguasaan Lahan Di Kecamatan Bulawa

5. Kecamatan Bone Pantai

Pada aspek historis Kecamatan Bone Pantai adalah kecamatan induk dari lima kecamatan di Pesisir Laut Toluk Tomini. Terdapat satu desa yang masuk dalam wilayah kontrak karya, meskipun dalam interpretasi peta citra spot tidak nampak kegiatan sosial ekonomi, namun hasil pengamatan langsung dilokasi terdapat pemukiman disepanjang kaki gunung yang mengalir sungai kecil.