Mural Dendang Calon Guru

106 2.3.6.1 Jatilan Foto ini diambil di dinding samping Universitas Negeri Yogyakarta jalan Gejayan, Yoyakarta. Gambar mural tersebut menggambarkan kesenian jatilan. Jatilan adalah salah satu kesenian yang ada di Kota Yogyakarta. Keberadaannya sampai saat ini sulit ditemui. Untuk menampilkan kesenian jatilan diperlukan sarana yang memadahi. Misalnya tanah lapang, peralatan gamelan, pemusik, dan penari. Pada saat ini kesenian tersebut jarang sekali ditemui. Masyarakat jarang sekali dapat menonton pertunjukan tersebut, anak-anak kecil pada saat ini kemungkinan besar tidak mengetahui tentang kesenian tersebut. Modernitas menjadi salah satu 107 penyebab menghilangnya kesenian ini. Tanah-tanah lapang sudah menjadi bangunan- bangunan, sehingga lokasi untuk melakukan kesenian jatilan tersebut menjadi berkurang. Alasan lain adalah pada jaman sekarang ini tradisi dan budaya yang ada seringkali dianggap tidak penting, bahkan untuk menontonnya saja terkadang merasa malu. Remaja-remaja jaman sekarang lebih tertarik kepada ranah dunia internasional, seperti drama dari korea, boygirl band dari jepang, dan penyanyi-penyanyi dari barat. Hal-hal tersebut menjadi faktor berkurangnya minat masyarakat terhadap kesenian dan budaya yang ada di Indonesia, khususnya Yogyakarta. Keberadaan jatilan sekarang ini masih bertahan di kampung-kampung dan desa-desa. Kesenian jatilan masih digunakan warga di perkampungan dan di desa untuk acara sunatan, pernikahan, dan slametan desa. Proses pementasan jatilan bisa dikatakan cukup sulit dan memakan waktu yang lama. Penari dan pemain musik harus sering melakukan latihan. Selain itu ada juga pawang yang harus menyiapkan berbagai keperluan dan melakukan ritual, misalnya berdoa dan berpuasa. Hal-hal tersebut seringkali tidak pernah dipikirkan penonton ketika menikmati pementasan kesenian jatilan. Menurut interpretasi penulis gambar penari jatilan yang terlihat bersemangat ingin menyampaikan bahwa pelaku kesenian jatilan yang seringkali terlupakan tetap merasa bahagia dalam menjalani kesehariannya sebagai pelaku kesenian jatilan. 108 Interpretasi yang lain dari wajah penari tersebut adalah penari seperti berkata “Sekali pun kalian tidak bangga dengan kesenian jatilan, tetapi saya kami pelaku kesenian jatilan tetap merasa bangga kepada kesenian jatilan”. Warna-warna yang cerah yang terdapat pada mural menurut interpretasi penulis untuk menunjukan keberadaan kesenian jathilan tidak pernah menyerah dalam menghadapi modernisasi dalam era globalisasi. Kesenian jatilan yang sarat dengan dunia gaib sudah dikenal masyarakat luas. Gambar kartun yang dipilih dalam proses pembuatan mural kesenian jathilan menurut interpretasi penulis untuk menghilangkan kesan mistik dalam kesenian jatilan kepada masyarakat. Gambar dengan model kartun dan warna-warna cerah pada mural ingin menunjukan bahwa kesenian jathilan tidak menyeramkan. Selain itu gambar kartun dan warna-warna cerah yang menarik perhatian memiliki fungsi untuk menarik perhatian anak-anak. Sehinga nantinya anak-anak akan menjadi tertarik dan kemudian mencari tahu tentang hal apa yang terdapat dalam mural tersebut. Pada bagian belakang penari tersebut tampak beberapa gambar candi. Candi- candi tersebut diinterpretasikan penulis sebagai Candi Borobudur. Mural yang berbau kebudayaan dan ikon Kota Magelang tersebut ingin menunjukan bahwa di Kota Yogyakarta masyarakat dari berbagai asal dan berbagai budaya diterima baik oleh masyarakat Kota Yogyakarta. Mural tersebut juga ingin menyampaikan bahwa masyarakat Kota Yogyakarta tidak fanatik terhadap kebudayaan sendiri dan sangat toleran kepada siapa saja.