Mural “Ayo Podho Tulung Tinulung”

136 semiologis di mana tanda-tanda dalam urutan pertama pada sistem itu menjadi penanda dalam sistem kedua Barthes, 1972:114. Berbagai pesan yang ada dalam mural tersebut keseluruhan diperuntukan kepada para pendatang yang ada di Kota Yogyakarta. Salah satu fungsinya adalah memberikan penyambutan kepada para pendatang yang ada di Kota Yogyakarta. Penyambutan kepada para pendatang tersebut sterlihat jelas pada kalimat “SELAMAT DATANG DI KOTA JAWA”. Selain berfungsi untuk memberikan penyambutan mural tersebut juga memiliki fungsi memberikan tanggapan kepada para pendatang. Penduduk asli Kota Yogyakarta tidak membutakan mata tentang ada pendatang dari luar Kota Yogyakarta dengan jumlah yang cukup banyak. Masyarakat tidak membeda-bedakan mereka berasal darimana, masyarakat Kota Yogyakarta menyamaratakan mereka sebagai penduduk Kota Yogyakarta. Apabila masyarakat pendatang tersebut berperilaku sopan, tentunya masyarakat Kota Yogyakarta juga akan membalasnya dengan berperilaku sopan. Seringkali masyarakat pendatang berperilaku tidak sopan dan berperilaku seenaknya, baik di sekitar tempat tinggal atau di jalan raya. Mural tersebut bisa menjadi perwakilan tanggapan atas keberadaan masyarakat pendatang yang ada di Kota Yogyakarta. Kritik sosial terhadap masyarakat dari luar Kota Yogyakarta terlihat cukup jelas pada mural tersebut. Mural tersebut secara tidak langsung juga bisa berkata 137 bahwa masyarakat asli Kota Yogyakarta tidak suka kepada masyarakat pendatang. Mural tersebut dapat mewakili ketidak nyamanan seperti apa yang dirasakan masyarakat asli Kota Yogyakarta.

3.2.11 Mural “Mesin Pembunuh Asap”

Sebuah sinyal adalah semacam tanda yang digunakan untuk membangkitkan respons tentang berbagai hal. Apa yang penting adalah adanya pemahaman di antara semu yang terlibat dalam sinyal yang diberikan dapat mempengaruhi tindakan tertentu.Berger, 2005:14. Mural “Mesin Pembunuh Asap” tersebut menggambarkan keadaan para penarik becak yang menjadi korban polusi dalam kesehariannya. Para penarik becak 138 menghabiskan tenaganya untuk mengayuh becaknya, sedangkan di sisi lain mereka juga harus menjadi korban polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan milik orang lain. Fungsi mural tersebut untuk menyadarkan masyarakat tentang dampak polusi udara. Masyarakat sebenarnya sama-sama menjadi korban atas polusi udara tersebut, tetapi para penarik becak lebih merasakan dampaknya. Sehingga pembuat mural tersebut memilih ikon tukang becak untuk dijadikan sinyal agar terjadi perubahan dalam kehidupan di masyarakat. Mural tersebut juga memiliki fungsi untuk lebih menyadari keberadaan sesama. Tukang becak, pengendara sepeda, dan pejalan kaki seringkali dipandang sebelah mata dan diabaikan keberadaannya. Pengguna kendaraan pribadi seringkali egois memakai kendaraan seenaknya sendiri di jalanan, contohnya dengan mengendarai kendaraan secara ugal-ugalan dan tidak mempedulikan keberadaan orang lain di sekitarnya. Kendaraan bermotor, baik sepeda motor atau pun mobil, adalah penyebab polusi terbesar pada saat ini. Bisa jadi dengan melihat mural tersebut para pengendara menjadi lebih rajin merawat kendaraannya agar memiliki gas buang yang bisa mengurangi polusi udara. Dengan adanya mural tersebut masyarakat yang melihatnya bisa menjadi lebih menghargai dan mau mengerti keberadaan orang lain dan tidak bertindak semaunya sendiri.