Mural dengan Menggunakan Tokoh Pramoedya Ananta Toer

45

2.3.2.1 Mural dengan Satwa Monyet

Mural ini diambil di simpang empat Demangan Dalam mural tersebut terdapat tulisan : “KALIAN SUDAH PANDAI BERBAHASA EROPA KALIAN SUDAH PANDAI BERBUSANA EROPA KALIAN SUDAH PANDAI BERVISUAL EROPA TAPI KALIAN TETAP SAJA MONYET” Kata-kata tersebut serupa dan memiliki arti yang sama dengan tulisan yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer dalam novelnya yang berjudul Bumi Manusia. 46 Wajah Pramoedya juga tergambar pada sebelah kanan tulisan tersebut. Novel tersebut menceritakan tentang seorang tokoh yang bernama Minke, seseorang berdarah Jawa yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dia bahkan lupa nama aslinya sendiri. Minke adalah nama pemberian guru di sekolahnya. Ayahnya seorang bupati yang menjunjung tinggi kebudayaan Jawa, tetapi Minke tidak suka akan hal itu dan menganggapnya kolot. Kata-kata pada mural di atas dilontarkan Tuan Mellema seorang berdarah Belanda kepada Minke pada saat berada di rumahnya. “Kowe kira, kalau sudah pake pakean Eropa, bersama orang Eropa, bisa sedikit bahasa Belanda lantas jadi Eropa? Tetap monyet” Toer, 2002 : 43, kata-kata tersebut dilontarkan kepada Minke sebab Tuan Mellema tidak suka melihat orang pribumi berusaha meniru orang Eropa. Pembuat mural menuliskan kalimat tersebut pada muralnya dengan tujuan memperingatkan dan bahkan mungkin menghina orang-orang yang bersifat seperti tokoh Minke dalam Novel Bumi Manusia tersebut. Eropa sudah menjadi tren sejak dulu, Eropa yang dimaksud pada zaman dulu adalah Belanda. Zaman dulu masyarakat menganggap Eropa adalah sesuatu yang hebat. Maka cara pandang orang Eropa juga dianggap sebagai cara pandang yang lebih baik daripada cara pandang orang Indonesia pada waktu itu. Kemudian orang-orang bersifat seperti “Minke” ini mulai mempelajari bahasa Eropa, berbusana seperti orang Eropa, dan berpandangan seperti orang Eropa, dan lupa kepada jati diri bangsa sendiri. Sedangkan Eropa yang dijadikan tren pada saat ini adalah semua hal berkiblat pada kultur Eropa. Contohnya penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa yang wajib diajarkan di sekolah-sekolah. 47 Remaja-remaja zaman sekarang sudah berlomba-lomba menguasai bahasa Inggris untuk kepentingan masa depan mereka, tetapi tidak sedikit juga yang mempelajari bahasa Inggris hanya untuk gengsi. Kegiatan belajar bahasa inggris dilakukan hanya untuk pamer dalam lingkup pergaulannya. Tidak ada salahnya belajar bahasa negara lain, selama masih mau belajar bahasa sendiri. Yang menjadi masalah adalah bukan keinginan untuk belajar, tetapi terlalu memandang baik secara berlebihan bahasa negara lain. Taman kanak-kanak dan sekolah dasar pun sudah ada yang menggunakan bahasa inggris dalam proses belajar mengajar, hal tersebut adalah hal yang tidak masuk akal untuk penulis. Penulis menganggap hal seperti itu adalah hal yang berlebihan dalam cara memandang bahasa negara lain. Busana masyarakat zaman sekarang sebagian besar yang dijadikan tren adalah Eropa, Kota Paris. Produksi yang berhubungan dengan busana pada saat ini sudah banyak yang menjadikan Kota Paris sebagai acuan. Karena pemberitaan internasional mengatakan Kota Paris adalah pusat mode, kemudian masyarakat percaya begitu saja dan berpandangan bahwa model busana yang ada di Kota Paris adalah model busana yang bagus. Dampak pola pandang tersebut menyebabkan masyarakat kalangan menengah ke atas yang memiliki hobi belanja selalu memburu barang-barang terbaru keluaran Eropa. Mereka kebanyakan mengaku bukan karena tren untuk membeli produk Eropa tersebut, tetapi mereka membeli produk tersebut atas nama kualitas. Salah satu contoh bahwa masyarakat diperdaya oleh Eropa adalah dengan produk merk Hermes. Masyarakat menengah ke atas tidak akan asing mendengar merk tersebut, karena merk tersebut dianggap ternama di kalangan internasional. Harga tas 48 tersebut tidak hanya ratusan ribuan tetapi ada yang mencapai ratusan juta. Ketertarikan masyarakat terhadap tas Hermes ini tidak disia-siakan begitu saja oleh pengrajin yang ada di Indonesia. Tas merk Hermes palsu banyak ditemukan di Indonesia, bahkan penjualannya sangat mudah ditemukan secara online. Tas Hermes dibuat oleh keluarga Hermes yang berasal dari Jerman dan menetap di Prancis. Pada tahun 1837 Thierry Hermes mempublikasikan merk Hermes pertama kalinya, tas tersebut didedikasikan untuk purveying bangsawan Eropa. Pada tahun 1855 memperoleh pujian dari pemerintah karena memenangkan exposition universelle di Paris. Pada tahun 1867 merk Hermes kembali mendapat medali emas pada kontes tersebut. Seandainya di Indonesia ada kontes semacam itu tentunya pengrajin-pengrajin di Indonesia juga memiliki kesempatan lebih agar barang produksinya dikenal oleh masyarakat luas. Acuan busana Eropa adalah busana yang baik sudah dipahami oleh banyak orang di Indonesia sehingga dijadikan tren, padahal di Indonesia sendiri terdapat banyak busana yang lebih menarik daripada busana Eropa.