Mural “Mau Sidang Atau Bayar di Muka” Mural “Tidak Perlu Ada Senjata Untuk Mengamankan Unjuk Rasa

133 masalah kejernihan warna mungkin lebih penting daripada warna itu sendiri dalam menyampaikan pesan yang lebih rinci. berger 2005:39. Penjelasan tentang aspek-aspek visual tanda-tanda menjadi salah satu pedoman yang berguna untuk penulis dalam menentukan fungsi mural yang akan dibahas fungsinya. Mural tersebut berwarna-warni mencolok perhatian anak-anak. Lokasi pembuatan mural tersebut terdapat pada sebuah tanah lapang yang sering dijadikan anak-anak sebagai tempat bermain. Pencurian perhatian tersebut tentunya memiliki maksud tersendiri bagi pembuatnya. Fungsi mural tersebut untuk memberikan pendidikan moral secara tidak langsung agar mereka dapat saling menolong sesama. Hal tersebut disampaikan dalam mural dengan contoh beberapa orang anak bekerja sama mengambil layang-layang. Selain dengan contoh, penekanan makna disampaikan lagi dengan adanya tulisan “AYO PODO TULUNG TINULUNG” yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti “ayo saling tolong- menolong”. 134

3.2.9 Mural “Miras Agawe Tewas”

Mural “MIRAS AGAWE TEWAS” memiliki fungsi yang penting dalam masyarakat. Mural tersebut dibuat pada tanah lapang yang setiap hari dilalui warga sekitarnya. Mural tersebut berfungsi untuk memberitahu bahwa mengkonsumsi minuman keras MIRAS dapat membuat tewas. Tidak hanya mengkonsumi miras, tetapi juga penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang NARKOBA juga dapat menyebabkan kematian. Hal tersebut digambarkan dengan gambar narkoba yang dicoret pada salah satu bagian pada tembok yang dimural gambar tersebut. 135 Selain memberi tahu kepada yang tidak tahu, mural tersebut juga berfungsi untuk memperingatkan kepada pengguna narkoba bahwa mengkonsumsi barang- barang tersebut dapat menyebabkan kematian. Kritik sosial kepada masyarakat yang mengkonsumsi narkoba terlihat jelas pada mural tersebut.

3.2.10 Mural “Anda Sopan Kami Segan”

Mural “ANDA SOPAN KAMI SEGAN” memiliki ikon tangan yang sedang bersalaman. Ukuran tangan yang sedang bersalaman itu cukup besar dan terlihat mencolok. Selain gambar tangan yang mencolok terdapat juga tulisan “ANDA SOPAN KAMI SEGAN” dan “SELAMAT DATANG DI KOTA JAWA “. Secara teknis Barthes menyebutkan bahwa mitos merupakan urutan kedua dari sistem 136 semiologis di mana tanda-tanda dalam urutan pertama pada sistem itu menjadi penanda dalam sistem kedua Barthes, 1972:114. Berbagai pesan yang ada dalam mural tersebut keseluruhan diperuntukan kepada para pendatang yang ada di Kota Yogyakarta. Salah satu fungsinya adalah memberikan penyambutan kepada para pendatang yang ada di Kota Yogyakarta. Penyambutan kepada para pendatang tersebut sterlihat jelas pada kalimat “SELAMAT DATANG DI KOTA JAWA”. Selain berfungsi untuk memberikan penyambutan mural tersebut juga memiliki fungsi memberikan tanggapan kepada para pendatang. Penduduk asli Kota Yogyakarta tidak membutakan mata tentang ada pendatang dari luar Kota Yogyakarta dengan jumlah yang cukup banyak. Masyarakat tidak membeda-bedakan mereka berasal darimana, masyarakat Kota Yogyakarta menyamaratakan mereka sebagai penduduk Kota Yogyakarta. Apabila masyarakat pendatang tersebut berperilaku sopan, tentunya masyarakat Kota Yogyakarta juga akan membalasnya dengan berperilaku sopan. Seringkali masyarakat pendatang berperilaku tidak sopan dan berperilaku seenaknya, baik di sekitar tempat tinggal atau di jalan raya. Mural tersebut bisa menjadi perwakilan tanggapan atas keberadaan masyarakat pendatang yang ada di Kota Yogyakarta. Kritik sosial terhadap masyarakat dari luar Kota Yogyakarta terlihat cukup jelas pada mural tersebut. Mural tersebut secara tidak langsung juga bisa berkata