Mural dengan Menggunakan Tokoh Romo Driyarkara
43
Pembuat mural menuliskan kalimat tersebut pada muralnya dengan tujuan memperingatkan dan bahkan mungkin menghina orang-orang yang bersifat seperti
tokoh Minke dalam Novel Bumi Manusia tersebut. Eropa sudah menjadi tren sejak dulu, Eropa yang dimaksud pada zaman dulu adalah Belanda. Zaman dulu
masyarakat menganggap Eropa adalah sesuatu yang hebat. Maka cara pandang orang Eropa juga dianggap sebagai cara pandang yang lebih baik daripada cara pandang
orang Indonesia pada waktu itu. Kemudian orang-orang bersifat seperti “Minke” ini mulai mempelajari bahasa Eropa, berbusana seperti orang Eropa, dan berpandangan
seperti orang Eropa, dan lupa kepada jati diri bangsa sendiri. Sedangkan Eropa yang dijadikan tren pada saat ini adalah semua hal berkiblat pada kultur Eropa. Contohnya
penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa yang wajib diajarkan di sekolah-sekolah. Pada sisi sebelah kanan mural terdapat juga gambar wajah Tokoh Pramoedya
Ananta Toer. Menurut interpretasi penulis, pembuat mural sengaja memberikan gambar wajah tokoh Pramoedya dengan memiliki alasan-alasan tertentu.
Pramoedya adalah seorang tokoh yang memiliki pemikiran serius dan idealisme yang kuat. Dengan adanya mural dengan gambar wajah Pramoedya bisa
jadi adalah salah satu upaya untuk membangkitkan cara berpikir yang kritis seperti cara berpikir Pramoedya.
Tokoh tersebut adalah tokoh ternama pada zamannya. Pada saat ini nama Pramoedya sudah jarang terdengar namanya. Interpretasi penulis yang lainnya adalah
pembuat mural berusaha mengenalkan kembali sosok Pramoedya karena memiliki keprihatinan generasi muda pada saat ini. Peralatan elektronik sebagai media tulis-
44
menulis sangat mudah didapatkan tetapi generasi muda pada saat ini tidak bisa memanfaatkannya secara positif.
Generasi muda pada saat ini lebih memilih menuliskan sesuatu yang tidak penting dan tidak berguna pada berbagai jejaring sosial yang dimilikinya. Adanya
fasilitas seperti gadget canggih dan internet seharusnya dapat memudahkan generasi muda untuk lebih bisa menyalurkan pikiran-pikirannya bukan hanya menyalurkan
pola pikir yang labil dan manja. Keadaan hal tersebut sangat berbeda dengan zaman yang dialami oleh Pramoedya. Pramoedya harus menuliskan pemikirannya dengan
menggunakan alat tulis manual. Mural dengan tokoh Pramoedya tidak hanya memiliki kritik kepada generasi muda, tetapi juga sebagai sarana membangkitkan
semangat agar generasi muda memiliki karakter yang kuat seperti tokoh Pramoedya.