Mural dengan Menggunakan Tokoh Ciptaan Baru Mural dengan Menggunakan Ikon

28 Perbedaan mural dengan bentuk tulisan dan graffiti terletak pada proses dan hasil jadi. Graffiti dibuat dengan media dinding dan cat semprot, hasil jadi graffiti adalah gambar bentuk huruf yang berbentuk artistik disertai warna-warna menarik yang mencolok perhatian. Proses pembuatan graffiti selalu menggunakan dinding dan cat semprot, sedangkan proses pembuatan mural bisa dengan berbagai media, misalnya cat tembok biasa, kapur, dan berbagai media lainnya. Perbedaan yang lain adalah graffiti lebih mementingkan bentuk menarik yang dihasilkan dari gabungan berbagai huruf, sedangkan mural lebih mementingkan makna yang terdapat di dalamnya yang terdiri dari gabungan tanda-tanda di dalamnya. Hiasan berupa gambar terkadang juga dimiliki pada mural jenis dengan bentuk tulisan. Keberadaan gambar-gambar tersebut bukan menjadi fokus utama pada mural, hiasan berupa gambar tersebut hanya sekedar membantu penonton mural mengintepretasikan makna yang terdapat di dalamnya. Hiasan berupa gambar pada mural jenis tersebut memiliki fungsi sebagai penghias, ada atau tidaknya gambar- gambar tersebut tidak mempengaruhi makna yang terdapat pada mural. 29 contoh mural dengan menggunakan tulisan

2.2.6 Mural dengan Menggunakan Unsur Kebudayaan

Mural dengan kategori tersebut memiliki unsur-unsur kebudayaan. Dalam bentuknya seringkali yang ditonjolkan adalah gambar dan tidak terdapat adanya tulisan atau penjelasan di dalam mural. Tidak adanya tulisan dalam mural jenis tersebut tidak mengurangi interpretasi penonton mural, tetapi penonton mural dapat semakin menginterpretasi mural tersebut dengan dihubungkan berbagai banyak hal, misalnya memaknai filosofi yang terdapat dalam mural tersebut. Semiotika memandang komunikasi sebagai pembangkitan makna dalam pesan – baik oleh penyampai mau pun penerima encoder dan decoder. Makna bukanlah konsep yang mutlak dan statis yang bisa ditemukan dalam kemasan pesan. Pemaknaan merupakan proses aktif Fiske, 2007: 68. 30 Makna mural dengan unsur kebudayaan sering terkait dengan penyampaian pesan-pesan kedaerahan yang ditujukan kepada masyarakat. Seringkali hal-hal yang bersifat kedaerahan terlupakan oleh masyarakat, misalnya kesenian, adat, dan tradisi. Bahkan pada saat ini hal-hal tersebut memang sengaja dilupakan atas nama modernisasi karena dianggap ketinggalan jaman dan tidak berguna. Kesenian dan kebudayaan pada jaman dahulu adalah hal yang menarik untuk masyarakat. Bukan sekedar menarik dan hanya menjadi hiburan, tetapi masyarakat bisa memaknai filosofi-filosofi yang terdapat di dalamnya secara tidak langsung. Nilai-nilai moral dalam kebudayaan apabila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akan berdampak baik pada kehidupan bermasyarakat. Yogyakarta adalah kota yang plural, sehingga terdapat juga mural dengan unsur kebudayaan di luar dari kebudayaan Kota Yogyakarta. Masuknya kebudayaan dari daerah lain di Kota Yogyakarta tidak dianggap akan memudarkan kebudayaan- kebudayaan yang ada di Kota Yogyakarta, tetapi kebudayaan dari daerah lain tersebut semakin memperlihatkan suasana pluralisme yang ada di Kota Yogyakarta. Untuk mural kategori tersebut yang terdapat di Kota Yogyakarta tidak semata-mata hanya kebudayaan yang ada di Kota Yogyakarta tetapi juga ada mural tentang kebudayaan yang berasal dari derah selain Kota Yogyakarta. 31 Dalam skripsi ini penulis menggunakan 20 mural yang akan diteliti. Foto mural-mural tersebut diambil oleh penulis sendiri di simpang empat Hotel Melia Purosani, simpang empat Demangan, gang di daerah Badran, gang-gang sekitar Taman Budaya Yogyakarta TBY, Kampus I Universitas Sanata Dharma, dan sepanjang jalan Gejayan Mrican.