Mural dengan Menggunakan Tokoh Bung Tomo

40 • Mendidik adalah suatu tindakan yang fundamental, yang bukan perbuatan dangkal. Maka perbuatan itu didasari oleh kehendak yang melahirkan cinta dari pendidik kepada “subjek yang sedang menjadi”. • Pendidikan harus bersifat dialogis, suatu relasi antara subjek dengan subjek. • Pendidikan mencakup nilai. Mendidik berarti memasukan anak ke dalam alam nilai-nilai atau juga memasukkan dunia nilai-nilai ke dalam jiwa anak. Oleh karena itu pendidikan tidak pernah netral, orientasi dalam pendidikan nilai itu adalah nilai-nilai pancasila http:kongrespendidikan.web.idhumanisme- sebagai-prinsip-pendidikan-menurut-driyarkara.html. Pada mural tersebut terbaca tulisan “Pendidikan Yang: Humanis, Dialogis, Refletif“. Pada sebelah kanan pada tulisan tersebut juga terdapat gambar Romo N. Driyarkara. Penulis menginterpretasikan gambar mural tersebut agar semua yang melihat mural tersebut mengingat mendiang beliau dalam kiprahnya pada dunia pendidikan. Seandainya ada yang belum tahu tentang siapa beliau, tentunya dengan adanya mural tersebut akan membuat penasaran dan memancing penonton mural tersebut akan mencari tahu siapa beliau. Mural tersebut memiliki makna mengingatkan para pendidik yang ada pada saat ini sedang mendidik dan ”yang sedang menjadi” agar dalam proses ajar- mengajar masih memandang dan menggunakan nilai-nilai humanisme, sehingga nantinya proses ajar-mengajar tidak hanya menjadi proses mata pencaharian saja. 41 Makna yang lain adalah mengingatkan relasi antara pendidik dengan “yang sedang menjadi”, wujud relasi tersebut diaktualisasikan dengan dialogis. Selain itu juga terdapat makna agar dalam proses ajar-mengajar terdapat juga proses merefleksi diri. Dengan adanya proses merefleksi diri nantinya akan diperoleh nilai-nilai kehidupan.

2.3.1.4 Mural dengan Menggunakan Tokoh Pramoedya Ananta Toer

Mural ini diambil di simpang empat Demangan 42 Dalam mural tersebut terdapat tulisan : “KALIAN SUDAH PANDAI BERBAHASA EROPA KALIAN SUDAH PANDAI BERBUSANA EROPA KALIAN SUDAH PANDAI BERVISUAL EROPA TAPI KALIAN TETAP SAJA MONYET” Kata-kata tersebut serupa dan memiliki arti yang sama dengan tulisan yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer dalam novelnya yang berjudul Bumi Manusia. Wajah Pramoedya juga tergambar pada sebelah kanan tulisan tersebut. Novel tersebut menceritakan tentang seorang tokoh yang bernama Minke, seseorang berdarah Jawa yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dia bahkan lupa nama aslinya sendiri. Minke adalah nama pemberian guru di sekolahnya. Ayahnya seorang bupati yang menjunjung tinggi kebudayaan Jawa, tetapi Minke tidak suka akan hal itu dan menganggapnya kolot. Kata-kata pada mural di atas dilontarkan Tuan Mellema seorang berdarah Belanda kepada Minke pada saat berada di rumahnya. “Kowe kira, kalau sudah pake pakean Eropa, bersama orang Eropa, bisa sedikit bahasa Belanda lantas jadi Eropa? Tetap monyet” Toer, 2002 : 43, kata-kata tersebut dilontarkan kepada Minke sebab Tuan Mellema tidak suka melihat orang pribumi berusaha meniru orang Eropa. 43 Pembuat mural menuliskan kalimat tersebut pada muralnya dengan tujuan memperingatkan dan bahkan mungkin menghina orang-orang yang bersifat seperti tokoh Minke dalam Novel Bumi Manusia tersebut. Eropa sudah menjadi tren sejak dulu, Eropa yang dimaksud pada zaman dulu adalah Belanda. Zaman dulu masyarakat menganggap Eropa adalah sesuatu yang hebat. Maka cara pandang orang Eropa juga dianggap sebagai cara pandang yang lebih baik daripada cara pandang orang Indonesia pada waktu itu. Kemudian orang-orang bersifat seperti “Minke” ini mulai mempelajari bahasa Eropa, berbusana seperti orang Eropa, dan berpandangan seperti orang Eropa, dan lupa kepada jati diri bangsa sendiri. Sedangkan Eropa yang dijadikan tren pada saat ini adalah semua hal berkiblat pada kultur Eropa. Contohnya penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa yang wajib diajarkan di sekolah-sekolah. Pada sisi sebelah kanan mural terdapat juga gambar wajah Tokoh Pramoedya Ananta Toer. Menurut interpretasi penulis, pembuat mural sengaja memberikan gambar wajah tokoh Pramoedya dengan memiliki alasan-alasan tertentu. Pramoedya adalah seorang tokoh yang memiliki pemikiran serius dan idealisme yang kuat. Dengan adanya mural dengan gambar wajah Pramoedya bisa jadi adalah salah satu upaya untuk membangkitkan cara berpikir yang kritis seperti cara berpikir Pramoedya. Tokoh tersebut adalah tokoh ternama pada zamannya. Pada saat ini nama Pramoedya sudah jarang terdengar namanya. Interpretasi penulis yang lainnya adalah pembuat mural berusaha mengenalkan kembali sosok Pramoedya karena memiliki keprihatinan generasi muda pada saat ini. Peralatan elektronik sebagai media tulis-