7
membahas fungsi mural secara lebih luas dan membahas pemaknaan mural dari sudut pandang penulis yang tidak terlibat secara langsung dalam bidang seni mural.
Buku ketiga yang dipakai penulis adalah Semiotika Komunikasi Visual karya Sumbo Tinarbuko. Signifikasi semiotika tidak saja sebagai ‘metode kajian’
decoding, akan tetapi juga sebagai ‘metode penciptaan’ encoding. Dijelaskan juga bahwa semiotika memperlihatkan kekuatannya pada berbagai bidang, seperti
antropologi, sosiologi, politik, kajian keagamaan, media studies, dan cultural studies. Sebagai metode penciptaan, semiotika mempunyai pengaruh pula pada bidang-bidang
seni rupa, seni tari, seni film, desain produk, termasuk desain komunikasi visual. Buku tersebut menjelaskan semiotika memiliki ranah yang cukup luas.
Buku tersebut berisi pengertian tentang semiotika dan penerapannya pada bidang komunikasi visual. Contoh penerapan pada buku tersebut adalah iklan. Iklan
adalah salah satu sarana penyampaian pesan kepada khalayak ramai, penyampaian pesan tersebut bisa secara verbal dan visual. Dalam prakteknya, logika semiotika
adalah logika dimana interpretasi tidak diukur berdasarkan salah atau benarnya melainkan derajad kelogisannya: interpretasi yang satu lebih masuk akal dari yang
lainnya.
8
1.6 Landasan Teori
Semiotika dicetuskan oleh dua orang tokoh yaitu Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce. Ferdinand de Saussure adalah salah satu tokoh linguistik
yang berpandangan bahwa bahasa merupakan sistem tanda. Menurut Saussure bahasa terdiri dari dua unsur, yaitu penanda atau ‘yang menandai’ dan petanda atau
‘yang ditandai’. Sifat kedua hal itu adalah arbitrer, yaitu penanda tidak memiliki ikatan alamiah apa pun dengan petanda Baryadi, 2007: 48.
Sifat arbitrer tanda merupakan inti bahasa manusia. Dengan ini dimaksudkannya bahwa disini tidak ada relasi pasti antara penanda dan
petanda : relasinya ditentukan berdasar konvensi, aturan atau kesepakatan di antara para penggunanya. Dengan kata lain, tanda yang disebutnya
arbitrer itu terkait secara pasti dengan apa yang disebut Peirce sebagai simbol. Fiske 1990: 76
Tidak ada relasi sama sekali antara pembuat mural dan penonton mural. Relasi mereka dimulai ketika penonton mural melihat mural yang dibuat oleh
pembuatnya. Bisa jadi makna yang ingin disampaikan oleh pembuat mural tidak dapat diterima oleh penonton mural. Kegagalan penyampaian pesan
tersebut dikarenakan konvensi, aturan atau kesepakatan yang berbeda yang diterapkan oleh pembuat dan pembuat mural. Salah satu penyebab tidak
tersampainya pesan yang terdapat pada mural adalah acuan yang berbeda yang dimiliki oleh pembuat dan penonton mural.
Charles Sanders Peirce dikenal karena uraiannya yang relatif rinci tentang klasifikasi tanda. Bagi Pierce sebuah tanda adalah representamen
makna tanda sesungguhnya adalah apa yang diacunya. Sebuah tanda mengacu pada sesuatu objeknya, untuk seseorang interpretant-nya,
dan dalam semacam respek atau penghargaan ground-nya. Relasi dari