128
Dalam literatur tentang pendidikan anak jalanan street education, sebelum memberikan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan, hendaknya
diupayakan dahulu keahlian hidup life skill yang positif untuk mengurangi sikap asosial yang dianggap sebagai kultur jalanan street culture bahkan
kebijaksanaan jalanan street wise yang biasanya dihidupi anak-anak jalanan. Karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa untuk dapat meningkatkan minat
belajar melalui layanan bimbingan belajar, diperlukan modifikasi pendekatan, tujuan, strategi dan teknik layanan bimbingan belajar. Untuk itu, peneliti
merancang layanan bimbingan belajar yang lebih ditujukan untuk pengembangan gambaran diri yang positif, mengalami kegiatan belajar
sebagai pengalaman positif dan menemukan hasil positif dari kegiatan belajar yang telah dilakukan.
3. Bimbingan Belajar untuk Membangun Gambaran Diri Positif
Secara sosial kemasyarakatan, dunia anak jalanan begitu rentan dengan stigma
atau anggapan
negatif. Dalam
perspektif konstruktivisme
sosiokulturalisme yang
dikembangkan Vygotsky
dikatakan bahwa
perkembangan pemahaman diri anak merupakan hasil interaksi pengertian anak dengan pengertian orang dewasa di sekitarnya Suparno, 1997:45.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa berbagai anggapan negatif masyarakat di sekitar serta kerasnya kehidupan sehari-hari anak jalanan dapat
melahirkan pemahaman diri yang negatif dalam diri anak-anak tersebut. Karena itu, pemahaman dirinya sebagai seorang siswa tetap saja penuh dengan
129
gambaran negatif. Akibatnya, anak-anak mudah merasa pesimis dalam kegiatan belajar di sekolah.
Dengan latar pemikiran yang demikian, maka layanan bimbingan belajar pada siklus pertama dikembangkan untuk membangun gambaran diri
positif tentang anak yang sedang belajar di sekolah. Layanan pada siklus ini memberanikan para siswa untuk menemukan bahkan membagikan gambaran
diri yang positif dan negatif kepada teman-teman sekelompok. Langkah pertama ini membuahkan hasil dengan mulai meningkatnya minat belajar para
siswa SD-Besar. Secara kuantitatif, minat belajar mencapai angka 65 atau lebih tinggi dari kondisi sebelum layanan bimbingan belajar. Layanan
bimbingan belajar ini mampu membuat siswa merasa optima. Minat belajar seorang siswa tidak bisa berkembang dalam diri yang pesimis terhadap dirinya
sendiri.
4. Bimbingan Belajar untuk Pembiasaan Cara Belajar yang Positif
Minat belajar dapat berkembang jika ditopang oleh kebiasaan-kebiasaan belajarnya yang baik. Dengan kata lain, minat belajar akan meningkat jika
siswa mengetahui cara belajar yang baik dan membiasakan diri dengan cara serta strategi belajar yang baik tersebut. Dalam konteks anak jalanan PSP,
kepercayaan diri untuk belajar di sekolah belum cukup menjadi jaminan bahwa anak jalanan memiliki minat belajar yang tinggi dan terus bertahan. Hal
tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa anak jalanan dalam hal ini siswa SD-Besar PSP masih harus membagi waktunya setiap hari dengan bekerja di
130
jalanan. Selain itu, setelah jam sekolah, anak-anak tersebut hidup bersama lagi dengan anak-anak jalanan lain yang tidak bersekolah.
Layanan bimbingan belajar pada siklus kedua dilaksanakan dalam kerangka membangun pengetahuan, kesadaran dan kebiasaan belajar yang
baik. Sebuah kepercayaan diri positif dalam belajar yang telah dibangun harus disuburkan dengan cara belajar yang positif. Agar minat belajar anak jalanan
semakin meningkat, bimbingan belajar pada siklus kedua ini harus menghasilkan kesediaan para siswa untuk mengetahui cara belajar yang baik,
mengevaluasi cara belajarnya selama ini, menyusun jadwal belajar dan rencana strategi belajar yang baik. Secara kuantitatif, dari lembar
pengamatan, terlihat bahwa persentase perilaku yang menunjukkan sikap berminat belajar berkembang menjadi 84 pada siklus II dan berdasarkan
angket minat belajar, persentase jumlah siswa yang meraih kategori berminat belajar tertinggi bertumbuh pada siklus II yakni 50 siswa SD-Besar.
5. Bimbingan Belajar untuk Peneguhan Pengalaman Positif dari Belajar