Kriteria Kualitatif Ketercapaian Kriteria Keberhasilan Tindakan

125 - Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berdasarkan hasil angket minat belajar anak jalanan, program bimbingan belajar yang menekankan pembangunan kepercayaan diri self confidence dan mengalami pengalaman positif dari kegiatan belajar, berhasil meningkatkan minat belajar anak jalanan di PSP.

b. Kriteria Kualitatif

- Hasil wawancara baik dengan subyek yang berminat belajar tinggi maupun yang awalnya rendah memberikan informasi bahwa mereka menyenangi kegiatan belajar di sekolah, di PSP dan program bimbingan belajar dengan berbagai metode dan media yang telah diberikan. - Dokumentasi berupa daftar hadir memperlihatkan bahwa pada setiap siklus, semua anak mengikuti kegiatan bimbingan belajar. Karena itu, dapat dikatakan mereka berminat pada kegiatan bimbingan belajar. - Dari lembar kerja yang bersifat reflektif, selain seluruh siswa selalu mengisi sesuai petunjuk pada setiap siklus, isi atau jawaban para siswa 16.70 16.70 50 83.30 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 Kondisi awal Siklus I Siklus II Siklus III Grafik 6. Persentase Siswa Kategori Berminat Sangat Tinggi Perolehan Skor Tertinggi 126 juga memperlihatkan keseriusan mereka dalam belajar. Data tersebut didukung oleh kenyataan bahwa mereka juga bersedia saling berbagi hasil refleksi di dalam kelas bimbingan belajar. - Dengan demikian, data-data kualitatif menunjukkan bahwa program bimbingan belajar yang dirancang khusus untuk anak-anak jalanan di PSP berhasil meningkatkan minat belajar mereka.

D. Pembahasan

Hasil penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling PTBK yang sudah dilaksanakan menunjukkan adanya peningkatan minat belajar anak-anak jalanan di PSP Keberhasilan peningkatan minat belajar itu tidak dapat dilepaskan dari model layanan bimbingan belajar yang dikembangkan oleh peneliti sebagaimana dibahas dalam beberapa poin berikut ini.

1. Landasan Pemikiran Model Layanan Bimbingan Belajar

Minat belajar seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun faktor eksternal. Sekalipun sama-sama berstatus siswa Sekolah Dasar, kondisi fisik dan psikis yang berbeda dari masing-masing siswa membuat minat belajar mereka pun berbeda satu sama lain. Selain itu, latar belakang sosial, ekonomi dan budaya bahkan politik yang berbeda turut mempengaruhi perbedaan tingkat minat belajar dari para siswa. Kenyataan itu ditemui pada diri para siswa kelompok SD-Besar di PSP Yogyakarta yang menyandang status anak-anak jalanan.. Sebagai anak jalanan, kondisi sosial-ekonomi yang