27
tes, kursus pelajaran tambahan yang menunjang keberhasilan belajar, sanggar majelis taklim, sanggar organisasi remaja masjid dan gereja,
sanggar karang taruna.
B. Anak Jalanan PSP dan Minat Belajarnya
Untuk memberikan gambaran tentang minat belajar anak jalanan di PSP Yogyakarta yang menjadi subyek penelitian, maka diuraikan gambaran tentang
anak jalanan dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap minat belajar mereka khususnya anak jalanan di PSP Yogyakarta.
1. Pengertian dan Kategorisasi Anak Jalanan
Sebagaimana diuraikan pada bab pertama, yang dimaksudkan dengan anak jalanan menurut Dinas Sosial adalah seorang anak yang berusia di bawah 18 tahun
yang menghabiskan waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan guna mendapatkan uang atau guna mempertahankan hidupnya. Kriteria usia 0-18
tahun tersebut sesuai dengan standar World Bank dan Perserikatan Bangsa- Bangsa PBB. Sementara itu, menurut Inter-NGO dalam Shephard, 2011 anak
jalanan street children termasuk juga orang muda youth yang hidup di jalanan dan menjadikan jalanan sebagai tempat tinggal habitual abode dan sumber
penghidupan; dan mereka ini tidak terlindungi, terawasi maupun dikendalikan oleh orang dewasa.
Menurut Tata Sudrajat 1999, anak jalanan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan hubungan dengan orang tuanya, yaitu : Pertama, Anak
28
yang putus hubungan dengan orang tuanya, tidak sekolah dan tinggal di jalanan anak yang hidup di jalanan atau children the street. Kedua, anak yang
berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, tidak sekolah, kembali ke orang tuanya seminggu sekali, dua minggu sekali, dua bulan atau tiga bulan sekali biasa
disebut anak yang bekerja di jalanan children on the street. Ketiga, Anak yang masih sekolah atau sudah putus sekolah, kelompok ini masuk kategori anak yang
rentan menjadi anak jalanan vulnerable to be street children. Kategori tersebut dekat dengan kategorisasi UNICEF dalam Shephard, 2011 dengan dua term
yang tak terpisahkan yakni anak-anak yang hidup di jalanan living on the street dan hidup dari jalanan living of the street.
Jika dilihat dari pandangan Tata Sudrajat dan UNICEF di atas, maka anak- anak jalanan di PSP tergolong dalam kelompok children on the street sekaligus
living of the street. Kebanyakan anak-anak di PSP memiliki orang tua namun ada anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya dalam jangka waktu
tertentu karena mengikuti teman-temannya di jalanan maupun karena konflik dengan orang tuanya. Kebanyakan anak-anak PSP juga masih bersekolah namun
sejauh pengamatan penulis selama menjadi relawan, hanya sedikit yang secara teratur berangkat ke sekolah. Selain itu, hampir semuanya termasuk anak yang
bekerja di jalanan setelah jam sekolah atau bahkan tidak bersekolah pada hari tertentu untuk bekerja.
Selain kategorisasi di atas, menurut Mustika Nurwijayanti 2012, anak jalanan juga dapat dibedakan menurut faktor yang menyebabkan seorang anak
menjadi anak jalanan, baik pada tingkat mikro maupun makro, yaitu:
29
a. Tingkat mikro immediate causes
Yaitu faktor yang berhubungan dengan anak dan keluarganya, seperti lari dari keluarga, dipaksa bekerja, berpetualang, diajak teman, kemiskinan
keluarga, ditolakkekerasanterpisah dari orang tua dan lain-lain. b.
Tingkat meso underlying causes Yaitu faktor masyarakat yang mengajarkan anak untuk bekerja, sehingga
suatu saat menjadi keharusan dan kemudian meninggalkan sekolah, kebiasaan pergi ke kota untuk mencari pekerjaan pada suatu masyarakat
karena keterbatasan kemampuan di daerahnya, penolakan anak jalanan oleh masyarakat yang menyebabkan mereka makin lama di jalanan dan
lain-lain. c.
Tingkat makro basic cause Yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur makro, seperti peluang
kerja pada sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal dan keahlian yang besar, urbanisasi, biaya pendidikan yang tinggi dan perilaku
guru yang diskriminatif, belum adanya kesamaan persepsi instansi pemerintah terhadap anak jalanan.
Jika dilihat dari pandangan Nurwijayanti di atas, anak-anak jalanan di PSP merupakan anak jalanan yang diakibatkan oleh ketiga faktor tersebut namun
dalam kadar yang berbeda. Pada tingkat mikro, kemiskinan keluarga menjadi faktor utama yang menjadikan anak-anak tersebut bekerja di jalanan ketika jam
sekolah usai maupun meninggalkan sekolah untuk bekerja. Penyebab pada tingkat mikro tersebut diakibatkan pula oleh kondisi struktur makro sebagai dampak dari
30
urbanisasi di mana daya serap tenaga kerja yang terbatas dan menuntut tingkat pendidikan, keahlian dan keterampilan tertentu membuat orang-orang yang tidak
memenuhi kualifikasi terlempar dari kemajuan dan perkembangan ekonomi perkotaan. Anak-anak yang lahir dan tumbuh dalam keluarga korban kesenjangan
urbanisasi ini serta merta terperangkap dalam kondisi kemiskinan yang mengharuskan mereka untuk lebih dahulu bbekerja memenuhi kebutuhan hidup
daripada memperoleh hak mereka sebagai anak-anak seperti pendidikan dan kesehatan yang layak.
2. Minat Belajar Anak Jalanan