11
BAB II LANDASAN TEORI
Sebagai landasan teori, bab ini akan memaparkan beberapa gagasan, konsep dan hasil penelitian yang berkaitan dengan minat belajar, hubungan antara
minat belajar dengan kondisi sosial-ekonomi para siswa terutama anak-anak jalanan dan konsep, strategi serta topik bimbingan belajar yang dapat menjawab
kesulitan minat belajar anak-anak jalanan. Alur kajian bab ini terbagi dalam tiga pokok bahasan. Pertama, pembahasan tentang minat pada umumnya dan minat
belajar pada khususnya yang mencakup pengertian, aspek-aspek dan faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar. Kedua, berdasarkan pengertian, aspek dan
faktor-faktor yang berkaitan dengan minat belajar tersebut, akan diberikan gambaran minat belajar anak jalanan khususnya di PSP Yogyakarta. Uraian
diawali dengan pengertian dan kategorisasi anak jalanan secara umum dan anak jalanan PSP khususnya serta gambaran aspek dan faktor-faktor yang
mempengaruhi minat belajar anak jalanan PSP Yogyakarta. Ketiga, pembahasan tentang bimbingan belajar yang sesuai dengan konteks pendidikan anak jalanan
pada umumnya dan anak jalanan PSP Yogyakarta pada khususnya.
A. Minat dan Minat Belajar
1.
Pengertian Minat
Dalam pengertian sehari-hari, minat diartikan sebagai ketertarikan terhadap sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI Pusat
Bahasa, 2011, minat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap 11
12
sesuatu; gairah; keinginan. Menurut Padmowihardjo 1999:154 minat merupakan sifat hati nurani yang timbul dengan sendirinya dan memiliki daya dorong. Minat
yang besar akan melahirkan keinginan yang besar untuk mewujudkan atau meraih apa yang diinginkan tersebut.
Sejumlah tokoh lain juga memberikan penjelasan tentang minat. Minat adalah sesuatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang lahir dengan penuh
kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungannya Agus Sujanto, 1991: 92. Menurut Winkel 1996: 105 minat adalah kecenderungan subjek yang
mantap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Hal ini senada dengan yang dikemukakan
oleh Slameto 1995: 57 bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan
terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu di luar diri Slameto, 1995: 180. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minat yang akan tumbuh. Suatu minat
dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan
melalui partisipasi dalam suatu aktivitas siswa yang memiliki minat terhadap subjek tersebut.
Sedangkan Doyles Freyer dalam Wayan Nurkancana, 1986: 229 mengemukakan bahwa minat atau interest adalah gejala psikis yang berkaitan
dengan objek atau aktifitas yang men-stimulir perasaan senang pada individu.
13
Minat sangat erat hubungannya dengan kebutuhan, karena minat yang timbul dari kebutuhan ajakan merupakan merupakan faktor pendorong bagi seseorang dalam
melaksanakan usahanya. Selain itu, menurut The Liang Gie 1988: 28 minat berarti sibuk, tertarik, atau terlibat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena
menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa minat merupakan ketertarikan
dan keinginan yang kuat dalam diri seseorang terhadap sesuatu sehingga menimbulkan reaksi berupa daya dari dalam maupun dari luar diri untuk
mendapatkan sesuatu yang diminati tersebut. Dalam perspektif inilah minat belajar akan diuraikan.
2.
Belajar dan Minat Belajar
Berdasarkan pengertian tentang minat, maka secara sederhana minat belajar dirumuskan sebagai ketertarikan dan keinginan yang kuat untuk belajar.
Namun pertanyaan yang harus dijelaskan terlebih dahulu adalah perihal apa yang dimaksud dengan belajar.
Ngalim Purwanto 1992: 85 mengemukakan pendapat mengenai pengertian belajar:
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang buruk.
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
14
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus merupakan akhir
dari pada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu
hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun.
d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian maupun psikis.
Menurut Slameto 1995: 2 belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara itu Sudirman A.M. 1996: 231 berpendapat bahwa
belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta,
rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini senada dengan Witherington seperti yang dikutip oleh Usman
Effendi dan Juhaya S. Praja 1989: 103 bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian, sebagaimana yang tampak pada perubahan penguasaan pola-
pola respon atau tingkah laku yang baru, dalam perubahan keterampilan kebiasaan, kesanggupan dan pemahaman akan sesuatu. Dalam hal ini Moh. Uzer
Usman 1999: 34 memberikan batasan belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lainnya
15
serta individu dengan lingkungannya, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses usaha atau interaksi yang dilakukan individu untuk
memperoleh sesuatu yang baru dan perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman itu sendiri. Perubahan tersebut akan nampak
dalam penguasaan pola-pola respons yang baru terhadap lingkungan berupa keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, kecakapan dan sebagainya.
Dengan demikian, apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan minat belajar? Berdasarkan konsep tentang belajar di atas maka minat belajar adalah
keterlibatan sepenuhnya seseorang dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang dituntunnya. Minat
terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi terhadap belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu
merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Minat memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, karena
bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan ini Ahmad Tafsir 1992: 24
menyatakan bahwa minat adalah kunci dalam pengajaran. Bila murid telah berminat terhadap kegiatan belajar mengajar, maka hampir dapat dipastikan
proses belajar mengajar akan belajar dengan baik. Dengan demikian, maka tahap- tahap awal suatu proses belajar mengajar hendaknya dimulai dengan usaha
membangkitkan minat. Minat harus senantiasa dijaga selama proses belajar
16
mengajar berlangsung. Karena minat itu mudah sekali berkurang atau hilang selama proses belajar mengajar.
Selain itu juga, minat sangat berpengaruh terhadap belajar, sebab bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak
akan belajar dengan sebaik-baiknya. Karena tidak ada daya tarik baginya Slameto, 1995: 57. Hal ini senada dengan pendapat Usman 1998: 27:
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri
seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa
minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan, bahwa minat belajar adalah ketertarikan dan keterlibatan perhatian seseorang terhadap
kegiatan belajar sehingga memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang ilmu pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang ilmu pengetahuan
yang dituntutnya.
3.
Aspek-Aspek Minat Belajar
Berdasarkan uraian tentang minat, belajar dan minat belajar di atas serta sebagai suatu proses ketertarikan dan keinginan yang kuat untuk mendapatkan
pengetahuan, keterampilan dan keahlian maka minat belajar memiliki sejumlah aspek.
Dalam artikelnya, Motivational Effects of Interest on Student Engagement and Learning in Physical Education: A Review, Subramaniam 2009
mengeksplorasi dan membedakan sekaligus menekankan kesatuan erat dua aspek minat belajar yakni minat belajar individual individual interest dan minat belajar
17
situasional situational interest. Minat individual merujuk pada kecenderungan psikologis seseorang untuk secara relatif terlibat dalam sebuah kegiatan, obyek
atau isi pembelajaran yang spesifik. Minat individual ini berkembang sebagai suatu kombinasi antara pengetahuan dan sistem nilai seorang individu serta
biasanya bertahan lama atau stabil. Sementara itu, minat situasional menunjuk pada reaksi afektif terhadap rangsangan dari luar yang bersifat sesaat dan biasanya
berjarak terhadap pengetahuan dan sistem nilai individu. Pada momen tertentu, seseorang tertarik untuk mengetahui bahkan melakukan sesuatu yang jauh dari
pengetahuan dan sistem nilai yang dianutnya. Namun Subramaniam menegaskan, minat belajar individual dan situasional bukanah fenomena yang terpisah not
dichotomous phenomena secara jelas. Minat, baik individual maupun situasional sama-sama merupakan komponen kognitif dan afektif yang menyangga motivasi
belajar seseorang. Dalam rumusan yang berbeda, Wasti Sumanto 1984 menggambarkan
aspek afektif dan kognitif dari minat yang saling berkaitan tersebut dengan perhatian, perasaan dan motivasi.
a. Perhatian
Ketertarikan seorang siswa pada proses dan kegiatan belajar baca: minat belajar pada awalnya ditandai dengan adanya perhatian terhadap kegiatan
belajar tersebut. Menurut Wasti Sumanto 1984: 32 , “perhatian adalah
pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertentu kepada suatu obyek, atau pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu
aktivitas.” Dengan
18
demikian, seorang siswa dikatakan memiliki minat belajar yang besar jika siswa tersebut memberikan perhatian yang besar terhadap kegiatan belajar.
b. Perasaan
Unsur pokok minat belajar yang kedua adalah perasaan senang atau tidak senang terhadap kegiatan belajar. Minat belajar yang tinggi ditandai
dengan perasaan senang dan antusiasme terhadap kegiatan belajar yang telah, sedang dan akan dilakukan. Sebaliknya, minat belajar yang rendah
diketahui dari hadirnya rasa tidak senang terhadap kegiatan pembelajaran. c.
Motivasi Sebagaimana dibahas dalam pengertian tentang minat, unsur motivasi atau
daya dari dalam diri sendiri maupun dari luar untuk mengetahui dan melakukan sesuatu merupakan unsur pokok dari minat belajar. Minat
belajar yang tinggi ditandai dengan motivasi belajar yang tinggi. Sebaliknya, jika motivasi belajar seorang siswa rendah maka minat
belajarnya pun dipastikan rendah. Selain itu, dalam rumusan yang berbeda, Slameto 2003:58 memberikan
gambaran bahwa siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus. b.
Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati. c.
Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada suatu aktivitas belajar yang diminati.
19
d. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.
e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
Berdasarkan uraian ketiga tokoh di atas serta dengan mengadaptasi identifikasi indikator motivasi belajar menurut Makmun 2009: 40, maka perihal
minat belajar dapat dilihat dengan beberapa indikator berikut sesuai level kognitif, afektif hingga aksi atau perilaku.
a. Afektif
1 Memiliki keterarahan perasaan dan sikap terhadap sasaran kegiatan
belajar berupa rasa suka like atau tidak suka dislike, sentiment positif atau negatif terhadap kegiatan belajar.
2 Merasa puas atau tidak puas dengan kegiatan belajar yang sudah atau
pernah dilakukan. 3
Memiliki ketabahan, keuletan dan daya tahan emosional dalam menghadapi rintangan untuk mencapai tujuan belajar.
b. Kognitif
1 Memiliki perhatian atau pemusatan kapasitas kognitif dan afektif
terhadap kegiatan belajar. 2
Memiliki tingkatan aspirasi pengetahuan dan sistem nilai terhadap kegiatan belajar berupa persepsi, maksud, cita-cita atau harapan, serta
target dari kegiatan belajar. c.
Aksi atau sikap 1
Durasi kegiatan: berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan belajar.
20
2 Frekuensi kegiatan: berapa sering kegiatan belajar dilakukan dalam
periode waktu tertentu. 3
Tingkat kualifikasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatan belajarnya: berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak.
Menurut Makmun 2009: 40-41, indikator-indikator tersebut dapat didekati dengan berbagai teknik pengukuran dan pendekatan yakni tes tindakan
performance test disertai observasi, kuesioner dan inventori, mengarang bebas serta tes prestasi dan skala sikap.
4.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Berdasarkan pengertian dan aspek-aspek minat belajar, dapat diperoleh garis besar faktor yang berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya minat belajar.
Faktor-faktor tersebut bersifat individual atau internal maupun situasional atau eksternal; serta baik berada pada level afektik, kognitif, fisikal maupun sikap.
Berikut ini adalah penjabaran eberapa faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya minat belajar seorang siswa, yakni:
a. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa yang berasal dari individu siswa itu sendiri. Menurut Sugihartono dkk, 2007 :
76: bdk Muhibbin 2003: 131 faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah atau fisiologis dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah atau fisiologis meliputi
faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, bakat, motivasi, kematangan dan kelelahan.
21
1 Faktor fisiologis atau jasmaniah
Secara jasmaniah, kesehatan fisik menjadi faktor utama yang berpengaruh terhadap minat belajar seseorang. Menurut Muhibbin
2003, kondisi fisiologis sangat berpengaruh terhadap minat belajar, sebab seorang siswa yang sehat jasmani dan rohani maka akan giat
dalam belajar tanpa adanya rintangan, sedangkan bila siswa tersebut sakit maka akan merasa malas dalam belajar sehingga berpengaruh
terhadap gairah atau minat belajarnya. Kondisi tubuh yang lemah akan menurunkan kemampuan untuk menerima pelajaran sehingga materi
yang dipelajari kurang atau tidak dapat masuk. Kondisi organ-organ khusus seperti tingkat kesehatan indera penglihatan dan pendengaran
juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan yang diberikan di kelas.
Menurut Sulistyowati 2001:21-22, kesehatan sangat penting untuk menunjang kemudahan dalam belajar, baik kesehatan psikis
maupun fisik. Dengan kondisi yang sehat seseorang akan mudah berkonsentrasi dan dapat menumbuhkansemangat dan minat belajar.
Kesehatan mental yang baik akan menimbulkan semangat yang stabil, minat yang positif, dan sikap yang dinamis untuk meraih sukses
belajar. Dari beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan dapat mempengaruhi minat belajar. Kesehatan merupakan
kondisi fisik seseorang. Seseorang dikatakan sehat jika badannya kuat, lengkap panca inderanya, tidak terganggu sakit. Jika siswa
22
mempunyai kesehatan yang baik maka ia dapat mengarahkan perhatian pada kegiatan belajar secara lebih penuh. Dengan kata lain, kesehatan
yang baik akan meningkatkan minat belajar seorang anak. 2
Faktor psikologis Pada level psikologis, faktor yang dominan berpengaruh terhadap
mintat belajar adalah motivasi. Menurut Muhibbin 2003:137, motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Dengan adanya motivasi siswa dapat mempunyai pendorong untuk belajar sehingga dapat memiliki
semangat dan minat belajar yang lebih baik. Menurut Sulistyowati
2001:18, motivasi merupakan pendorong atau pemberi semangat untuk memperoleh kesuksesan. Motivasi yang kuat dapat membuat
seseorang sanggup bekerja ekstra keras untuk mencapai sesuatu. Me
nurut Tu‟u 2004:80, motif selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Dalam belajar bila siswa mempunyai motif yang baik dan kuat, hal itu akan memperbesar semangat dan minat belajarnya. Siswa
yang kehilangan motivasi dalam belajar akan memberi dampak yang kurang baik terhadap minat belajarnya. Menurut Dalyono 1997:55,
motivasi merupakan daya pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan
melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya motivasi yang lemah, akan
23
membuat siswa malas belajar bahkan tidak mau mengerjakan tugas- tugas yang berhubungan dengan pelajaran.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan kekuatan yang menjadi pendorong baik dari dalam maupun
dari luar diri individu yang dapat menumbuhkan semangat dan minat dalam melakukan sesuatu untuk memperoleh keberhasilan. Siswa yang
tidak mempunyai motivasi maka akan cenderung semangat dan minatnya menjadi lemah dan tidak menyenangi materi pelajaranan
serta kesulitan untuk menguasai mata pelajaran yang diberikan. b.
Faktor eksternal Faktor ini merupakan faktor yang mempengaruhi minat siswa dalam
belajar yang berasal dari luar individu siswa itu sendiri. Menurut Sugihartono dkk, 2007: 76 faktor eksternal yang berpengaruh dalam belajar meliputi
faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. 1
Lingkungan keluarga Menurut Hakim 2000:17, keluarga merupakan lingkungan
pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang. Karena itu, keluarga menjadi faktor pertama dan utama
dalam menentukan tinggi-rendahnya minat belajar seseorang. Keadaan lingkungan keluarga yang sangat menentukan semangat dan minat
seseorang diantaranya adalah adanya hubungan yang harmonis di antara sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan
belajar yang cukup memadai, keadaan ekonomi keluarga yang cukup,
24
suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian yang besar dari orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan
pendidikan anak-anaknya. Menurut Tu‟u 2004:84, pengaruh pertama dan utama bagi
kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan seseorang adalah pengaruh keluarga. Hal ini disebabkan keluarga merupakan orang-
orang terdekat bagi seorang anak. Banyak sekali kesempatan dan waktu bagi seorang anak untuk berjumpa dan berinteraksi dengan
keluarga. Perjumpaan dan interaksi tersebut sangat besar pengaruhnya bagi perilaku danminat belajar seseorang. Jika keluarga harmonis,
hubungan orang tua dengan anak, antara anak dengan anak dapat berjalan dengan lancar, kondisi yangbaik itu cenderung memberi
stimulus dan respons yang baik dari anak sehingga perilaku dan minatnya menjadi baik dan tinggi.
Menurut Sulistyowati 2001:17, lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap minat belajar. Keluarga dapat memberikan
pengaruh yang positif terhadap aktivitas belajar apabila keadaan keluarga harmonis, adanya perhatian orangtua, antara kakak dan adik
selalu rukun, kondisi ekonomi berkecukupan. Orang tua dapat memberikan semangat agar anak menjadi optimis dan merasa ada
perlindungan dan perhatian dari orangtua, sehingga anak mendapat kemudahan dalam belajar dan berambisi untuk meraih kesuksesan
dalam belajar.
25
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga dapat mempengaruhi minat belajar. Lingkungan keluarga merupakan
lingkungan tempat seseorang tumbuh dan berkembang menuju kedewasaan. Dalam keluarga seseorang untuk pertama kalinya belajar
dan membentuk kepribadian dirinya. Keluarga yang harmonis dapat membimbing pendidikan anaknya sehingga dapat menumbuhkan minat
belajar yang optimal. 2
Lingkungan sekolah. Menurut Hakim 2000:18, kondisi lingkungan sekolah yang
mempengaruhi kondisi belajar antara lain: adanya guru yang baik dalam jumlah yang cukup memadai sesuai dengan jumlah bidang studi
yang ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses
belajar yang baik, adanya teman yang baik, adanya keharmonisan hubungan diantara semua personil sekolah, adanya disiplin dan tata
tertib yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten. Menurut Tu‟u 2004:84, sekolah adalah wahana kegiatan dan
proses pendidikan berlangsung. Di sekolah diadakan kegiatan pendidikan, pembelajaran dan latihan. Di sekolah nilai-nilai etik,
moral, mental, spiritual, perilaku, disiplin, ilmu pengetahuan dan ketrampilan
ditabur, ditanam,
disiram, ditumbuhkan
dan dikembangkan. Oleh karena itu, sekolah menjadi wahana yang sangat
26
dominan bagi pengaruh dan pembentukan sikap, perilaku, dan minat seorang siswa.
Sekolah dapat menciptakan suasana kondusif bagi proses pendidikan asalkan manajemen sekolah dikembangkan dengan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang baik. Disiplin sekolah diorganisasikan oleh kepala sekolah bekerja sama dengan para guru
dan mendapat dukungan orangtua. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah, dalam hal ini adalah
lingkungan sekolah dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan tempat terjadinya proses
belajar mengajar antara siswa dan guru. Lingkungan sekolah yang berkualitas, dengan sarana dan prasarana yang memadai dapat
menumbuhkan semangat dan minat belajar yang tinggi. 3
Lingkungan masyarakat. Menurut Sulistyowati 2001:30-31, lingkungan masyarakat tidak
kecil pengaruhnya terhadap minat belajar. Ada pengaruh yang positif dan ada pengaruh yang negatif, tergantung dari bagaimana cara
menghadapinya. Siswa harus mampu memilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk, menghindarkan diri dari pengaruh yang
dianggap kurang baik. Menurut Hakim 2000:19-20, lingkungan masyarakat dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah
lembaga-lembaga pendidikan non formal yang melaksanakan kursus- kursus tertentu, seperti bahasa asing, ketrampilan tertentu, bimbingan
27
tes, kursus pelajaran tambahan yang menunjang keberhasilan belajar, sanggar majelis taklim, sanggar organisasi remaja masjid dan gereja,
sanggar karang taruna.
B. Anak Jalanan PSP dan Minat Belajarnya