Merancang Bimbingan Belajar untuk Anak Jalanan

33 anak jalanan di Yogyakarta, terdapat bahaya mudahnya kriminalisasi terhadap anak jalanan jika KUHP pasal 504 ayat 1, “Barangsiapa mengemis di muka umum, dapat diancam kurungan paling lama enam minggu ” diterapkan tanpa prinsip kehati-hatian.

C. Merancang Bimbingan Belajar untuk Anak Jalanan

Program bimbingan belajar umumnya dikembangkan dalam konteks terselenggaranya Proses Belajar Mengajar PBM di sebuah sekolah. Namun menurut Makmun 2009: 281, hanya beberapa layanan bimbingan belajar yang langsung berkaitan dengan PBM sedangkan selebihnya adalah tugas dan kompentensi seorang konselor atau guru konseling di sekolah untuk mengkondisikan siswa dapat terlibat penuh dalam PBM. Sekalipun demikian, pertanyaan besar yang dihadapi adalah bagaimana membuat layanan bimbingan belajar di tempat belajar yang menjadi “jembatan” antara kegiatan belajar di sekolah dan di rumah seperti PSP? Dengan kata lain, bagaimana merancang program bimbingan belajar dengan tujuan peningkatan minat para siswa terhadap kegiatan belajar di sekolah sementara para siswa tersebut adalah anak jalanan yang membagi waktu hidupnya dengan bersekolah dan bekerja di jalanan, serta hidup di tengah kondisi kemiskinan ekonomi serta diterpa stigma sosial-politik yang negatif oleh masyarakat sekitar? Karena itu pengertian bimbingan belajar pun dibahas dalam konteks pendidikan anak anak jalanan khususnya di PSP agar tercapai tujuan meningkatkan minat belajar sesuai indikator yang ada baik di 34 taraf kognitif, afektif maupun aksi. Untuk itu, digambarkan terlebih dahulu beberapa gagasan yang menjadi visi pendidikan bagi anak jalanan. 1. Pendidikan bagi Anak Jalanan Dalam modulnya, Working With Street Children: Modul 7 Teaching Street Children, WHO World Health Organization mendefinisikan pendidikan anak jalanan sebagai proses yang mencakup pengetahuan, keahlian dan sikap yang dengannya perilaku seorang anak jalanan berubah sesuai yang diharapkan WHO, 2009: 1. Oleh karena itu, WHO 2009: 36 memberikan beberapa pesan kunci key messages tentang pendidikan bagi anak jalanan yakni: a. Pendidikan bagi anak jalanan harus berkaitan dengan situasi aktual yang ada dalam lingkungan mereka dan berkaitan dengan isu-isu yang mereka hadapi dalam kehidupan harian mereka. b. Metode-metode pengajaran dan bantuan belajar learning aids harus dalam rangka menjawab kebutuhan-kebutuhan anak-anak jalanan. c. Pembelajaran dikatakan efektif jika anak-anak jalanan berpartisipasi aktif dalam prosesnya. d. Sebuah rencana pembelajaran merupakan hal yang esensial bagi pencapaian tujuan pengajaran dan dapat menjadi rujukan bagi para pendidik anak jalanan lainnya. e. Keahlian-keahlian hidup life skills dapat mempersiapkan anak jalanan secara mental dalam mengatasi berbagai situasi berbahaya dalam hidup jalanan mereka. Sekalipun demikian, tujuan paling utama 35 ultimate goal dari pendidikan anak jalanan adalah melepaskan mereka dari kehidupan di jalanan. Dalam konteks pendidikan untuk pengembangan keahlian hidup life skills, WHO hlm.23-24 menggarisbawahi pengembangan kemampuan psiko-sosial yang mencakup kemampuan menyelesaikan masalah problem solving, berpikir kritis, memiliki kesadaran diri dan empati self-awareness and empathy, dan mengelola emosi dan stress. Hal utama yang harus dibangun adalah kesadaran diri dan empati untuk mengurangi kecenderungan perilaku agresif dan perilaku anti-sosial lainnya yang dapat dikatakan sebagai budaya jalanan street culture bahkan “kebijaksanaan jalanan” streetwise. Proses membangun kesadaran diri tersebut dilakukan dengan cara membangun kesadaran positif tentang diri agar meningkatkan kepercayaan diri self-esteem lalu membuat anak-anak jalanan dapat mengalami efek-efek dan konsekuensi dari perilaku mereka yang positif atau pro-sosial tersebut. Mereka perlu diberi peneguhan positif positive reinforcement agar terbangun keyakinan diri self confidence untuk mengaplikasikan dan mengalami konsekuensi positif dari sikap positif atau pro-sosial mereka. Dalam konteks pendidikan anak jalanan seperti inilah kegiatan bimbingan belajar bagi anak jalanan ini dikembangkan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa bimbingan belajar bagi anak jalanan ini merupakan sebuah bantuan belajar learning aids untuk memberikan pengetahuan yang positif tentang kegiatan belajar terutama di sekolah, membangun sikap serta perilaku positif 36 dan memberi kesempatan bagi mereka untuk mengalami efek positif dari pengetahuan dan sikap positif mereka terhadap kegiatan belajar tersebut. 2. Bimbingan Belajar untuk Anak Jalanan Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, mengubah dan memperbaiki perilaku. Bagi para siswa yang sedang belajar, bimbingan belajar semakin diperlukan mengingat setiap anak memiliki kemampuan, kebutuhan maupun masalah belajar sendiri yang perlu diperhatikan dan dibantu. Menurut Suherman 2007, bimbingan belajar adalah suatu proses pemberian bantuan dari guru pembimbing kepada siswa dengan cara mengembangkan suasana belajar yang kondusif dan menumbuhkan kemampuan agar siswa terhindar dari dan atau mengatasi kesulitan belajar yang mungkin dihadapinya sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. 3. Tujuan Bimbingan Belajar Tujuan bimbingan belajar dapat dirumuskan dengan menguraikan pengertian bimbingan pada umumnya dan bimbingan belajar pada khususnya Makmun, 2009: 277-280. Pertama, layanan bimbingan merupakan bantuan kepada individu tertentu. Tujuan layanan bimbingan belajar bukan untuk mengambil alih masalah 37 belajar siswa melainkan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa menemukan dan memecahkan masalahnya serta memper- tanggungjawabkannya. Karena itu, sekalipun semua siswa berpotensi memiliki masalah belajar namun pembimbing hendaknya mendahulukan mereka yang benar-benar dipandang memerlukannya seperti anak-anak yang tergolong kelompok uniqualified, underarchievers, slow learners, dan sebagainya. Dalam konteks anak-anak jalanan PSP Yogyakarta, sekalipun semua anak memiliki masalah kemiskinan yang membelenggu aktivitas belajar di sekolah namun sasaran bimbingan adalah anak-anak dengan problem rendahnya minat belajar di sekolah yang ditandai dengan frekuensi meninggalkan waktu sekolah yang tinggi maupun tidak adanya kemauan untuk belajar di rumah setelah bekerja di jalanan. Kedua, dengan layanan bimbingan diharpakan individu siswa bersangkutan mencapai taraf perkembangan dan kebahagiaan yang optimal. Seperti yang dikatakan Mortenseen dan Schmuller dalam Makmun, 2009: 278, tujuan akhir layanan bimbingan belajar identik dengan apa yang menjadi tujuan layanan instruksional dan layanan sekolah lainnya yaitu tercapainya tingkat perkembangan individu sesuai abilitas, minat dan kebutuhan- kebutuhannya. Secara afektif, layanan bimbingan bertujuan membuat yang bersangkutan merasa bahagia dalam arti terbebas dari perasaan-perasaan frustrasi atau tertekan yang menghambat aktivitas belajarnya. Bahkan, menurut Smith dalam Makmun, 2009: 279 dapat tercapai perkembangan optimum layanan bimbingan ketika siswa mampu menjadi anggota 38 masyarakat yang efektif effective member of society yakni yang menerima dirinya termasuk gagal di sekolah namun tetap produktif di tengah masyarakat. Dalam konteks anak jalanan PSP, tujuan tersebut adalah menjadikan siswa yang dapat mengikuti proses belajar di sekolah secara aktif dan penuh bahkan dapat berprestasi sekaligus menerima realitas kemiskinan dan statusnya sebagai anak jalanan di hadapan teman-teman dan gurunya di sekolah serta mampu mengelola tekanan berupa keterbatasan waktu belajar di rumah karena terbagi oleh waktu kerja. Ketiga, layanan bimbingan merupakan proses pengenalan, pemahaman, penerimaan, pengarahan dan perwujudan penyesuaian diri. Sebagai sebuah proses, layanan bimbingan belajar merupakan rangkaian kegiatan berkesinambungan mulai dari usaha identifikasi masalah hingga penyelesaian yang dapat menuntaskan masalah. Menurut Robinson dalam Makmun, 2009: 279-280, kegagalan siswa dalam studi dapat disebabkan karena siswa kurang mampu: a. Mengenal dirinya, baik mengenai segi-segi kelebihan atau kekurangannya, potensinya, minatnya, bakatnya dan sebagainya; b. Karena tidak mengenal diri, ia juga sukar memahami dirinya, termasuk kegagalan studinya; c. Karena tidak memahami dirinnya, ia juga sukar menerima dirinya secara obyektif, sesuai kenyataan; 39 d. Karena sukar menerima dirinya, ia pun sukar mengarahkan dirinya melalui proses pengujian, pemilihan, dan pengambilan keputusan mengenai alternatif tindakan yang akan dilakukan secara rasional; e. Karena kurang terarah maka maka siswa pun sukar mewujudkan segala potensi yang ada padanya secara optimal; f. Akhirnya yang bersangkutan mungkin akan sampai pada kesulitan melakukan tindakan yang sesuai baik terhadap dirinya sendiri maupun lingkungan di sekitarnya. Dalam konteks layanan bimbingan belajar bagi anak jalanan di PSP, tujuan ini sangat diperlukan agar membuat para siswa mengenal dirinya sebagai seorang siswa atau anak-anak yang berhak mengenyam pendidikan agar mampu mengarahkan diri mereka menuju tindakan rasional yang seharusnya mereka ambil yakni bersekolah sesuai tuntutan disiplin sekolah masing-masing dan menyiapkan waktu belajar di rumah agar meraih hasil belajar yang optimal. 4. Fungsi Bimbingan Belajar Sebagai bagian integral dari proses belajar-mengajar di sekolah, maka fungsi bimbingan belajar antara lain Suherman, 2007: 9-10: a. Fungsi pencegahan preventive function Bimbingan belajar berupaya untuk mencegah atau mereduksi kemungkinan timbulnya masalah misalnya dengan pemberian informasi tentang silabus, tugas, ujian, dan sistem penilaian yang dilakukan, 40 menciptakan iklim belajar yang memungkinkan penilaian yang dilakukan, menciptakan iklim belajar yang memungkinkan peserta didik merasa betah di ruang belajar, meningkatkan pemahaman guru terhadap karakteristik siswa, pemberian informasi tentang cara-cara belajar dan pemberian informasi tentang fungsi dan peranan siswa serta orientasi terhadap lingkungan. b. Fungsi penyaluran distributive function Fungsi penyaluran berarti menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan bakat dan minat sehingga mencapai hasil belajar yang sesuai dengan kemampuannya, contohnya: membantu dalam menyusun program studi termasuk kegiatan pemilihan program yang tepat dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan sebagainya. c. Fungsi penyesuaian adjustive function Salah satu faktor penentu keberhasilan siswa dalam studinya adalah faktor kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Bimbingan dapat membantu siswa menyerasikan program pengajaran dengan kondisi obyektif mereka agar dapat menyesuaikan diri, memahami diri dengan tuntutan program pengajaran yang sedang dijalaninya. Atas dasar tersebut penyesuaian memiliki sasaran: 1 Membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri terhadap tuntutan program pendidikan; 2 Membantu siswa menyerasikan program-program yang dikembangkan dengan tuntutan pengajaran. d. Fungsi perbaikan remedial function 41 Kenyataan di sekolah menunjukan bahwa sering ditemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dalam hal ini betapa pentingnya fungsi perbaikan dalam kegiatan pengajaran. Tugas para guruguru pembimbing adalah upaya untuk memahami kesulitan belajar, mengetahui faktor penyebab, dan bersama siswa menggali solusinya. Salah satu contoh, fungsi perbaikan dalam bimbingan belajar adalah pengajaran remedial remedial teaching. e. Fungsi pemeliharaan maintencance and development function Bimbingan belajar berfungsi mengoreksi hal yang masih kurang sekaligus mempertahankan dan mengembangkan cara dan strategi maupun semangat belajar yang sudah positif agar siswa makin berkembang.

D. Kerangka Pikir