Landasan Pemikiran Model Layanan Bimbingan Belajar Menuju Model Layanan Bimbingan Belajar untuk Meningkatkan Minat

126 juga memperlihatkan keseriusan mereka dalam belajar. Data tersebut didukung oleh kenyataan bahwa mereka juga bersedia saling berbagi hasil refleksi di dalam kelas bimbingan belajar. - Dengan demikian, data-data kualitatif menunjukkan bahwa program bimbingan belajar yang dirancang khusus untuk anak-anak jalanan di PSP berhasil meningkatkan minat belajar mereka.

D. Pembahasan

Hasil penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling PTBK yang sudah dilaksanakan menunjukkan adanya peningkatan minat belajar anak-anak jalanan di PSP Keberhasilan peningkatan minat belajar itu tidak dapat dilepaskan dari model layanan bimbingan belajar yang dikembangkan oleh peneliti sebagaimana dibahas dalam beberapa poin berikut ini.

1. Landasan Pemikiran Model Layanan Bimbingan Belajar

Minat belajar seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun faktor eksternal. Sekalipun sama-sama berstatus siswa Sekolah Dasar, kondisi fisik dan psikis yang berbeda dari masing-masing siswa membuat minat belajar mereka pun berbeda satu sama lain. Selain itu, latar belakang sosial, ekonomi dan budaya bahkan politik yang berbeda turut mempengaruhi perbedaan tingkat minat belajar dari para siswa. Kenyataan itu ditemui pada diri para siswa kelompok SD-Besar di PSP Yogyakarta yang menyandang status anak-anak jalanan.. Sebagai anak jalanan, kondisi sosial-ekonomi yang 127 sulit, budaya bahkan politik yang keras menjadi latar belakang kehidupan mereka sehari-hari. Karena itu, sekalipun mereka siswa dari Sekolah Dasar yang berada di sekitar PSP, tingkat minat belajar bahkan kebiasaan belajar mereka berbeda dari para siswa yang.tidak berstatus anak jalanan. Hasil pengamatan sebelum penelitian menunjukkan bahwa sekalipun telah meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan bimbingan belajar di PSP, para siswa SD-Besar masih sering memperlihatkan perilaku kurang berminat seperti sering bercanda, tidur-tiduran di atas meja, berteriak-teriak dan mengerjakan hal-hal lain yang tidak sesuai dengan petunjuk sukarelawan. Para siswa tersebut mengikuti kegiatan belajar sesuai suasana batin dan fisik mereka. Mereka akan bermalas-malasan ketika mereka memiliki permasalahan di rumah atau bekerja setelah jam sekolah. Secara kuantitatif, minat belajar sebelum penelitian mencapai skor 51 atau 86,6 sehingga termasuk kategori berminat belajar sangat rendah. Selain itu, data kuesioner minat belajar memperlihatkan bahwa frekuensi terbanyak siswa dengan minat belajar rendah sebesar 33.

2. Menuju Model Layanan Bimbingan Belajar untuk Meningkatkan Minat

Belajar Anak Jalanan Dalam konteks tujuan bimbingan belajar ini maka pengembangan model layanan bimbingan belajar yang sesuai dengan latar belakang kehidupan para siswa sebagai anak jalanan dan bergabung secara sukarela dalam kegiatan belajar di PSP menjadi hal yang mutlak perlu dilakukan. 128 Dalam literatur tentang pendidikan anak jalanan street education, sebelum memberikan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan, hendaknya diupayakan dahulu keahlian hidup life skill yang positif untuk mengurangi sikap asosial yang dianggap sebagai kultur jalanan street culture bahkan kebijaksanaan jalanan street wise yang biasanya dihidupi anak-anak jalanan. Karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa untuk dapat meningkatkan minat belajar melalui layanan bimbingan belajar, diperlukan modifikasi pendekatan, tujuan, strategi dan teknik layanan bimbingan belajar. Untuk itu, peneliti merancang layanan bimbingan belajar yang lebih ditujukan untuk pengembangan gambaran diri yang positif, mengalami kegiatan belajar sebagai pengalaman positif dan menemukan hasil positif dari kegiatan belajar yang telah dilakukan.

3. Bimbingan Belajar untuk Membangun Gambaran Diri Positif