130
jalanan. Selain itu, setelah jam sekolah, anak-anak tersebut hidup bersama lagi dengan anak-anak jalanan lain yang tidak bersekolah.
Layanan bimbingan belajar pada siklus kedua dilaksanakan dalam kerangka membangun pengetahuan, kesadaran dan kebiasaan belajar yang
baik. Sebuah kepercayaan diri positif dalam belajar yang telah dibangun harus disuburkan dengan cara belajar yang positif. Agar minat belajar anak jalanan
semakin meningkat, bimbingan belajar pada siklus kedua ini harus menghasilkan kesediaan para siswa untuk mengetahui cara belajar yang baik,
mengevaluasi cara belajarnya selama ini, menyusun jadwal belajar dan rencana strategi belajar yang baik. Secara kuantitatif, dari lembar
pengamatan, terlihat bahwa persentase perilaku yang menunjukkan sikap berminat belajar berkembang menjadi 84 pada siklus II dan berdasarkan
angket minat belajar, persentase jumlah siswa yang meraih kategori berminat belajar tertinggi bertumbuh pada siklus II yakni 50 siswa SD-Besar.
5. Bimbingan Belajar untuk Peneguhan Pengalaman Positif dari Belajar
Bagi anak jalanan yang cenderung bersikap asosial sebagai akibat dari kehidupan yang “keras”, minat terhadap sebuah aktivitas positif dari belajar di
sekolah dapat ditingkatkan jika mereka mengalami hasil dari beraktivitas positif tersebut. Belajar di sekolah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu
diyakini sebagai aktivitas positif dan semakin diminati jika ada hasil positif dari aktivitas tersebut. Karena itu, bimbingan belajar bagi anak jalanan harus
didesain pula untuk meraih tujuan mengalami hasil positif dari aktivitas
131
belajar. Pada saat bersamaan, model bimbingan belajar tersebut juga mengantarkan para siswa pada kesadaran tentang b
agaimana “strategi” untuk mendapatkan hasil positif dari aktivitas belajar tersebut.
Mempelajari dan merefleksikan teknik kerajinan tangan membuat bunga pita dan bros manik-manik menjadi salah satu aktivitas layanan bimbingan
belajar yang bertujuan agar siswa mengalami hasil positif dari belajar dan mengetahui hal yang harus dimiliki agar dapat meraih hasil positif dari belajar.
Secara kuantitatif, dari lembar pengamatan, terlihat bahwa persentase perilaku yang menunjukkan sikap berminat belajar berkembang menjadi 92 pada
siklus III. Kemudian, berdasarkan angket minat belajar, persentase jumlah siswa yang meraih kategori berminat belajar tertinggi bertumbuh menjadi
83,3 pada siklus III. Minat belajar siswa meningkat ketika layanan bimbingan belajar mampu membuat siswa mengalami indahnya belajar.
132
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian dan beberapa usul-saran bagi pengelola PSP bersama sukarelawan dan bagi para peneliti yang
berniat meneliti topik yang sama.
A. Kesimpulan
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan rendahnya minat belajar anak- anak jalanan PSP sebagaimana dialami dan diamati peneliti selama menjadi
sukarelawan di PSP. Berdasarkan data-data kualitatif dan kuantitatif sebelum pelaksanaan PTBK diketahui bahwa minat belajar anak jalanan cenderung rendah.
Untuk itu diperlukan pengembangan model layanan bimbingan belajar yang sesuai konteks anak jalanan usia SD-Besar, agar minat belajar anak-anak tersebut
semakin meningkat. 1.
Model layanan bimbingan belajar yang sesuai dengan konteks minat belajar anak jalanan harus dikembangkan sesuai dengan gagasan tentang pendidikan
anak jalanan street education. Layanan bimbingan belajar bagi anak jalanan memberi penekanan pada pembangunan kepercayaan diri dan peneguhan atas
pengalaman positif positive reinforcement dari aktivitas belajar. Topik-topik bimbingan belajar berkaitan dengan menghargai diri, membangun kebiasaan
belajar yang baik dan mengalami hasil belajar berkat ketekunan. Layanan bimbingan belajar dilakukan dengan pendekatan yang lebih reflektif dan
personal. Dengan kata lain, layanan bimbingan belajar bagi anak-anak jalanan 132