92
kekurangan dalam hal ketekunan dan daya tahan ketika melakukan sesuatu yang teratur, terjadwal dan terencana. Mereka mudah mengeluh ketika
menuliskan jadwal belajar yang jelas. Mereka juga sebelumnya tidak peduli dengan bagaimana cara mereka belajar selama ini. Yang penting
mereka sudah sekolah dan hadir dalam kegiatan belajar di PSP. Ketekunan dan daya tahan dalam belajar menjadi tantangan minat belajar bagi para
siswa ini.
c. Siklus Ketiga
Dalam siklus sebelumnya, terlihat bahwa mereka berusaha mengembangkan dan membiasakan diri untuk belajar di sekolah dan mengikuti di kegiatan belajar
di PSP. Tetapi melihat kondisi sosial-ekonomi yang mereka hadapi sehari, usaha mereka tersebut memiliki tantangan yang tidak ringan. Tantangan tersebut antara
lain timbulnya perasaan pesimis bahkan perasaan ragu untuk bisa meraih apa yang mereka impikan. Tantangan itu semakin kuat dengan melihat ketidakteraturan
pola hidup mereka. Bahkan, mereka terlihat menjalani hidup dengan sikap tidak peduli bahkan sikap apatis yang tinggi.
Maka dengan topik pada siklus ketiga, “Tekun dan Disiplin Belajar, Aku Bisa,” kegiatan layanan bimbingan belajar ini mengemban tujuan agar para siswa
memiliki tekad dan keyakinan bahwa mereka bisa belajar secara formal bahkan bisa meraih cita-cita mereka jika mereka tekun dan disiplin dalam belajar. Untuk
itu, layanan bimbingan belajar pada siklus ini disajikan dengan cara yang “menantang” ketekunan, ketelitian, kedisiplinan dan daya tahan mereka melalui
93
aktivitas nyata yakni mengerjakan kerajinan tangan. Jika mereka bertahan maka mereka akan mendapatkan hasilnya.
1 Tahap Perencanaan
Peneliti menyiapkan satuan layanan bimbingan, aktivitas bimbingan belajar dan instrumen-instrumen penelitian seperti lembar observasi dan
angket minat belajar serta sarana dokumentasi. Peneliti menyiapkan pelaksanaan kegiatan bimbingan belajar pada siklus ketiga ini dengan
persiapan khusus yakni menyiapkan beberapa bahan sederhana dan murah untuk membuat kerajinan tangan yang indah tetapi membutuhkan
kesabaran dan ketekunan sebagai media bimbingan belajar. Bahan tersebut adalah kertas, lem dan beberapa manik-manik plastik. Selain itu, sebagai
contoh dari ketekunan dan disiplin, para siswa diperlihatkan film singkat tentang “Sekolahku” dan cuplikan film “Laskar Pelangi.”
2 Pelaksanaan Tindakan
a Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 24 November 2014 dengan alokasi waktu 1x35 menit. Tujuan pertemuan pertama ini
adalah agar para siswa mengalami bahwa dalam belajar diperlukan ketekunan, kedisplinan, daya tahan dan ketelitian agar dapat mencapai
hasil yang diharapkan. Pertama, aktivitas diawali dengan doa menurut agama masing-
masing, lalu pembimbing menjelaskan bahwa semua kebiasaan belajar yang baik itu dapat dijaga dengan ketekunan dan kedisiplinan. Selain
94
itu, ketekunan dan kedisiplinan belajar juga menjadi faktor penting yang membuat kita dapat bertahan dalam kesusahan sehingga akhirnya
bisa meraih kesuksesan. Kedua, sebagai contoh, pembimbing mengajak siswa untuk menonton dua film singkat yakni yang berjudul
“Sekolahku” dan Behind the Scene dari Laskar Pelangi. Ketiga, pembimbing melakukan tanya-jawab berkaitan dengan kesan dan
pesan dari kedua film tersebut. Para siswa terlihat memperhatikan kedua film singkat di atas.
Khusus untuk film cuplikan Laskar Pelangi, mereka meminta untuk menonton keseluruhan film namun tidak bisa dipenuhi karena
keterbatasan waktu. Dalam kesempatan tanya-jawab, para siswa menyetujui bahwa ketekunan, kedisiplinan dan kerja keras menjadi
kunci untuk mendapatkan hasil sebagaimana ditunjukkan para tokoh dalam kedua film.
b Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua juga dilakukan pada hari Senin, 24 November 2014 dengan menyambung waktu belajar pertemuan pertama dengan
alokas 1x35 menit. Tujuan pertemuan kedua ini adalah agar para siswa mengalami bagaimana proses belajar memerlukan ketekunan,
kedisiplinan dan daya tahan. Jika mereka tekun, disiplin, bertahan dan teliti maka mereka akan mendapat hasil yang memuaskan. Karena itu,
pembimbing menantang para siswa untuk membuat bunga dari pita berwarna.
95
Aktivitas yang dilakukan antara lain, pertama, pembimbing membagi potongan-potongan pita, gunting dan lem kepada masing-
masing siswa. Kedua, pembimbing menunjukkan cara pembuatan bunga dari pita sebanyak beberapa kali lalu para siswa diminta untuk
membuatnya dan berusaha menghasilkan sebanyak mungkin kuntum bunga dalam kurun waktu tersebut. Ketiga, para siswa diberi
kesempatan merangkai sendiri sesuai petunjuk dan pembimbing mengawasi serta menjelaskan ketika ditanya. Keempat, para siswa
melaporkan jumlah kuntum bunga yang mereka hasilkan. Hasil aktivitas menunjukkan bahwa para siswa dengan antusias dan
dengan cepat dapat mempelajari dan mempraktekkan cara pembuatan bunga tersebut dan mengambil makna atau pesan dari aktivitas
tersebut. Hal itu ditampakkan dalam beberapa indikator. Pertama, dalam proses pembuatan, para siswa memperhatikan petunjuk cara
pembuatan dan langsung ikut mengerjakan serta langsung bertanya saat menemui kesulitan. Kedua, ketekunan, ketelitian dan kemauan
untuk belajar juga tampak dengan jumlah kuntum bunga yang mereka hasilkan sekitar 5-10 kuntum bunga pita. Kuntum bunga buatan
mereka tersebut mereka bawa pulang ke rumah. Ketiga, dalam lembar refleksi, mereka menuliskan dan menyetujui bahwa ketekunan dan
kedisiplinan menjadi hal yang harus dipunyai jika ingin mempelajari sesuatu dan mendapatkan hasilnya.
96
c Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Kamis, 27 November 2014 dengan alokasi waktu 1x35 menit. Tujuan pertemuan ketiga juga
senada dengan pertemuan kedua yakni melatih ketekunan dan kedisiplinan para siswa dalam mempelajari sesuatu. Hanya kali ini,
para siswa juga diharapkan merefleksikan pesan atau makna dari kedua aktivitas belajar yang telah mereka dapatkan lalu membangun tekad
dengan berani menuliskan apa cita-cita mereka. Karena itu, melanjutkan tantangan pertemuan sebelumnya, para siswa diminta
untuk membuat bros dari manik-manik yang mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi daripada pembuatan bunga pita.
Pembimbing menyiapkan media bimbingan belajar pada pertemuan ini dengan menyiapkan manik-manik, lem dan peniti serta lembar kerja
siswa yang berisi refleksi dan tekad. Pertama, para siswa berdoa dipimpin oleh salah seorang siswa.
Kedua, pembimbing menyampaikan tujuan kegiatan bimbingan belajar dalam pertemuan ketiga yakni agar para siswa mengalami bagaimana
sebuah proses belajar memerlukan ketekunan, disiplin, ketelitian dan daya tahan. Ketiga, pembimbing membagikan perlengkapan berupa
lem, manik-manik dan peniti lalu mengajarkan cara pembuatan dengan memberikan contoh. Keempat, para siswa diberi kesempatan untuk
membuat bros dari manik-manik. Kelima, setelah setiap siswa sudah berhasil membuat satu bros, pembimbing membagikan lembar kerja
97
siswa yang berisi pertanyaan tentang kesan selama mengerjakan kerajinan tangan, pelajaran atau pesan apa yang diperoleh, apa cita-cita
mereka dan bagaimana cara meraih cita-cita tersebut. Para siswa dengan senang hati mengikuti instruksi pembimbing
dan sekalipun lebih lambat tetapi mereka dapat mengerjakannya. Hasil aktivitas ini ditunjukkan dengan beberapa hal, misalnya, pertama,
mereka tampak serius mengerjakan bros dan sesekali menanyakan caranya serta sesekali pula melontarkan keluhan dalam bahasa Jawa
yakni “angel tenan iki” yang berarti “sulit sekali ini.” Kedua, mereka berhasil mengerjakan satu bros selama pertemuan ketiga sesuai dengan
rencana dan harapan peneliti. Ketiga, dari lembar refleksi mereka menyebutkan kesan bahwa senang dapat melakukan sesuatu dan
mereka meyakini bahwa dalam belajar diperlukan ketekunan dan kedisiplinan. Mereka juga berani mengutarakan cita-cita mereka dan
yakni bahwa jika mereka tekun, maka bisa bisa berhasil. Maka tanpa ragu, empat dari enam siswa tersebut menuliskan cita-cita mereka,
dokter 3
Tahap Monitoring Observasi dilaksanakan pada hari Senin, 1 Desember, dan Kamis, 4
Desember 2014. Ketika observasi, anak-anak sudah terlihat memusatkan perhatian. Selain karena usaha pendampingan oleh para sukarelawan dan
pembimbing, tetapi pada saat monitoring dilakukan, para siswa tersebut sudah memasuki masa ujian akhir semester di sekolah mereka masing-
98
masing. Ketenangan dalam kelas terjaga, dan anak-anak lebih aktif bertanya tentang beberapa pokok bahasan yang ada dalam buku mereka.
Mengingat sekolah mereka yang berbeda dengan jadwal ujian yang berbeda pula maka pendampingan pada hari terakhir ini dilakukan secara
privat dan tidak lagi klasikal. 4
Refleksi Peneliti dan mitra menemukan bahwa anak-anak di PSP khususnya kelas
SD-Besar, memiliki semangat, minat dan tekad belajar yang tinggi sekalipun mereka sulit untuk duduk tenang atau tidak membangkang.
Karakteristik mereka yang sangat spontan membuat kelas mudah gaduh. Tetapi, mereka pun siap menyelesaikan tantangan belajar yang diminta.
Jika mereka dapat bertahan untuk tetap belajar walau dalam kondisi sulit, maka mereka pasti bisa.
C. Hasil Penelitian