Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
II-32 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Jambi. Kawasan hutan di wilayah Provinsi Jambi merupakan tempat tumbuhnya anggrek alam, salah satunya di Kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas TNBD.
2. Keanekaragaman Ekosistem
Di dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat di dalamnya selalu melakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk hidup maupun makhluk
hidup dengan lingkungannya atau komponen abiotiknya. Hubungan timbal balik inimenimbulkan keserasian hidup di dalam suatu ekosistem. Perbedaan letak
geografis antara lain merupakan faktor yang menimbulkan berbagai bentuk ekosistem. Keanekaragaman jenis flora dan fauna yang menempati suatu daerah
akan membentuk ekosistem yang berbeda. Totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem menunjukkan terdapat berbagai variasi bentuk, penampakan, frekuensi,
ukuran dan sifat lainnya pada tingkat yang berbeda merupakan keanekaragaman hayati.
Wilayah Provinsi Jambi memiliki beberapa tipe ekosistem yang berbeda antara lain ekosistem hutan, ekosistem lahan basah, dan ekosistem pesisir
dan laut . Keanekaragaman tipe ekosistem ini menyimpan keanekaragaman hayati
yang sangat beragam sebagai akibat dari perbedaan dalam hal curah hujan, kesuburan tanah, topografi dan faktor-faktor pembeda lainnya.
a. Ekosistem Hutan
Sumberdaya hutan yang bersifat renewable mempunyai peranan penting bagi pendapatan masyarakat. Hutan menyediakan berbagai produk seperti kayu,
rotan dan hasil hutan non kayu lainnya seperti damar, tanaman obat dan kehidupan liar.
Menurut data Ditjen Planologi Kehutanan Kementerian Kehutanan, pada tahun 2014 luas penutupan lahan pada kawasan hutan di wilayah Provinsi Jambi
mencapai 60,60 atau 1.276.674,01 hektar dari luasan kawasan hutan seluruhnya yang mencapai 2.107.779,00 hektar Buku Data Tabel SD-1. Kondisi
lahan berhutan yang rendah pada kawasan hutan ini disebabkan oleh beberapa kegiatan antara lain konversi kawasan hutan untuk tujuan pembangunan
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
II-33 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
perkebunan, penebangan liar illegal logging, perambahan dan okupasi lahan, serta kebakaran hutan.
b. Ekosistem Lahan Basah
Menurut Konvensi Ramsar lahan basah adalah daerah berawa, payau, gambut atau perairan alami atau buatan yang tertutup air tergenang atau mengalir
secara tetap atau sementara oleh air tawar, payau atau asin, termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada saat air surut.
Lahan basah juga mencakup pinggiran aliran sungai atau zona-zona pesisir yang berdekatan dengan lahan basah, dan dengan pulau-pulau atau bagian-bagian
perairan laut yang kedalamannya lebih dari enam meter pada saat air surut dan berada di lahan basah Keppres Nomor 48 Tahun 1991.
Lahan basah mempunyai fungsi sebagai penyangga kehidupan karena mengatur siklus air menyediakan air tanah, mencegah kekeringan dan banjir,
mengatursiklus tanah dan mengandung keanekaragaman hayati yang tinggi. Karena itu lahan basah juga memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi, antara lain sebagai
pemasok air kuantitas dan kualitas, sumberdaya perikanan, pertanian, produksi kayu, sumber energi gambut dan bahan industri, plasma nutfah, transportasi,
rekreasi dan pariwisata.
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
II-34 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Ada dua tipe lahan basah yaitu lahan basah alami dan lahan basah buatan. Menurut Ramsar lahan basah alami terdiri dari hutan mangrove, rawa gambut, rawa
air tawar, padang lamun, terumbu karang dan danausitu. Lahan basah buatan terdiri dari sawah, kolam dan tambak.
Di Provinsi Jambi kawasan lahan basah berdasarkan Konvensi Ramsar adalah Taman Nasional Berbak TNB yang wilayahnya secara administratif termasuk
ke dalam Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Muaro Jambi. Kawasan ini mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
Habitat perairannya mengandung kekayaan hayati flora mulai dari bakteri, jamur, ganggang algae, tumbuhan air hingga pohon-pohon di daerah rawa.
c. Ekosistem Pesisir dan Laut