DINAS LINGKUNGAN HIDUP SLHD 2015 Buku I

(1)

Penyusunan status lingkungan hidup daerah Provinsi Jambi ini menggunakan pendekatan atau model P-S-R (Pressure-State-Response) dalam analisanya, dengan didasarkan pada hubungan sebab akibat (kausalitas) antara penyebab permasalahan, kondisi lingkungan hidup, dan upaya mengatasinya, dimana kegiatan manusia memberikan tekanan kepada lingkungan hidup (pressure)dan menyebabkan perubahan pada sumber daya alam dan lingkungan hidup baik secara kualitas maupun kuantitas (state). Selanjutnya pemerintah dan masyarakat (stakeholder) melakukan reaksi terhadap perubahan ini baik melakukan adaptasi maupun mitigasi melalui berbagai kebijakan, program, maupun kegiatan(societal respons).

Isu utama pada tahun 2015 yang perlu mendapat perhatian serius ada 3 (tiga) yaitu : (1). Kebakaran Lahan dan Hutan, (2). Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas, dan (3). Konflik Lahan dan Hutan.

Isu kebakaran lahan dan hutan pada tahun 2015 menjadi perhatian nasional dan dunia. Provinsi Jambi menjadi salah satu provinsi yang kebakaran lahan dan hutannya menyebabkan kabut asap di Sumatera dan sampai ke Negara tetangga Malaysia dan Singapura dan dalam kategori tanggap darurat bencana. Akibat bencana ini maka perekonomian Provinsi Jambi menjadi terhambat dan cenderung menurun. Berdasarkan kajian ekonomi regional oleh Bank Indonesia pertumbuhan ekonomi turun 4,21 % dan ini dibawah pertumbuhan ekonomi nasional 4,79 %.

Isu pertambangan tanpa izin khususnya untuk bahan galian emas telah menyebabkan terjadinya kerusakan lahan. Sehingga lahan-lahan yang di eksploitasi oleh penambang tersebut tidak dapat lagi dimanfaatkan untuk pertanian. Demikian pula dengan kualitas air dari sungai-sungai yang mengalir pada kawasan pertambangan menjadi tercemar sehingga tidak dapat lagi di manfaatkan oleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari rumah tangga.

Isu konflik lahan dan hutan antara masyarakat masih menjadi masalah yang harus diselesaikan oleh pemerintah, baik oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Konflik tenurial ini sudah terjadi dari tahun ketahun yang proses penyelesaiannya masih dalam pembicaraan dan negosiasi yang difasilitasi oleh pemerintah. Pada tahun 2015 muncul konflik baru yang sebenarnya adalah permasalahan lama yang dapat diselesaikan pada satu kelompok, kemudian terdapat kelompok lain yang menggugat kembali menjadi isu baru.

Secara umum kondisi lingkungan hidup di Provinsi Jambi cenderung menurun yang dapat dilihat dari Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) tahun 2015 sebesar 73,297 dibandingkan nilai IKLH tahun 2014 sebesar 82,74, hal ini masih masuk klasifikasi baik. Penurunan nilai IKLH dimungkinkan terjadi akibat dari tekanan terhadap kualitas air, kualitas udara dan tutupan hutan. Pada Indeks Kualitas Air terjadi penurunan yang diakibatkan oleh dampak dari pertambangan tanpa izin sehingga kualitas air menjadi menurun. Tekanan terhadap indeks kualitas udara, walaupun dari perhitungan indeks terdapat peningkatan oleh karena pemantauan yang dilakukan diluar kondisi kebakaran lahan dan hutan, namun kondisi kenyataannya pada 5 bulan terakhir di tahun 2015, terjadi bencana kabut asap di Provinsi Jambi. Penurunan IKLH juga disebabkan oleh perubahan bobot


(2)

40%. Kondisi ini juga menyebabkan penurunan IKLH, oleh karena berkurangnya tutupan hutan akibat dari kebakaran lahan dan hutan.

Upaya yang dilakukan dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan hidup disebabkan oleh berbagai tekanan pada tahun 2015, baik dari segi pelaksanaan di lapangan, peraturan perundang-undangan, dan kapasitas sumber daya manusia. Dari segi pelaksanaan di lapangan telah lakukan penanaman pohon dalam rangka kegiatan penghijauan dan reboisasi oleh dinas/instansi teknis terkait, badan usaha, LSM dan masyarakat. Upaya pengendalian kebakaran lahan dan hutan dengan melakukan patroli dan pemadaman oleh Satuan Tugas yang dibentuk dengan Surat Keputusan Gubernur Jambi. Patroli dan pemadaman dilakukan melalui operasi darat dan udara. Untuk pemberantasan PETI dilakukan upaya preventif dengan sosialisasi kepada masyarakat dan upaya refresif melalui kegiatan penindakan dengan melaksanakan razia rutin oleh aparat keamanan gabungan dari TNI, POLRI dan Pemerintah Daerah.


(3)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ………...………... iii

DAFTAR GAMBAR ……… iv

ABSTRAK ………. v BAB I. PENDAHULUAN ……….…... I-1

A. Latar Belakang ………...……… I-1

B. Profil Daerah Provinsi Jambi ……… I-2

C. Pemanfaatan Laporan SLHD ……….. I-11

1. Pemanfaatan Internal ………... I-9 2. Pemanfaatan Eksternal ………... I-12 D. Isu Utama Lingkungan Hidup di Provinsi Jambi Tahun 2015 … I-14 1. Kebakaran Lahan dan Hutan ……….. I-14

a. Status ………... I-15

b. Tekanan ………... I-18

c. Respon ……….... I-23

2. Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas …... I-33 a. Status ………... I-33 b. Tekanan ………... I-36

c. Respon ………...I-37

3. Konflik Lahan dan Hutan ………... I-41 a. Status ………... I-41

b. Tekanan ………... I-44

c. Respon ……… I-45

E. Indek Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Daerah Provinsi Jambi I-47 1. Indikator dan Parameter IKLH ………... I-48 a. Kualitas Air Sungai ………... I-49 b. Kualitas Udara Ambien ………... I-50 c. Tutupan Hutan ………... I-51 2. Hasil Perhitungan IKLH ………... I-51 a. Indeks Pencemaran Air (IPA) ………... I-53 b. Indeks Pencemaran Udara (IPU) ………... I-54 c. Indeks Tutupan Hutan (ITH) ………... I-55 d. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) ……... I-56 F. Kebijakan Pembangunan Lingkungan Hidup di Provinsi Jambi .. I-58 BAB II. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA.. II-1

A. Lahan dan Hutan ………..………… II-2

1. Penggunaan Lahan ………..……….. II-2

a. Lahan Non Pertanian ………..……… II-4

b. Lahan Sawah ………..……. II-5

c. Lahan Kering ………..…. II-6

d. Lahan Perkebunan ………..… II-7

e. Hutan ……… II-8

f. Badan Air …... ………..… II-9

2. Kawasan Hutan Menurut Fungsinya ………... II-9 a. Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam …... II-12


(4)

b). Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur ……... II-13 c). Cagar Alah Hutan Bakau Sungai Betara …….... II-13

2). Taman Nasional ……….… II-14

a). Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) .…... II-14 b). Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) …... II-14 c). Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) …... II-15 d). Taman Nasional Berbak ((TNB) ….…………... II-15 3). Taman Hutan Raya (TAHURA) ……...…...……….. II-16 4). Taman Wisata Alam ………...……..……… II-16 b. Hutan Lindung ………..………... II-17 c. Hutan Produksi ………..……... II-17 d. Hutan Produksi Terbatas ………..……... II-18 e. Hutan Produksi Yang Dapat Di Konversi …………..…... II-18 3. Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan

Lahannya ………...………... II-20 4. Penutupan Lahan Dalam Kawasan Hutan dan Luar

Kawasan Hutan ………...……... II-22 a. Penutupan Lahan di Provinsi Jambi ………... II-22 b. Deforestasi Kawasan Hutan di Provinsi Jambi ... II-25 5. Lahan Kritis ………..………... II-26 6. Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air …... II-27 7. Kerusakan Tanah di Lahan Kering ………..………... II-28 8. Kerusakan Tanah Di Lahan Basah ………... II-28 9. Kerusakan Hutan Menurut Penyebabnya …………... II-28 10. Konversi Hutan Menurut Peruntukan ………..…... II-30 B. Keanekaragaman Hayati ………..………... II-31 1. Keanekaragaman Gen ……..………... II-31 2. Keanekaragaman Ekosistem ……….……... II-32 a. Ekosistem Hutan ……… …………..…... II-32 b. Ekosistem Lahan Basah …..… …………..…... II-33 c. Ekosistem Pesisir dan Laut ..… ………..…... II-34 3. Keanekaragaman Spesies ………... II-34 a. Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)……...…... II-35 b. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) .…………... II-36 c. Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) ..………... II-36 d. Taman Nasional Berbak (TNB)... II-36 e. Cagar Alam Durian Luncuk ………... II-38 f. Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur ………….... II-38

C. Air ………..……... II-41

1. Sungai ………...………...……... II-43 a. Inventarisasi Sungai ………... II-46 b. Pemantauan Kualitas Air Sungai …………..……... II-46 1). Sungai Batang Hari ………... II-46

a). Total Suspended Solid (TSS / Residu Tersuspensi ………... II-46 b). Biological Oxygen Demand (BOD) ………….. II-49 c). Klorin Bebas …………... II-50 d). Total Fosfat ………... II-49 e). Fecal Coliform dan Total Coliform ………... II-54


(5)

a). pH ………... II-58 b). Total Suspended Solid (TSS / Residu

Tersuspensi ………... II-58 c). Biological Oxygen Demand (BOD) ……... II-59 d). Dissolvedl Oxygen (DO) …………...…... II-60 3). Sungai Batang Tebo ………..……… II-62

a). pH ………..……….. II-62

b). Total Suspended Solid (TSS / Residu Tersuspensi ………...……... II-63 4). Sungai Batang Bungo ………..…. II-65 a). pH ………... II-66 b). TSS ………... II-67 c). COD ………... II-68 5). Sungai Batang Tabir ………..… II-70 a). pH ………..………... II-71 b). Dissolvedl Oxygen (DO) …………..……... II-72 c). TSS ...…….…………... II-72 6). Sungai Batang Tembesi ……… II-75 a). pH ………..………... II-75 b). Dissolvedl Oxygen (DO)………... II-76 c). Total Suspended Solid (TSS / Residu

Tersuspensi …………... II-80 2. Danau/Waduk/Situ/Embung …………...…………..…... II-80 a. Inventarisasi DanauWaduk/Situ/Embung ……... II-80 b. Pemantauan Kualitas Air Danau/Waduk/Situ/Embung . II-81 3. Air Sumur/Air Tanah .………..…... II-83

D. Udara ……….. II-85

1. Kualitas Udara ………... II-85 a. Parameter Sulfur Dioksida (SO2) ………... II-86 b. Parameter Nitrogen Dioksida (NO2) …………..…... II-88 c. Parameter Oksidan (O3) ………..…... II-90 2. Kualitas Air Hujan ……….…... II-92 E. Laut, Pesisir dan Pantai ………..……….... II-93 1. Kualitas Air Laut ………... II-94 2. Luas dan Kondisi Terumbu Karang ………... II-96 3. Luas dan Kondisi Padang Lamun ………..…... II-96 4. Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove …………... II-96 F. Iklim ………. II-98 1. Curah Hujan ………... II-99 a. Analisa Curah Hujan Berdasarkan Kriteria ……... II-101 b. Analisa Curah Hujan Berdasarkan Sifat Hujan ... II-109 c. Informasi Banyaknya Hari Hujan ………..…... II-110 d. Informasi Curah Hujan Ekstrim ………... II-111 2. Suhu Udara ………... II-112 a. Stasiun Bandara Sultan Thaha Jambi ………... II-114 b. Stasiun Bandara Depati Parbo Kerinci ………... II-115


(6)

A. Kependudukan ………... III-2 1. Jumlah Penduduk ………... III-2 2. Pertumbuhan Penduduk ………... III-3 3. Kepadatan Penduduk ………... III-4 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... III-6 5. Pola Migrasi Penduduk …………....………... III-7 6. Pendidikan ……….………... III-8 7. Penduduk di Wilayah Pesisir dan Laut ………….... III-10 B. Permukiman ………... III-11 1. Jumlah Rumah Tangga Miskin ………... III-12 2. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum ... III-13 3. Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang

Air Besar ………....………..……... III-15 4. Jumlah Rumah Tangga dan Perkiraan Timbulan Sampah

Per Hari ………... III-15

C. Kesehatan ………... III-17

1. Jenis Penyakit Utama Yang Diderita Penduduk ... III-18 2. Limbah Padat dan Limbah Cair dari Rumah Sakit ... III-19 D. Pertanian ………..…... III-20 1. Lahan Perkebunan ………... III-21 2. Lahan Sawah ………...…... III-26 3. Peternakan ………..…... III-31 a. Hewan Ternak ...…... III-31 b. Hewan Unggas ………..…... III-34

E. Industri ………..…. III-37

1. Industri Minyak Sawit (CPO) ………...…... III-40 2. Industri Karet (CRF) ………... III-41 3. Industri Migas dan Panas Bumi ... III-41 4. Industri Plywood ………...…………... III-41 5. Industri Mie Instan ………..………... III-41 6. Industri Teh ………..……... III-42 7. Industri Pulp and Paper ………... III-42 F. Pertambangan ………...………..…… III-42 G Pariwisata ………...………..… III-46 1. Obyek Wisata ………... III-46 2. Hotel dan Penginapan .………... III-48

H. Limbah B3 ………... III-49


(7)

1. Realisasi Kegiatan Penghijauan ………... IV-2 2. Realisasi Kegiatan Reboisasi ………... IV-4 3. Kegiatan Fisik Lainnya Terhadap Perbaikan Kondisi

Lingkungan ………... IV-6 B. Dokumen Izin Lingkung...……...…...…... IV-1 1. Rekomendasi Dokumen Izin Lingkungan... IV-11 2. Pengawasan Izin Lingkungan ……... IV-12 C. Penegakan Hukum ………...…... IV-11

1. Jenis Pengaduan Masyarakat Terhadap Masalah

Lingkungan ………... IV-13 2. Status Pengaduan Masyarakat ………... IV-15 D. Peran Serta Masyarakat ………... IV-16 1. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ………... IV-16 a. Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) ……... IV-17 b. Wahana Pelestarian Alam dan Advokasi Hutan

Sumatera (Walestra) …...……... IV-17 c. Frankfurt Zoological Society (FZL) ………... IV-18 d. Yayasan Setara ………...…... IV-18 e. Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau

Sumatera (PKHS) …………...…... IV-18 f. Yayasan CAPPA-Keadilan Ekologi ... IV-19 g. Gita Buana ………..………... IV-20 h. The Zoological Society of London (ZSL) ………... IV-20 2. Penghargaan Lingkungan Hidup ………... IV-21 3. Kegiatan Sosialisasi Lingkungan Hidup ………... IV-24 E. Kelembagaan ………....…... IV-24 1. Produk Hukum Bidang Lingkungan Hidup ………... IV-25 2. Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup ………... IV-26 3. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup ………... IV-28 4. Upaya Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan diProvinsi

Jambi ... IV-30 DAFTAS PUSTAKA ………...………... DP-1 LAMPIRAN ………....………... LAMP-1


(8)

Nomor Nama Gambar Halaman Gambar 1.1 Grafik Kajian Ekonomi dan Keuangan RegionalProvinsi Jambi

2009 - 2015

I-7 Gambar 1.2 Fosil fauna yang membatu I-9 Gambar 1.3 Fosil Flora yang membatu I-9 Gambar 1.4 Danau Gunung Tujuh Yang Keberadaannya dikelilingi oleh 7

(tujuh) buah gunung

I-10 Gambar 1.5 Wisata Gunung Tujuh dengan Perahu Kano Masyarakat

Setempat

I-10 Gambar 1.6 Pemeluk Agama Budha Sedang Beribadah di Candi Muaro

Jambi.

I-10 Gambar 1.7 Penemuan Makara oleh Pendeta Budha I-10 Gambar 1.8 Situs BLHD Provinsi Jambi blhd.jambiprov.go.id I-13 Gambar 1.9 Situs BLHD Provinsi Jambi http://jambi.silh.menlh.go.id I-14 Gambar 1.9 Peta sebaran titik api pada tanggal 28 Oktober 2015 I-17 Gambar 1.10 Grafik sebaran Nilai Indeks Standar Pencemar Udara pada

saat bencana asap di Provinsi Jambi bulan September sampai November 2015

I-19

Gambar 1.11 Grafik Komulatif kasus ISPA per Minggu di Provinsi Jambi sampai minggu 44 tahun 2015

I-20 Gambar 1.12 Sebaran Hotspot di Provinsi Jambi, Sumatera Selatan dan

Riau

I-21 Gambar 1.13 Dampak asap pada tanggal 24 Oktober 2015 I-22 Gambar 1.14 Aktivitas Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas

di Wilayah Kabupaten Sarolangun Tahun 2015.

I-35 Gambar 1.15 Dampak Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas

di Sungai Batang Merangin Muara Sungai Masumai Kabupaten Merangin Tahun 2015.

I-37

Gambar 1.16 BanyaknyaKonflik Lahan dan Hutan Yang Terjadi di Provinsi Jambi Dari Tahun 1988 Sampai Tahun 2015.

I-42 Gambar 1.17 Sebaran Konflik Lahan dan Hutan Yang Terjadi di Provinsi

Jambi Dari Tahun 1988 Sampai Tahun 2015.

I-43 Gambar 1.18 Jenis Konflik Lahan dan Hutan Yang Terjadi di Provinsi

JambiDari Tahun 1988 Sampai Tahun 2015.

I-44 Gambar 2.1 Luas Wilayah Kabupaten/Lota di Provinsi Jambi Tahun 2015 II-3 Gambar 2.2 Penggunaan Lahan di Provnsi Jambi Tahun 2015 II-4 Gambar 2.3 Penggunaan Lahan Non Pertanian di Provinsi Jambi Tahun

2015

II-5 Gambar 2.4 Penggunaan Lahan Sawah di Provinsi Jambi Tahun 2015 II-6 Gambar 2.5 Penggunaan Lahan Kering di Provinsi Jambi Tahun 2015 II-7 Gambar 2.6 Lahan Perkebunan di Provinsi Jambi Tahun 2015 II-8 Gambar 2.7 Luasan Hutan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 II-9 Gambar 2.8 Luasan Badan Air di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 II-10 Gambar 2.9 Luasan Kawasan Hutan Menurut Statusnya di Provinsi Jambi

Tahun 2015.

II-12 Gambar 2.10 Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW Provinsi Jambi Tahun

2015

II-20 Gambar 2.11 Luas Penutupan Lahan di Dalam dan Luar Kawasan

Hutan di Provinsi Jambi Tahun 2015


(9)

Gambar 2.13 Grafik Luasan Lahan Terdeforestasi di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015

II-25 Gambar 2.14 Luas Lahan Kritis di Provinsi Jambi Tahun 2015 II-26 Gambar 2.15 Flora dan Fauna yang dilindungi yang di Taman Nasional

Kerinci Sebelat

II-35 Gambar 2.16 Flora dan Fauna yang di Lindungi Di Taman Nasional Berbak II-37 Gambar 2.17 Hewan Langka Jenis Gajah Yang Mati di Bunuh Pemburu

Liar di Kawasan Hutan Kabupaten Tebo

II-41 Gambar 2.18 Grafik Konsentrasi TSS Air Sungai Batanghari Tahun 2015 II-49 Gambar 2.19 Grafik Konsentrasi BOD Air Sungai Batanghari Tahun 2015 II-50 Gambar 2.20 Grafik Konsentrasi CL2 Air Sungai Batanghari Tahun 2015 II-51 Gambar 2.21 Grafik Konsentrasi T-P Air Sungai Batanghari Tahun 2015 II-52 Gambar 2.22 Grafik Konsentrasi Fecal Coliform Air Sungai Batanghari

Tahun 2015

II-53 Gambar 2.23 Grafik Konsentrasi Total Coliform Air Sungai Batanghari Tahun

2015

II-54 Gambar 2.24 Grafik Konsentrasi Nitrit Air Sungai Batang Hari Tahun 2015 II-55 Gambar 2.25 GrafikKonsentrasi TSS Air Sungai Batang Merangin Tahun

2015

II-58 Gambar 2.26 GrafikKonsentrasi BOD Air Sungai Batang Merangin Tahun

2015

II-59 Gambar 2.27 GrafikKonsentrasi DO Air Sungai Batang Merangin Tahun

2015

II-60 Gambar 2.28 Grafik Nilai pH Air Sungai Batang Tebo Tahun 2015 II-63 Gambar 2.29 Grafik Nilai TSS Air Sungai Batang Tebo Tahun 2015 II-64 Gambar 2.30 Grafik pH Air Sungi Batang Bungo Tahun 2015 II-67 Gambar 2.31 Grafik TSS Air Sungi Batang Bungo Tahun 2015 II-68 Gambar 2.32 Grafik Nilai pH Sungai Batang Tabir Tahun 2015 II-71 Gambar 2.32 Grafik Nilai DO Sungai Batang Tabir Tahun 2015 II-72 Gambar 2.33 Grafik Nilai TSS Sungai Batang Tabir Tahun 2015 II-73 Gambar 2.34 Grafik Nilai pH Sungai Batang Tembesi Tahun 2015 II-76 Gambar 2.35 Grafik Nilai DO Sungai Batang Tembesi Tahun 2015 II-77 Gambar 2.36 Grafik Konsentrasi TSS Air Sungai Batang Tembesi

Tahun 2015

II-77 Gambar 2.37 Grafik Konsentrasi SO2 di Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

Tahun 2015

II-87 Gambar 2.38 Grafik Konsentrasi SO2 di Beberapa Kawasan di Provinsi

Jambi Tahun 2015

II-88 Gambar 2.39 Grafik Konsentrasi NO2 di Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

Tahun 2015.

II-90 Gambar 2.40 Grafik Konsentrasi NO2 di Beberapa Kawasan di Provinsi

Jambi Tahun 2015.

II-90 Gambar 2.41 Grafik Konsentrasi O3 di Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

Tahun 2015.

II-91 Gambar 2.42 Grafik Konsentrasi O3 di Beberapa Kawasan di Provinsi

Jambi Tahun 2015

II-92 Gambar 2.43 Grafik Curah Hutan Rata-Rata Pada Masing-Masing Stasiun

Pengamatan Tahun 2014

II-100 Gambar 2.44 Grafik Curah Hujan Rata-Rata Bulanan di Wilayah Provinsi

Jambi Tahun 2015


(10)

Sultan Thaha Jambi Tahun 2014 dan 2015.

Gambar 2.47 Grafik Suhu Udara Rata-Rata Bulanan Stasiun Bandara Depati Parbo Kerinci Tahun 2014 dan 2015

II-116 Gambar 3.1 Jumlah penduduk dan persebaraannya di Kab/Kota Provinsi

Jambi.

III-3 Gambar 3.2 Grafik Pertumbuhan Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2015 III-4 Gambar 3.3 Grafik Kepadatan Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2015 III-5 Gambar 3.4 Perbandingan Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan

Tahun 2015.

III-6 Gambar 3.5 Perbandingan Tingkat Pendidikan di Provinsi Jambi Tahun

2015.

III-10 Gambar 3.6 Angka Kemiskinan Provinsi Jambi diBandingkan Angka

Kemiskinan Nasional

III-13 Gambar 3.7 Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum di Provinsi

Jambi

III-13 Gambar 3.8 Penggunaan Sumber Air di Provinsi Jambi III-14 Gambar 3.9 Jumlah Timbulan Sampah di Wilayah Provinsi Jambi III-15 Gambar 3.10 Perbandingan Jumlah Penyakit Utama yang Diderita

Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2015

III-19 Gambar 3.11 Total Hasil Produksi Dari Komoditi Perkebunan di Provinsi

Jambi.

III-22 Gambar 3.12 Perbandingan Pemakaian Pupuk Pada Lahan Perkebunan di

Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 – 2015.

III-23 Gambar 3.13 Perbandingan Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Padi di

Provinsi Jambi Tahun 2015

III-27 Gambar 3.14 Perbandingan Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Palawija di

Provinsi Jambi Tahun 2015

III-27 Gambar 3.15 Perkiraan Emisi CH4 dari Lahan Sawah di Wilayah Provinsi

Jambi Tahun 2015

III-30 Gambar 3.16 Jenis Hewan Ternak Tercatat di Provinsi Jambi tahun 2015 III-32 Gambar 3.17 Peningkatan pemotongan populasi Ternak di Provinsi Jambi

Tahun 2015.

III-34 Gambar 3.18 Beban Pencemaran Limbah Cair Berdasarkan Jenis Industri di

Provinsi Jambi Tahun 2015

III-39 Gambar 3.19 Total Luas Areal Terendam Banjir Tahun 2015 di Wilayah

ProvinsiJambi

III-53 Gambar 3.20 Perkiraaan Kerugian Akibat Banjir di Wilayah Provinsi Jambi

Tahun 2015

III-53 Gambar 3.21 Perkiraan Kerugian akibat Bencana kebakaran Hutan/Lahan di

Provinsi Jambi Tahun 2015.

III-55 Gambar 4.1 Jenis Pengaduan Masyarakat Terhadap Masalah Lingkungan

Provinsi Jambi Tahun 2015

IV-14 Gambar 4.2 jumlah pegawai BLHD Provinsi Jambi IV-26


(11)

Nomor Nama Tabel Halaman Tabel 1.1 Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Beserta

Jumlah Penduduknya Tahun 2015 ...

I-3 Tabel 1.2 Jumlah Titik Api di Wilayah Provinsi Jambi Periode Tahun

2012-2015 ………...

I-16 Tabel 1.3. Data Indeks Standar Pencemar Udara bulan September

sampai

19 November 2015 ...

I-18

Tabel 1.4 Jumlah kasus ISPA per Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi selama masa siaga tanggap darurat 2015 ...

I-20 Tabel 1.5 Peklaksanaan Operasi Darat ...

1. Kabupaten Tanjung Jabung Barat ... 2. Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 3. Kabupaten Muaro Jambi ... 4. Kabupaten Batanghari ... 5. Kabuapten Tebo ... 6. Kabupaten Sarolangun ... 7. Kabupaten Merangin... 8. Kota Jambi ...

I-25 I-25 I-25 I-26 I-28 I-29 I-30 I-30 I-31 Tabel 1.6 Lokasi pembuatan Kanal dan Embung ... I-32 Tabel 1.7 Kawasan Aktivitas PETI di Kabupaten Merangin ... I-34 Tabel 1.8 Kawasan Aktivitas PETI di Kabupaten Bungo ... I-34 Tabel 1.9 Aktivitas PETI di Kabupaten Sarolangun ... I-34 Tabel 1.10 PelaksanaanKegiatan Pemberantasan PETI Di Provinsi Jambi I-38 Tabel 1.11 Komponen Penyusun IKLH Provinsi Jambi Tahun 2015 ... I-48 Tabel 1.12 IKLH Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015 ... I-52 Tabel 1.13 Indeks Pencemaran Air (IPA) Kabupaten/Kota di Provinsi

Jambi Tahun 2014 dan 2015 ...

I-53 Tabel 1.14 Indeks Pencemaran Udara (IPU) Kabupaten/Kota di Provinsi

Jambi Tahun 2014 dan 2015 ...

I-55 Tabel 1.15 Indeks Tutupan Hutan (ITH) Kabupaten/Kota di Provinsi

Jambi Tahun 2014 dan 2015 ...

I-56 Tabel 1.16 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kabupaten/Kota di

Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 ...

I-57 Tabel 1.17 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Provinsi Jambi

Tahun 2015 ...

I-58 Tabel 2.1 Luas Penggunaan Lahan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun

2014-2015 ...

II-3 Tabel 2.2 Luasan Kawasan Hutan Lindung di Provinsi Jambi Tahun 2015

...

II-17 Tabel 2.3 Luasan Kawasan Hutan Produksi di Provinsi Jambi Tahun

2015 …...

II-17 Tabel 2.4 Luas Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Provinsi Jambi

Tahun 2015 ...

II-18 Tabel 2.5 Luasan Kawasan Hutan Produksi Konversi di Provinsi Jambi

Tahun 2015 ...

II-19 Tabel 2.6 Luasan Kawasan Hutan Menurut Fungsinya di Wilayah

Provinsi Jambi ...


(12)

Tabel 2.8 Tutupan Lahan di Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 ...

II-22 Tabel 2.9 Kawasan Berhutan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2013 dan

2014 ...

II-24 Tabel 2.10 Lahan Kritis Di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan di Provinsi

Jambi Tahun 2014 dan 2015 ...

II-27 Tabel 2.11 Kerusakan Hutan di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 ... II-30 Tabel 2.12 Sungai di Wilayah Provinsi Jambi Menurut Kelasnya ... II-44 Tabel 2.13 Parameter Kualitas Air Sungai Batang Hari yang Tidak

Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015 ...

II-47 Tabel 2.14 Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi

Pemantauan Parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Hari Tahun 2014 dan 2015 ...

II-55

Tabel 2.15 Perbandingan Konsentrasi Parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Hari Tahun 2013 dan 2014 ...

II-56 Tabel 2.16 Parameter Kualitas Air Sungai Batang Merangin yang Tidak

Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015 ...

II-61 Tabel 2.17 Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi

Pemantauan Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Merangin Tahun 2014 dan 2015 ...

II-61

Tabel 2.18 Perbandingan Konsentrasi Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Merangin Tahun 2014 dan 2015 ...

II-61 Tabel 2.19 Parameter Kualitas Air Sungai Batang Tebo Yang Tidak

Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015 ...

II-62 Tabel 2.20 Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi

Pemantauan Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Tebo Tahun 2014 dan 2015 ...

II-65

Tabel 2.21 Perbandingan Konsentrasi Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Tebo Tahun 2013 dan 2014 ...

II-65 Tabel 2.22 Parameter Kualitas Air Sungai Batang Bungo Yang Tidak

Memenuhi Baku Mutu Tahun 2014 ...

II-66 Tabel 2.23 Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi

Pemantauan Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Bungo Tahun 2014 dan 2015

II-69

Tabel 2.24 Perbandingan Konsentrasi Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Bungo Tahun 2014 dan 2015 ...

II-70 Tabel 2.25 Parameter Kualitas Air Sungai Batang Tabir Yang Tidak

Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015 ...

II-70 Tabel 2.26 Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi

Pemantauan Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Tabir Tahun 2014 dan 2015 ...

II-74

Tabel 2.27 Perbandingan Konsentrasi Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Tabir Tahun 2014 dan 2015 ...

II-74 Tabel 2.28 Parameter Kualitas Air Sungai Batang Tembesi Yang Tidak

Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015 ...

II-75 Tabel 2.29 Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi

Pemantauan Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Tembesi Tahun 2014 dan 2015 ...

II-78

Tabel 2.30 Perbandingan Konsentrasi Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Tembesi Tahun 2013 dan 2014 ...


(13)

Tabel 2.32 Hasil Pemantauan Kualitas Air Danau Sipin Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015 ...

II-82 Tabel 2.33 Hasil Pemantauan Kualitas Air Danau Kerinci Yang Tidak

Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015 ...

II-83 Tabel 2.34 Konsentrasi Sulfur Dioksida (SO2) di Wilayah Provinsi Jambi

Tahun 2015 ...

II-87 Tabel 2.35 Konsentrasi Nitrogen Dioksida (NO2) di Wilayah Provinsi

Jambi Tahun 2015 ...

II-89 Tabel 2.36 Konsentrasi Oksidan (O3) di Wilayah Provinsi Jambi Tahun

2014 ...

II-91 Tabel 2.37 Konsentrasi Parameter Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan di

Wilayah Provinsi Jambi ...

II-95 Tabel 2.38 Konsentrasi SO2 di Wilayah Provinsi Jambi pada Tahun 2013

dan 2014

II-98 Tabel 2.39 Konsentrasi NO2 di Wilayah Provinsi Jambi pada Tahun 2013

dan 2014

II-99 Tabel 2.40 Konsentrasi O3 di Wilayah Provinsi Jambi pada Tahun 2013

dan 2014 ...

II-102 Tabel 2.41 Kualitas Air Hujan Di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 dan

2015 ...

II-102 Tabel 2.42 Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Air Laut di

Provinsi Jambi Tahun 2014 ...

II-102 Tabel 2.43 Tutupan Vegetasi Mangrove di Wilayah Provinsi Jambi ... II-104 Tabel 2.44 Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Januari di Wilayah

Provinsi Jambi Tahun 2014 ...

II-104 Tabel 2.45 Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Februari di Wilayah

Provinsi Jambi Tahun 2015 ...

II-105 Tabel 2.46 Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Maret di Wilayah Provinsi

Jambi Tahun 2015 ...

II-106 Tabel 2.47 Tabel Analisa Curah Hujan Bulan April di Wilayah Provinsi

Jambi Tahun 2015 ...

II-107 Tabel 2.48 Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Mei di Wilayah Provinsi

Jambi Tahun 2015

II-108 Tabel 2.49 Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Juni di Wilayah Provinsi

Jambi Tahun 2015 ...

II-108 Tabel 2.50 Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Juli di Wilayah Provinsi

Jambi Tahun 2015 ...

II-108 Tabel 2.51 Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Agustus di Wilayah

Provinsi Jambi Tahun 2015 ...

II-108 Tabel 2.52 Tabel Analisa Curah Hujan Bulan September di Wilayah

Provinsi Jambi Tahun 2015 ...

II-110 Tabel 2.53 Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Oktober di Wilayah

Provinsi Jambi Tahun 2015 ...

II-111 Tabel 2.54 Tabel Analisa Curah Hujan Bulan November di Wilayah

Provinsi Jambi Tahun 2015 ...

II-112 Tabel 2.55 Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Desember di Wilayah

Provinsi Jambi Tahun 2015 ...

II-112 Tabel 2.56 Tabel Analisa Sifat Hujan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun

2014 ...

II-114 Tabel 2.57 Tabel Informasi Banyaknya Hari Hujan di Wilayah Provinsi II-116


(14)

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi Jambi Tahun 2015

III-8 Tabel 3.3 Penduduk di Wilayah Pesisir dan Laut Provinsi Jambi Tahun

2014 ...

III-11 Tabel 3.4 Status Kepemilikan Rumah Sakit di Wilayah Provinsi Jambi ... III-20 Tabel 3.5 Penggunaan Jenis Pupuk di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan

2015 ...

III-23 Tabel 3.6 Perhitungan Emisi CO2 dari Tanaman Perkebunan di Wilayah . III-25 Tabel 3.7 Pemakaian Pupuk Untuk Tanaman Padi dan Palawija di

Provinsi Jambi Tahun 2015 ...

III-26 Tabel 3.8 Pemakaian Pupuk Pada Tanaman Padi dan Palawija

di Wilayah Provinsi Jambi pada Tahun 2014 dan 2015 ...

III-28 Tabel 3.9 Perhitungan Emisi CO2 dari Tanaman Padi dan Palawija di

Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 ...

III-29 Tabel 3.10 Peningkatan Jumlah Populasi Ternak dari 2013 – 2015

di Provinsi Jambi ...

III-34 Tabel 3.11 Jumlah Emisi metana dari pengelolaan kotoran Ternak

di Provinsi Jambi Tahun 2015 ...

III-36 Tabel 3.12 Jumlah Emisi Metana dari Fermentasi Enterik diProvinsi Jambi

Tahun 2015 ...

III-37 Tabel 3.13 Jumlah Produksi Industri di Provinsi Jambi Tahun 2015 ... III-38 Tabel 3.14 Total Beban Pencemaran dari Industri di Provinsi Jambi

Tahun 2015 ...

III-40 Tabel 3.15 Luas Areal Pertambangan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun

2014 dan 2015 ...

III-42 Tabel 3.16 Lokasi Obyek Wisata, Jumlah Pengunjung dan Luas

Kawasan di Provinsi Jambi Tahun 2015 ...

III-47 Tabel 3.17 Sarana Hotel di Provinsi Jambi Tahun 2015 ... III-47 Tabel 3.18 Rekapitulasi Perhitungan Beban Limbah B3 di Provinsi Jambi

2015 ...

III-48 Tabel 4.1 Realisasi Kegiatan Penghijauan Kabupaten/Kota di Provinsi

Jambi Tahun 2014 dan 2015 ...

IV-4 Tabel 4.2 Realisasi Kegiatan Reboisasi Kabupaten/Kota di Provinsi

Jambi Tahun 2014 dan 2015 ...

IV-6 Tabel 4.3 Jumlah Staf Fungsional di Lingkup Pemerintah Provinsi Jambi

Tahun 2013 dan 2014 ...

IV-28 Tabel 4.4 Anggaran BLHD Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 ... IV-29


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah daerah dalam mengatur dan mengurus pemerintahannya memiliki landasan hukum yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang ini dengan tegas memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke daerah sebagai dasar pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana tersebut dalam Pasal 9 ayat 4. Selanjutnya pada pasal 11 ayat 1 dan ayat 3 dinyatakan bahwa urusan pemerintahan konkuren terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan, dimana urusan pemerintahan wajib terdiri atas urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat 2 huruf e merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.

Selain itu dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, pada Pasal 7 ayat 2 dan ayat 3 dinyatakan bahwa badan publik wajib menyediakan informasi publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan melalui pembangunan dan pengembangan system informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah. Lebih lanjut dalam Pasal 8 disebutkan bahwa kewajiban badan publik yang berkaitan dengan kearsipan dan pendokumentasian informasi publik dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Keterbukaan informasi publik seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 diatas telah diadopsi keberadaannya dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan diatur dalam pasal khusus dan bab khusus yaitu pada


(16)

Pasal 62 Bab VIII tentang Sistem Informasi. Dalam Pasal 62 ayat 1 disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah mengembangkan sistem informasi lingkungan hidup untuk mendukung pelaksanaan dan pengembangan kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Lebih lanjut pada ayat 3 disebutkan bahwa sistem informasi lingkungan hidup paling sedikit memuat informasi mengenai status lingkungan hidup, peta rawan lingkungan hidup dan informasi lingkungan hidup lain.

Pelaporan status lingkungan hidup sebagai sarana penyediaan data dan informasi lingkungan hidup yang disediakan secara berkala dapat menjadi alat yang berguna dalam menilai, menentukan prioritas masalah, membuat rekomendasi bagi penyusunan kebijakan dan perencanaan untuk membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup, dan menerapkan mandat pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas publik sebagaimana telah diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014, Undang Nomor 14 tahun 2008 dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 di atas, Pemerintah Provinsi Jambi menyusun Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi Tahun 2015 yang memuat informasi tentang isu-isu lingkungan hidup, kondisi lingkungan hidup dan kecenderungannya, tekanan terhadap lingkungan, dan upaya pengelolaan lingkungan di Provinsi Jambi selama tahun 2015, yang dalam penyusunannya di bagi dalam 2 (dua) buah buku yaitu buku I berupa Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi Tahun 2015 dan buku II berupa Buku Data Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi Tahun 2015.

B. Profil Daerah Provinsi Jambi

Provinsi Jambi memiliki semboyan “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah” yang bermakna satu kesatuan kebangsaan, satu kesatuan rakyat dan wilayah Jambi dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia. Menurut sejarah dari berbagai sumber yang ada, “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah" diambil dari naskah


(17)

Undang-Undang Piagam Pencacahan Kisah Negeri Jambi yang ditulis oleh Ngebi Sutho Dilago Priyayi Rajo Sari pada tahun 1937 M.

Pada kitab tersebut tertulis, makna Sepucuk Jambi tersebut adalah Pulau Umak dimana durian di takuk rajo sebelah ulu sialang belantak besi antara dengan tanah Minangkabau. Sedangkan makna dari Sembilan Lurah merupakan wilayah Kesultanan Melayu Jambi yang meliputi 9 (sembilan) lurah yang dialiri oleh anak-anak Sungai Batang Hari yaitu 1). Sungai Batang Asai; 2).Sungai Batang Merangin; 3).Sungai Batang Masurai; 4). Sungai Batang Tabir; 5). Sungai Batang Senamat; 6).Sungai Batang Jujuhan; 7). Sungai Batang Bungo; 8). Sungai Batang Tebo; dan 9). Sungai Batang Tembesi. Wilayah Kesultanan Melayu Jambi tersebut meliputi wilayah pemerintahan Rang Kayo Hitam yaitu VIII-IX Koto, Petajin, Muaro Sebo, Jebus, Aer Itam, Awin, Penegan, Miji dan Binikawan.

Terlepas dari sejarah wilayah Provinsi Jambi tersebut, hingga pada tahun 1957 terbentuklah Provinsi Jambi dengan cakupan wilayah administratif terdiri dari 5 (lima) kabupaten dan 1 (satu) kota dan berkembang menjadi 9 (sembilan) kabupaten dan 2 (dua) kota pada tahun 1999 dan 2008. Wilayah tersebut mencakup Kabupaten Kerinci, Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo, Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh, dengan jumlah kecamatan sebanyak 138, desa sebanyak 1.551, dan kelurahan sebanyak 213. Provinsi Jambi secara geografis terletak pada 0° 45¹ 3º 45¹ LS dan 101º 0¹ - 104º 55 BT di bagian tengah Pulau Sumatera dengan luas daratan 50.160,05 km2 dan luas perairan 425,50 km2. Wilayah Provinsi Jambi sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan dan Provinsi Kepulauan Riau, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan, dan sebelah barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu.


(18)

Dengan luas wilayah Provinsi Jambi 50.160,05 km2, luasan masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jambi beserta jumlah penduduknya pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. LuasWilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Beserta

Jumlah Penduduknya Tahun 2015.

No. Kabupaten/Kota Luas (km2) Jumlah Penduduk

1. Kabupaten Kerinci 3.355,27 234,882 2. Kabupaten Merangin 7.679,00 366,315 3. Kabupaten Sarolangun 6.184,00 278,222 4. Kabupaten Batanghari 5.804,00 260,631 5. Kabupaten Muaro Jambi 5.326,00 399,157 6. Kabupaten Tanjung Jabung Timur 5.445,00 213,670 7. Kabupaten Tanjung Jabung Barat 4.649,85 310,914

8. Kabupaten Tebo 6.461,00 330,962

9. Kabupaten Bungo 4.659,00 344,100

10. Kota Jambi 205,43 576,067

11. Kota Sungai Penuh 391,50 87,132

Total 50.160,05 3,402,052

Sumber : Data Olahan Tabel DE-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015.

Berdasarkan topografi wilayah, Provinsi Jambi memiliki topografi wilayah yang bervariasi mulai dari ketinggian 0 meter di atas permukaan laut di bagian timur sampai pada ketinggian di atas 1,000 meter di atas permukaan laut ke arah barat di mana morfologi lahannya semakin tinggi yang merupakan kawasan pegunungan Bukit Barisanyang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Barat. Variasi ketinggian wilayah Provinsi Jambi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:


(19)

1). Daerah dataran rendah 0 - 100 meter, berada di wilayah timur sampai tengah. Daerah dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebagian Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan kabupaten Merangin.

2). Daerah dataran sedang dengan ketinggian 100 - 500 meter berada di wilayah tengah. Daerah dengan ketinggian sedang ini terdapat di Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin serta sebagian Kabupaten Batanghari.

3). Daerah dataran tinggi dengan ketinggian > 500 meter berada di wilayah barat. Daerah dataran tinggi ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh serta sebagian Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin.

Terdapat sungai-sungai besar yang membentuk 5 (lima) buah Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Provinsi Jambi yaitu DAS Batanghari, DAS Tungkal, DAS Mendahara, DAS Air Hitam dan DAS Air Dikit. Dari kelima DAS tersebut, DAS Batanghari merupakan DAS yang paling besar dibandingkan keempat DAS lainnya. DAS Batanghari dengan sungai utamanya adalah Sungai Batang Hari yang terbagi menjadi 5 (lima) Sub DAS yaitu Sub DAS Batang Merangin dengan sungai utamanya Sungai Batang Merangin, Sub DAS Batang Bungo dengan sungai utamanya Sungai Batang Bungo, Sub DAS Batang Tebo dengan sungai utamanya Sungai Batang Tebo, Sub DAS Batang Tabir dengan sungai utamanya Sungai Batang Tabir, dan Sub DAS Batang Tembesi dengan sungai utamanya Sungai Batang Tembesi.

Secara klimatologi, Provinsi Jambi memiliki iklim tropis dan kaya akan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati, namun juga tetap terdapat kerentanan terjadi perubahan iklim. Gejala perubahan iklim seperti kenaikan temperatur, perubahan intensitas dan periode hujan, pergeseran musim


(20)

hujan/kemarau, dan kenaikan muka air laut, akan mengancam daya dukung lingkungan dan kegiatan seluruh sektor pembangunan. Sepanjang tahun 2015, Provinsi Jambi memiliki karakteristik curah hujan bervariasi mulai dari bawah normal hingga atas normal. Rata-rata curah hujan bulanan pada tahun 2015 berkisar antara 129 - 206 mm. Suhu udara rata-rata mencapai 22,50oC pada daerah dataran tinggi di wilayah barat dan pada daerah lainnya suhu udara berkisar 27oC.

Dengan kondisi wilayah dan kondisi iklim di atas, Provinsi Jambi menjadi kawasan yang mudah ditumbuhi tanaman hutan. Data yang ada menunjukkan luas kawasan hutan di Provinsi Jambi mencapai 2.107.779 Ha yang terdiri dari 686.095 Ha wilayah Kawasan Suaka Alam-Kawasan Pelestarian Alam (KSA-KPA), 179.926 Ha wilayah hutan lindung, 968.889 Ha wilayah hutan produksi, 261.453 Ha wilayah hutan produksi terbatas dan 11.416 Ha wilayah hutan produksi konversi. Pada wilayah KSA-KPA, wilayah Provinsi Jambi 4 (empat) buah Taman Nasional, 4 (empat) buah Cagar Alam, 2 (dua) buah Taman Hutan Raya, dan 1 (satu) Taman Wisata yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi Jambi. Keempat Taman Nasional di Provinsi Jambi tersebut meliputi Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS), Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD), Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) dan Taman Nasional Berbak (TNB). Masing-masing taman nasional tersebut memiliki potensi keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa endemik yang bernilai tinggi. Bahkan TNBD merupakan tempat bermukimnya komunitas Suku Anak Dalam (SAD). Sementara TNB merupakan kawasan konservasi hutan rawa terluas di Asia Tenggara dengan keunikan berupa gabungan yang menarik antara hutan rawa gambut dan hutan rawa air tawar yang terbentang luas di pesisir timur Pulau Sumatera.

Dengan kondisi lingkungan seperti yang dijelaskan di atas, Provinsi Jambi memiliki beberapa potensi ungggulan yang menunjang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi. Berdasarkan hasil Kajian Ekonomi Regional (KER) Bank Indonesia tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tercatat pada angka 7,93 % dimana kondisi ini menjadikan provinsi Jambi sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera dan mampu melampaui


(21)

pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,02 %. Namun berdasarkan hasil KER tahun 2015, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi mengalami penurunan menjadi 4,21 % dan tercatat dibawah pertumbuhan ekonomi nasional 4,79 %, halini diakibatkan oleh adanya musim kemarau yang panjang dan menyebabkan kebakaran lahan dan hutan yang berdampak menurunnya aktivitas ekonomi selama 5 (lima) bulan yaitu mulai dari bulan Juli hingga bulan November 2015.

Gambar 1.1 : Grafik Kajian Ekonomi dan Keuangan RegionalProvinsi Jambi 2009 - 2015

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, 2016.

Salah satu potensi unggulan Provinsi Jambi adalah di sektor perkebunan meliputi perkebunan besar dengan komoditi kelapa sawit, teh, karet dan perkebunan rakyat dengan komoditi kelapa, karet, kopi, coklat, cengkeh, tebu, tembakau, kapuk, kayu manis, lada, pinang, kemiri, aren, vanili dan nilam.Perkebunan karet memiliki areal perkebunan yang paling luas di wilayah Provinsi Jambi yaitu seluas 665.595 Ha dengan jumlah produksi 318.348 ton pada tahun 2015. Selain perkebunan karet, perkebunan kelapa sawit juga merupakan potensi unggulan Provinsi Jambi di sektor perkebunan. Luas perkebunan kelapa sawit di wilayah Provinsi Jambi adalah seluas 662.846 Ha dengan jumlah produksi yang paling banyak diantara hasil perkebunan lainnya yaitu sebanyak 1.571.535 ton. Selain itu perkebunan kelapa dalam juga menjadi komoditi yang


(22)

dikembangkan oleh masyarakat khususnya diwilayah pesisir seluas 118.649 Ha dengan jumlah produksi 108.950 ton.

Selain di sektor perkebunan, Provinsi Jambi juga memiliki potensi di sektor pertambangan, di mana luas wilayah pertambangan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015, jenis pertambangan yang telah dieksplorasi maupun dieksploitasi di wilayah Provinsi Jambi adalah minyak bumi, gas bumi, batubara, mangan, emas, dan biji besi dengan jumlah luasan areal pertambangan 398.930 Ha dengan jumlah perusahaan pertambangan yang terdata sebanyak 196 buah perusahaan pertambangan.

Sektor pariwisata pun merupakan potensi unggulan bagi Provinsi Jambi yang belum tereksplorasi dan terekspos lebih mendalam. Provinsi Jambi memiliki potensi wisata yang cukup beragam pada setiap wilayahnya, tersebar mulai dari wisata alam dan agro pada daerah di dataran tinggi, hingga wisata bahari pada wilayah pesisir dan laut di bagian timur. Obyek wisata alam dan agro meliputi kawasan Taman Nasional, Cagar Alam, Hutan Kota, Hutan Adat, danau dan perkebunan teh. Obyek wisata bahari meliputi pantai-pantai di pesisir timur Pulau Sumatera.

Berkembangnya sektor pariwisata di Provinsi Jambi ditunjang oleh sarana dan prasarana hotel dan penginapan dari tingkatan hotel melati hingga hotel berbintang. Bahkan saat ini, telah terbangunnya hotel-hotel berskala nasional di beberapa wilayah kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Hal ini mengindikasikan telah banyaknya investor nasional yang telah menanamkan modalnya pada perkembangan pembangunan di Provinsi Jambi.

Obyek-obyek wisata di Provinsi Jambi menyimpan keunikan tersendiri dibandingkan obyek-obyek wisata di daerah lain. Salah satunya terdapatnya taman bumi (Geopark) di Kabupaten Merangin. Kawasan ini memaduserasikan 3 (tiga) keragaman alam yaitu keragaman geologi(geodiversity), keragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya (culturaldiversity). Geopark Merangin diperkirakan merupakan pecahan lempeng daratan tertua di dunia yang berada di Cina, karena jenis bebatuan yang ada di sekitar kawasan geopark ini mirip dan bahkan berusia hampir sama dengan bebatuan yang ada di situs bersejarah di


(23)

Cina. Banyak terdapat fosil kayu, tumbuhan serta kerang-kerangan yang tercetak membatu di batu endapan lava dan abu vulkanik gunung purba sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.2.danGambar 1.3. Menurut para ahli, geopark ini diperkirakan berumur 300 juta tahun. Peneliti-peneliti dunia seperti peneliti dari Eropa, Amerika, Malaysia dan Jepang telah mengunjungi daerah ini untuk mengeksplorasi kekayaan dan meneliti bebatuan yang ada di wilayah geopark ini. Dan saat ini, Geopark Merangin telah dinyatakan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.

Gambar 1.2. Fosil fauna yang membatu Gambar 1.3. Fosil Flora yang membatu

Lebih ke arah barat lagi tepatnya di Desa Pelompek, Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci, terdapat sebuah danau yang menyimpan pesona yang unik. Danau ini berada di ketinggian 1.950 meter di atas permukaan laut (mdpl) dipuncak Gunung Tujuh dan menjadi salah satu danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara dengan luas sekitar 960 Ha. Danau ini merupakan danau vulkanik nan menawan yang tercipta karena letusan gunung api yang menyebabkan terbentuknya kawah besar yang kemudian terisi air hujan sehingga membentuk sebuah danau. Danau ini berada di dalam kawasan TNKS dan dikelilingi oleh 7 (tujuh) puncak gunung yaitu Gunung Hulu Tebo (2.525mdpl), Gunung Hulu Sangir (2.330 mdpl), Gunung Madura Besi (2.418 mdpl), Gunung Lumut (2.350 mdpl), Gunung Selasih (2.230 mdpl), Gunung Jar Panggang (2.469 mdpl)


(24)

dan Gunung Tujuh (2.735 mdpl) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.4. dan Gambar 1.5.

Gambar 1.4

Danau Gunung Tujuh Yang Keberadaannya dikelilingi oleh 7 (tujuh)

buah gunung

Gambar 1.5

Wisata Gunung Tujuh dengan Perahu Kano Masyarakat Setempat

Pesona wisata lain yang merupakan kebanggaan Provinsi Jambi adalah kompleks Candi Muaro Jambi yang merupakan situs peningggalan purbakala terluas di Indonesia dengan luas 12 km2. Membentang dari Barat ke Timur sejauh 7.5 km di tepian Sungai Batang Hari tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi.Candi ini merupakan warisan budaya yang menunjukkan bahwa di lokasi ini pernah menjadi pusat peribadatan agama Budha (Gambar 1.6. dan Gambar 1.7.).

Gambar 1.6.

Pemeluk Agama Budha Sedang Beribadah di Candi Muaro Jambi.

Gambar 1.7.


(25)

Segala potensi yang dimiliki oleh Provinsi Jambi tersebut jika tidak terjaga dan terlestari akan menyebabkan kerusakan lingkungan dan hilangnya identitas daerah. Perlunya pengelolaan yang terorganisir dan terpadu serta mengacu pada upaya pelestarian lingkungan dalam menjaga semua potensi yang ada. Hingga suatu waktu Provinsi Jambi dapat tumbuh dan berkembang tidak hanya dengan percepatan pembangunan dan pertumbuhan ekonominya tapi juga perkembangan budaya dan pariwisatanya disertai dengan pelestarian lingkungan yang semakin membaik.

C. Pemanfaatan Laporan SLHD

Dengan semakin banyaknya data dan informasi mengenai lingkungan baik air, udara, lahan, hutan, pesisir dan laut yang dihimpun dalam SLHD, membuat laporan SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015 dan Tahun 2014 menjadi sumber referensi yang selalu ditanyakan oleh para pihak yang membutuhkan data dan informasi tentang kualitas lingkungan hidup di Provinsi Jambi pada saat mengadakan kunjungan ilmiah ke BLHD Provinsi Jambi, baik secara langsung maupun melalui korespondensi surat.

Secara umum pemanfaatan laporan SLHD Provinsi Jambi ini dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu (1) pemanfaatan internal, dan(2) pemanfaatan eksternal.

1. Pemanfaatan Internal

Data dan informasi yang dihimpun dalam SLHD Provinsi Jambi dipergunakan oleh para pejabat terkait untuk bahan pada rapat-rapat utama yang meliputi MUSRESBANG, Forum SKPD, Rakor Camat, Rapat Anggaran, Rapat Dengar Pendapat dengan DPRD Provinsi Jambi, Bahan Publikasi HUT Provinsi Jambi, Dialog Interaktive di TVRI, Dialog Interaktive di Radio, serta Rapat Kepala SKPD dengan jajaran Gubernur, Wakil Gubernur, dan Sekretaris Daerah.


(26)

Selain itu juga dipergunakan untuk penyampaian ekspose kondisi lingkungan hidup di wilayah Provinsi Jambi pada saat pertemuan Gubernur dalam kunjungan kerja dengan Pejabat/DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota di Indonesia, Pejabat Kementerian, dan Pejabat Negara Tetangga seperti dari Pemerintah Singapura, juga pada saat Gubernur diwawancarai oleh wartawan lokal, wartawan nasional, dan wartawan luar negeri.

2. Pemanfaatan Eksternal

Beberapa pihak eksternal yang membutuhkan data dan informasi yang dihimpun dalam SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014 yaitu :

1). Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi membutuhkan data dan informasi SLHD Provinsi Jambi untuk penyusunan Buku Jambi Dalam Angka.

2). Mahasiswa program S1, S2, dan S3 dari perguruan tinggi di Provinsi Jambi, diluar Provinsi Jambi, dan di luar Indonesia membutuhkan data dan informasi SLHD untuk materi penyusunan skripsi, tesis, dan disertasi.

3). Dosen perguruan tinggi di Provinsi Jambi dan diluar Provinsi Jambi membutuhkan data dan informasi untuk bahan penyusunan laporan penelitian. 4). Konsultan yang bergerak di bidang penyusunan dokumen lingkungan baik

yang bergerak di bidang penyusunan AMDAL maupun di bidang PU, Perikanan, Kehutanan, Pertanian dan Perhubungan.

5). Masyarakat umum baik wartawan, LSM, maupun kelompok pelestari lingkungan.

Melalui Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jambi, telah dibentuk jabatan baru setingkat eselon IV yaitu Sub Bidang Komunikasi dan Informasi Lingkungan pada BLHD Provinsi Jambi. Dengan adanya jabatan baru ini pengembangan sistem informasi lingkungan hidup di lingkungan BLHD Provinsi Jambi semakin ditingkatkan. Hal ini terlihat


(27)

dengan telah beroperasinya situs BLHD Provinsi Jambi sebanyak 2 (dua) buah yaitu www.blhdprovjambi.or.iddan blhd.jambiprov.go.id sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.8.

Gambar 1.8.

Situs BLHD Provinsi Jambi blhd.jambiprov.go.id

Selain kedua situs tersebut, BLHD Provinsi Jambi juga mendapat bantuan sebuat situs dari Kementerian Lingkungan Hidup dalam bentuk sub-sub domain dengan nama http://jambi.silh.menlh.go.id/ sebagaimana dapat dilihat pada Gambar1.9. Bantuan ini diberikan kepada seluruh BLHD Provinsi/Kabupaten/Kota se Indonesia dalam rangka pengembangan program sistem informasi lingkungan hidup (SILH).


(28)

Gambar 1.9.

Situs BLHD Provinsi Jambi http://jambi.silh.menlh.go.id

D. Isu Utama Lingkungan Hidup di Provinsi Jambi Tahun 2015

Isu utama lingkungan hidup yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi selalu menarik untuk dikaji dari tahun ke tahun.Isu utama ini dapat berupa isu yang terjadi pada tahun sebelumnya dan belum dapat terselesaikan pada tahun berjalan sehingga memerlukan penanganan lebih lanjut pada tahun berikutnya.Isu utama ini dapat juga berupa isu yang benar-benar baru yang belum timbul pada tahun-tahun sebelumnya.

Bila kita review kembali isu utama lingkungan hidup yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi pada 3 (tiga) tahun terakhir yaitu pada tahun 2013, 2014 dan tahun 2015, maka terdapat isu yang berulang dan isu baru. Pada tahun2013 isu utama yaitu (1). Kerusakan Lahan dan Hutan, (2). Bencana Banjir, dan (3). Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas.

Pada tahun 2014 isu utama yang perlu mendapat perhatian serius ada 3 (tiga) yaitu : (1). Konflik Lahan dan Hutan, (2). Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas, dan (3). Kebakaran Lahan dan Hutan. Isu Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas merupakan isu lama yang meningkat bobot


(29)

permasalahannya dari isu utama urutan ketiga pada tahun 2013 menjadi isu utama urutan kedua pada tahun 2014. Sementara 2 (dua) isu lainnya pada tahun 2014 adalah isu baru yaitu Konflik Lahan dan Hutan yang langsung menempati urutan pertama, dan isu Kebakaran Lahan dan Hutan yang menempati urutan ketiga.

Isu utama pada tahun 2015 adalah isu-isu dari tahun 2014 yang masih terjadi dan perlu mendapat perhatian serius ada 3 (tiga) yaitu : (1). Kebakaran Lahan dan Hutan, (2). Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas, dan (3).Konflik Lahan dan Hutan.

1. Kebakaran Lahan dan Hutan

a. Status

Isu kebakaran lahan dan hutan merupakan isu yang selalu diangkat ke permukaan setiap tahun oleh semua pihak, namun tidak pernah diselesaikan secara tuntas. Isu ini akan ramai dibicarakan pada saat kondisi kualitas udara di wilayah Provinsi Jambi memburuk sebagai akibat dari kegiatan pembakaran lahan dan hutan atau terbakarnya lahan dan hutan, dan akan menghilang seketika apabila hujan turun selama beberapa hari yang menyebabkan hilangnya kabut asap yang ditimbulkan oleh kegiatan pembakaran lahan dan hutan atau terbakarnya lahan dan hutan tersebut.

Deteksi dini mengenai adanya kebakaran lahan dan hutan dilakukan melalui monitoring titik panas (hotspot) yang sumber informasinya berasal dari satelit NOAA. Banyaknya titik panas (hotspot) menjadi indikasi dari banyaknya kebakaran lahan dan hutan yang terjadi pada suatu wilayah, walaupun tidak semua titik panas (hotspot) yang terpantau tersebut ada kejadian kebakaran lahan dan hutan. Karena yang terpantau tersebut titik panas bukan titik api, bisa jadi di lokasi tersebut terdapat kandungan batubara atau kawasan industri batu bata yang sedang melakukan pembakaran batu bata secara bersama-sama.


(30)

Selama 3 (tiga) tahun terakhir jumlah titik panas (hotspot) yang terpantau di wilayah Provinsi Jambi mengalami kenaikan.Pada tahun 2013 titik panas (hotspot) yang terpantau mencapai 1.135 titik panas.Selanjutnya pada tahun 2014 menjadi 1.226 titik panas dan meningkat kembali pada tahun 2015 sebanyak 1.654 titik panas sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.2. Peningkatan titik panas yang terjadi di tahun 2015 disebabkan oleh kondisi iklim yang terjadi sehingga menyebabkan kemarau yang lebih panjang atau biasa disebut dengan El Nino.Hal ini mengakibatkan bulan kering yang terjadi di tahun 2015 lebih panjang dan kondisi ini menjadikan kemarau yang panjang pula.

Tabel 1.2. Jumlah Titik Panas di Wilayah Provinsi Jambi Periode Tahun 2012-2015.

No. Bulan Tahun

2013 2014 2015

1. Januari 20 11 88

2. Februari 55 124 21

3. Maret 136 171 9

4. April 42 14 8

5. Mei 37 38 44

6. Juni 209 111 58

7. Juli 113 227 366

8. Agustus 322 97 341

9. September 165 293 523

10. Oktober 28 92 174

11. November 6 43 21

12. Desember 2 5 1

Jumlah 1.135 1.226 1.654


(31)

Dari Tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa bulan-bulan di mana kualitas udara di wilayah Provinsi Jambi memburuk terjadi pada saat jumlah titik panas yang terpantau pada bulan Juni, Juli, Agustus, dan September serta Oktober. Pada bulan-bulan tersebut kondisi iklim di wilayah Provinsi Jambi memasuki musim kering yang ditandai dengan intensitas curah hujan yang rendah dan ketersediaan air tanah yang berkurang. Pembakaran lahan dan hutan baik untuk kegiatan pertanian atau kegiatan lainnya sangat tidak dianjurkan pada kondisi seperti ini, karena asap yang ditimbulkannyatidak akan mampu dinetralisir secara alamidanpadaakhirnyaberdampakpadatimbulnya kabut asap. Pada tahun 2015, kondisi cuaca yang sangat ekstrim menyebabkan terjadinya titik-titik api yang diakibatkan oleh aktivitas yang secara sengaja maupun tidak sengaja menjadi pemicu kebakaran hutan dan lahan. Sebaran titik api yang terjadi di Provinsi Jambi terutama pada tanggal 28 Oktober 2015 dapat terlihat pada Gambar 1.10.

Gambar 1.10. Peta sebaran titik api pada tanggal 28 Oktober 2015


(32)

b. Tekanan

Kabut asap yang ditimbulkan dari kegiatan pembakaran lahan dan hutan atau terbakarnya lahan dan hutan di wilayah Provinsi Jambi berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan di wilayah Provinsi Jambi, di wilayah-wilayah tetangga Provinsi Jambi dan di negara tetangga di mana kabut asap tersebut terbawa angin.Berdasarkan data pemantauan kualitas udara yang dilakukan oleh BLHD Provinsi Jambi dengan menggunakan alat Air Quality Monitoring System (AQMS). Alat AQMS ini merupakan pinjaman dari Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sumatera (P3ES) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia di Pekanbaru Riau, yang di kembalikan pada tanggal 20 November 2015. Berdasarkan pemantauan alat AQMS tersebut, terlihat bahwa pada saat kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi, kualitas lingkungan telah masuk dalam kategori berbahaya dengan indeks lebih dari 300.Kondisi ini terjadi pada bulan September dan Oktober 2015 seperti terlihat pada tabel 1.3.

Kondisi dengan nilai ISPU dalam kategori sangat tidak sehat dan berbahaya, mengarahkan pemerintah Provinsi Jambi mengeluarkan kebijakan untuk meliburkan anak-anak sekolah, dan himbauan bagi kegiatan lain diupayakan untuk dikerjakan di dalam ruangan, dan apabila tidak memungkinkan maka aktivitas di luar ruangan memanfaatkan pelindung pernapasan berupa masker.

Tabel.1.3. Data Indeks Standar Pencemar Udara bulan September sampai 19 November 2015

BULAN SEPTEMBER 2015

TGL ISPU TGL ISPU TGL ISPU TGL ISPU TGL ISPU TGL ISPU 01 125 06 211 11 360 16 149 21 141 26 193 02 138 07 216 12 409 17 130 22 67 27 162 03 162 08 291 13 323 18 145 23 187 28 162 04 211 09 324 14 193 19 184 24 228 29 315 05 211 10 336 15 173 20 97 25 223 30 188


(33)

BULAN OKTOBER 2015

TGL ISPU TGL ISPU TGL ISPU TGL ISPU TGL ISPU TGL ISPU 01 344 06 390 11 191 16 494 21 407 26 257 02 514 07 309 12 205 17 355 22 268 27 354 03 378 08 158 13 219 18 300 23 433 28 174 04 355 09 161 14 139 19 329 24 210 29 127 05 405 10 147 15 184 20 233 25 152 30 80 31 74

BULAN NOVEMBER

TGL ISPU TGL ISPU TGL ISPU TGL ISPU TGL ISPU TGL ISPU

01 66 06 20 11 22 16 7 21 26

02 57 07 38 12 52 17 8 22 27

03 78 08 24 13 48 18 8 23 28

04 75 09 55 14 48 19 7 24 29

05 60 10 21 15 22 20 25 30

Gambar 1.11. Grafik sebaran Nilai Indeks Standar Pencemar Udara pada saat bencana asap di Provinsi Jambi bulan September sampai November 2015

Dengan berkurangnya kualitas udara di wilayah Provinsi Jambi, menyebabkan meningkatnya masyarakat yang menderita penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) terutama bagi anak-anak dan orang lanjut usia. Data Dinas Kesehatan Provinsi Jambi pada saat kabut asap menunjukkan kasus ISPA lebih tinggi dari kabupaten lainnya, seperti terlihat pada data dalam tabel 1.4. Selanjutnya Grafik 1.12 menunjukkan peningkatan angka penderita ISPA saat

0 100 200 300 400 500 600


(34)

kondisi terjadi kebakaran lahan dan hutan bila dibandingkan dengan minggu 33 tahun 2015 dan sebelumnya diangka 6000an meningkat 8.717 kasus di minggu ke 34, di masa kondisi siaga tanggap darurat.

Tabel 1.4. Jumlah kasus ISPA per Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi selama masa siaga tanggap darurat 2015

Sumber. Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. 2015

Gambar 1.12. Grafik Komulatif kasus ISPA per Minggu di Provinsi Jambi sampai

minggu 44 tahun 2015.


(35)

JAN

MAR

MEI

JUL

SEPT

NOV

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEPT OKT NOV DES JAMBI 88 21 9 8 44 58 366 341 523 174 21 1 SUMSEL 31 12 14 8 54 92 381 443 1250 779 173 7 RIAU 126 180 186 47 78 141 480 199 355 89 3 3

Di samping itu kabut asap juga menyebabkan berkurangnya jarak pandang pada landasan pacu Bandara Sultan Thaha Jambi yang berakibat pada tertundanya penerbangan beberapa maskapai yang menghubungkan Kota Jambi dengan Kota Jakarta atau kota-kota lainnya, sehingga untuk melakukan perjalanan ke luar daerah dengan menggunakan pesawat terbang harus melalui Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan dan Bandara Internasional Minangkabau di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat.

Untuk wilayah-wilayah tetangga Provinsi Jambi kabut asap belum dapat dipastikan secara nyata mencapai wilayah mana saja. Informasi yang didasarkan pada data arah angin dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jambi menyebutkan bahwa wilayah Provinsi Jambi diapit oleh 2 (dua) wilayah sumber arah angin yaitu Provinsi Sumatera Selatan dari arah tenggara dan Provinsi Riau dari arah utara. Kedua wilayah provinsi ini merupakan sumber titik panas (hotspot) tertinggi di Pulau Sumatera dan secara bergantian selalu menempati peringkat pertama dan peringkat kedua dari jumlah titik panas (hotspot) yang terpantau di Pulau Sumatera.


(36)

Pada tahun 2015, titik panas yang terpantau oleh satelit NOAA di Provinsi Jambi terdapat sebanyak 1.654 titik. Bila dibandingkan dengan Provinsi tetangga yaitu Provinsi Riau sebanyak 1.887 titik dan Sumatera Selatan sebanyak 3.353 titik. Kondisi ini menyebabkan sebahagian wilayah di Pulau Sumatera tertutup oleh kabut asap. Dilihat trajektori arah angin pada bulan Juli sampai bulan November 2015 yang bergerak dari arah tenggara menuju barat laut dan beralih kearah timur, maka wilayah Jambi tertutup oleh asap yang ditimbulkan dari Provinsi Sumatera Selatan, selain dari wilayah Provinsi Jambi sendiri. Hal ini juga menyebabkan wilayah Provinsi Riau dan Provinsi lain di wilayah utara mengalami kondisi tertutup oleh asap pula, dan juga mengarah ke Negara tetangga Malaysia wilayah semenanjung dan Singapura.

Kondisi seperti ini yang membuat hubungan diplomatik antara Indonesia dan Singapura sering memanas dan Singapura sudah beberapa kali melakukan protes kepada Indonesia atas terjadinya kiriman kabut asap dari wilayah Provinsi Jambi khususnya dan wilayah Pulau Sumatera umumnya ke dalam wilayah negara Singapura, seperti terlihat pada Gambar. 1.14 berikut.

Gambar 1.14. Dampak asap pada tanggal 24 Oktober 2015


(37)

c. Respon

Dalam upaya mencegah timbulnya kabut asap dan menanggulangi kabut asap yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi, maka Pemerintah Provinsi Jambi telah melakukan upaya-upaya yang meliputi :

1. Deteksi dini melalui pemantauan titik panas (hotspot) dilakukan setiap hari. 2. Memberikan informasititikpanas (hotspot) kepada Posko Dalkarlahut

Kabupaten/Kota.

3. Sosialisasi/penyuluhan kepada masyarakat pengguna lahan. 4. Patroli kebakaran lahan dan hutan.

5. Gelar regu dalam rangka kesiapsiagaan kebakaran lahan dan hutan. 6. Menyiapkan peralatan kebakaran lahan dan hutan.

7. Monitoring peralatan pada perusahaan bidang perkebunan, kehutanan dan pertambangan.

8. Membuat pengumuman Gubernur Jambi tentang pencegahan kebakaran lahan dan hutan.

9. Pembuatan leaflet/booklet untuk kampanye pencegahan kebakaran lahan dan hutan.

10. Melaksanakan pencegahan dan pemadaman dengan kegiatan :

a. Membentuk Satuan tugas Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Satgas Dalkarhutla) sesuai dengan Keputusan Gubernur Jambi Nomor : 404 KEP.GUB/BPBD-2.2/IX/2015 tanggal 07 September 2015 Tentang Penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Provinsi Jambi Dan Keputasan Gubernur Jambi Nomor: 408 /KEP.GUB/BPBD-2.2/IX/2015 Tentang Penetapan Personil Dan Organisasi Pos Komando (POSKO) Satgas Tanggap Darurat Pengendalian Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Provinsi Jambi tahun 2015. Oleh karena kondisi darurat bencana masih terjadi maka dilakukan perpanjangan surat keputusan gubernur dengan memperpanjang Satuan tugas Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Satgas Dalkarhutla)


(38)

sesuai dengan Keputusan Gubernur Jambi Nomor :442/KEP.GUB/BPBD-2.2/IX/2015 tanggal 13 Oktober 2015 tentang Penetapan Perpanjangan Masa Status Tanggap Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Provinsi Jambi Tahun 2015 Dan Keputusan Gubernur Jambi Nomor: 443 /KEP.GUB/BPBD-2.2/IX/2015 tanggal 13 Oktober 2015 Tentang Penetapan Personil Dan Organisasi Pos Komando (POSKO) Satgas Tanggap Darurat Pengendalian Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Provinsi Jambi tahun 2015.

Pos komando melakukan tugas dan fungsi :

1. Poskomando di BPBD Provinsi Jambi terus melakukan koordinasi dengan pos lapangan dan seluruh instansi terkait.

2. Membuat laporan harian tertulis dilakukan setiap hari. 3. PUSDALOPS Provinsi Jambi beroperasi 24 jam setiap hari.

4. Pos Komando merupakan sumber informasi penanganan Bencana Asap akibat Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Jambi.

5. Pos komando mendapat pendampingan dari BNPB.

b. Operasi Pemadaman 1) Operasi Darat

Pelaksanaan operasi darat dilakukan dengan melakukan patroli dan pemadaman pada lokasi lokasi yang terdapat titik api. Komando pelaksanaan diarahkan oleh posko komando setelah mendapatkan informasi dari pemantauan satelit baik yang dilakukan oleh BMKG melalui satelit Aqua Terra maupun dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Satelit NOAA. Pelaksanaan operasi darat dapat terlihat pada tabel berikut :


(39)

Tabel 1.5. Pelaksanaan Operasi Darat

1. KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NO

LOKASI LUAS

LAHAN PERSONIL

PERALATAN KENDALA KET

1 Desa Mandala Jaya, Parit Lapis Kel. Mekar Jaya Betara 10, Desa Betara 3,6,10 Desa Pematang Lumut Desa Terjun Jaya dan Desa Pematang Buluh, Desa Terjun Gajah, Desa Sei. TiramKec. Betara 101,25H a TNI Polri Dishut Masy

: 10 Org : 10 Org : 5 Org : 3 Org

SPM Mobil

: 5 Unit : 1 Unit

Patroli

2 Desa Rantau BenarKec. Renah Mendaluh

58 Ha TNI

Polri

: 12 Org : 4 Org

Msn Pompa Selang

: 1 Unit : 14 Glng 3 Desa Kampung

Tengah kec Betara

4 Ha TNI

Polri Damkar Dalkarlah ut Masy

: 14 Org : 7 Org : 11 Org : 26 Org : 5 Org

Mobil Motor Pompa Air

: 6 Unit : 2 Glg : 4 Unit

4 Desa Kampung Baru 41 Ha TNI Polri Masy

: 15 Org : 3 Org : 4 Org

Pompa Air Selang

: 3 Unit : 14 Glg 5 Desa Kelahiran dan

Teluk Pangkah, Desa Kelagian Kec. Tebing Tinggi, Desa Suban Kempas, Desa Lubuk BernaiDesa Rawang Kempas Kec. Batang Asam, Desa Lubuk Kambing Kec Renah

77 Ha TNI

Polri Masy

: 22Org : 10 Org : 5 Org

Pompa Air Selang SPM

: 1 Unit : 20 M : 6 unit

Patroli

2. KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NO

LOKASI LUAS

LAHAN PERSONIL

PERALATAN KENDALA KET

1 Desa Rantau Rasau

Kec. Rantau Rasau

660 Ha TNI

Polri Apdes Damkar Masy.

: 10 Org Pompa Air

Selang Ran SPM

: 2 Unit : 10 Glg : 5 Unit

Sumber air sulit di dapat : 5 Org

: 3 Org : 3 Org : 15 Org 2 Desa Sinar Wajo dan

Desa Pematang Rahim Kec. Mendahara danDesa Kota Baru Kec. Geragai Kec. Muaro Sabak

1259 Ha TNI Polri Masy

: 15 Org : 10 Org : 5 Org

Pompa Air Selang SPM

: 1 Unit : 14 Glg : 5 Unt

Sumber air sulit di dapat


(1)

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015 IV- 25 berkelanjutan. Kelembagaan didukung oleh sumber daya manusia dan sarana prasarana yang berkualitas.

1. Produk Hukum Bidang Lingkungan Hidup

Jenis produk hukum yang dikeluarkan oleh Biro Hukum Setda Provinsi Jambi dibidang lingkungan hidup terdiri dari Peraturan Daerah (Perda), Peraturan Gubernur (Pergub) dan Keputusan Gubernur (Kepgub). Berdasarkan seperti yang dijabarkan pada Buku Data Tabel UP-9 Perda Provinsi Jambi terhitung sejak tahun 1962 telah diterbitkan sebanyak 29 buah. Sementara Pergub Jambi diterbitkan sebanyak 34 buah terhitung dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2015. Sedangkan untuk tiga tahun terakhir, dari tahun 2011 sampai 2015 Kepgub diterbitkan sebanyak 110 buah.

Pada tahun 2014, produk hukum bidang lingkungan hidup yang diterbitkan adalah berupa 2 (dua) buah Perda. Produk hukum yang diterbitkan Biro Hukum Setda Provinsi Jambi ini merupakan salah satu upaya pemerintah Provinsi Jambi dalam menerapkan kebijakan terhadap pengelolaan lingkungan. Salah satunya dengan menerbitkan Perda Nomor 1 Tahun 2015 tentang Kawasan Strategis Ujung Jabung dan Perda Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Jalan Khusus. Perda ini diterbitkan mengingat Provinsi Jambi merupakan daerah yang strategis dalam pengembangan perekonomian, sehingga ditetapkan kawasan strategis Ujung Jabung sebagai pelabuhan internasional. Penetapan Kawasan Strategis merupakan salah satu cara dalam penetapan dan pemanfaatan ruang sesuai dengan peraturan tentang tata ruang, sehingga pembangunan dapat diawasi dan sumber daya tetap lestari. Peraturan Daerah tentang penyelenggaraan jalan khusus ditetapkan sebagai kebijakan dalam menanggulangi pencemaran lingkungan. Sebagaimana diketahui Provinsi Jambi memiliki potensi sumber daya alam yang banyak seperti batubara dan perkebunan. Potensi pengolahan batubara akan berdampak pada lingkungan, khususnya jalur transportasi pengangkutan hasil pengolahan batubara dan kelapa sawit. Sebagai pengendalian dampak lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi menetapkan jalan khusus, sehingga perekonomian tetap meningkat dan kelestarian tetap terjaga.


(2)

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015 IV- 26 Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) merupakan lembaga Pemerintah Provinsi Jambi yang melakukan pengelolaan terhadap lingkungan di wilayah Provinsi Dalam melaksanakan tugasnya BLHD Provinsi Jambi menyelenggarakan fungsinya sebagai perumus kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup, pemberi dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang lingkungan hidup, serta pembina dan pelaksanan bidang lingkungan hidup. Sumber daya manusia yang profesional dan mandiri menjadi aspek yang tidak terpisahkan dalam menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi kelembagaan, yang kemudian diharapkan dapat mewujudkan pelayanan lingkungan hidup kepada masyarakat dengan lebih baik. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompeten dalam melakukan tugas dan fungsinya dalam mengelola lingkungan hidup di Provinsi Jambi. Pada Tahun 2015, BLHD Provinsi Jambi memiliki pegawai sebanyak 89orang yang terdiri dari 37 orang pegawai laki-laki dengan persentase 41,57% dan 52 orang pegawai perempuan dengan persentase 58,43%. Secara tingkat pendidikan, jumlah pegawai BLHD Provinsi Jambi dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan Buku Data Tabel UP-11.

Sumber : Data Olahan Tabel UP-11 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016

3% 13%

51% 19%

14%

Doktor (S3) Master (S2) Sarjana (S1) Diploma (D2/D4) SLTA


(3)

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015 IV- 27 Dengan jumlah pegawai yang cukup memadai dan tingkat pendidikan yang menunjang dengan persentase jumlah pegawai sesuai dengan Gambar 4.2. diharapkan BLHD Provinsi Jambi dapat melakukan pembinaan, pengawasan dan pengelolaan terhadap lingkungan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan di wilayah Provinsi Jambi. BLHD Provinsi Jambi selaku instansi pengelola lingkungan hidup di lingkup pemerintah Provinsi Jambi dalam menjalankan tugas dan fungsinya didukung oleh staf fungsional bidang lingkungan hidup. Jabatan fungsional yang menjadi tugas Badan Lingkungan Hidup terdiri dari fungsional pengendali dampak lingkungan, Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD), Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Pada tahun 2015 terjadi peningkatan tenaga fungsional baik yang dilantik maupun tenaga fungsional yang telah mengikuti diklat. BLHD Provinsi Jambi pada tahun 2015 memiliki 20 orang tenaga fungsional yang telah mengikuti diklat.

Pemerintah Provinsi Jambi juga memiliki tugas dan fungsi berkaitan dengan pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup. Adapun instansi terkait adalah Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Koordinasi Penyuluhan, Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Perkebunan dan Dinas Perhubungan. Rincian jumlah staf fungsional untuk masing-masing jabatan secara lebih rinci sebagaimana terlampir dalam Buku Data Tabel UP-12 dan Gambar 4.3.

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800

14 15 7

1799

408

67 14 11

20 22 9

1799

423

92 26

15


(4)

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015 IV- 28 Sumber : Data Olahan Tabel UP-12 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun

2015, 2016.

Secara keseluruhan, jumlah staf fungsional yang telah dilantik dan telah mengikuti diklatpada tahun 2015mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu Dinas peternakan tenaga fungsional yang telah mengikuti diklat bertambah 2 orang, Badan Koordinasi Penyuluhan tenaga fungsional bertambah 30 orang baik yang telah dilantik dan mengikuti diklat. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan jabatan fungsional di lapangan sehingga terjadi peningkatan jumlah staf fungsional. Seperti pada Badan Koordinasi Penyuluh Provinsi Jambi terjadinya peningkatan jumlah penyuluh pertanian terutama penyuluh pertanian, perikanan dan khutanan dan penyuluh tenaga harian lepas.

Dibandingkan dengan tahun 2014, terjadinya peningkatan jumlah staf fungsional yang telah dilantik sebesar 2,14 % sedangkan staf fungsional yang telah mengikuti diklat meningkat sebesar 2,16 % pada tahun 2015 sebagaimana rinciannya tergambar pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Jumlah Staf Fungsional di Lingkup Pemerintah Provinsi Jambi Tahun 2013 dan 2014.

No Staf Fungsional Jumlah Staf Fungsional (Orang) Perubahan (%)

2014 2015

1. Telah Dilantik 2.258 2.235 (+) 2,14

2. Telah Mengikuti Diklat 2.354 2.406 (+) 2,16 Sumber : Data Olahan Tabel UP-12 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016.

Peningkatan jumlah sumber daya manusia yang berkualitas ini diharapkan dapat melakukan pengelolaan lingkungan yang baik dan benar di wilayah Provinsi Jambi dalam rangka mewujudkan Jambi Tuntas 2016 yang salah satu mottonya pro- environment.

3. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup

Selaku instansi pengendali dampak lingkungan di lingkup Pemerintah Provinsi Jambi, Badan Lingkungan Hidup Daerah dalam menjalankan program dan kegiatannya ditunjang oleh anggaran yang berasal


(5)

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015 IV- 29 dari APBD Provinsi Jambi dan Dana Dekonsentrasi (APBN) dari Kementerian Lingkungan Hidup RI. Besarnya anggaran yang diterima oleh BLHD Provinsi Jambi pada tahun 2014 sebagaimana terlihat pada Buku Data Tabel UP-10. Anggaran dari APBD Provinsi Jambi yang diterima BLHD Provinsi Jambi adalah sebesar Rp. 9.458.789.200,- dengan rincian untuk kegiatan SPM (Standar Pelayanan Minimal) sebesar Rp. 706.642.900,- dan kegiatan lainnya sebesar Rp. 6.723.975.700,-. Adapun kegiatan SPM APBD Provinsi Jambi tersebut terdiri dari kegiatan pelayanan status mutu air, kegiatan pelayanan informasi status mutu udara ambien, dan pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Anggaran yang berasal dari APBN Kementerian Lingkungan Hidup RI diterima oleh BLHD Provinsi Jambi adalah sebesar 845.000.000,- untuk kegiatan SPM APBN BLHD Provinsi Jambi terdiri dari pelayanan informasi status mutu air, pelayanan informasi status mutu udara ambien.

Bila dibandingkan dengan tahun 2014, terjadi penurunan maupun peningkatan anggaran yang diterima oleh BLHD Provinsi Jambi baik pada APBD maunpun APBN sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.4. Penurunan dana APBD pada tahun 2014 ini sebesar 17,37% sedangkan APBN mengalami peningkatan yaitu 18,22%. Sementara peruntukan anggaran SPM juga mengalami peningkatan dari Rp. 965.871.000,- pada tahun 2014 menjadi Rp. 1.551.642.900,- pada tahun 2015 atau terjadi peningkatan sebesar 37,75%. Peningkatan anggaran yang cukup besar terutama pada APBD, BLHD Provinsi Jambi dapat meningkatkan kinerja sebagai instansi pengelola lingkungan hidup dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap semua kegiatan yang berdampak terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Tabel 4.4. Anggaran BLHD Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015. No Sumber

Anggaran

Jumlah Anggaran (Rp) Peningkatan/Penurunan Tahun 2014 Tahun 2015

1 APBD 8.721.334.200,- 7.430.618.600,- (-) 17,37 2 APBN 700.000.000,- 845.000.000,- (+) 18,22 Jumlah 965.871.000,- 1.551.642.900,- (+) 37,75

Sumber: Data Olahan Tabel UP-10 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016.


(6)

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015 IV- 30 4. Upaya Penanggulangan Bencana Kebakaran lahan dan Hutan di Jambi.

Dalam upaya mencegah timbulnya kabut asap dan menanggulangi kabut asap yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi, maka Pemerintah Provinsi Jambi telah melakukan upaya-upaya yang meliputi :

1. Deteksi dini melalui pemantauan titik panas (hotspot) dilakukan setiap hari.

2. Memberikan informasititikpanas (hotspot) kepada Posko Dalkarlahut Kabupaten/Kota.

3. Sosialisasi/penyuluhan kepada masyarakat pengguna lahan. 4. Patroli kebakaran lahan dan hutan.

5. Gelar regu dalam rangka kesiapsiagaan kebakaran lahan dan hutan. 6. Menyiapkan peralatan kebakaran lahan dan hutan.

7. Monitoring peralatan pada perusahaan bidang perkebunan, kehutanan dan pertambangan.

8. Membuat pengumuman Gubernur Jambi tentang pencegahan kebakaran lahan dan hutan.

9. Pembuatan leaflet/booklet untuk kampanye pencegahan kebakaran lahan dan hutan