Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
II-30 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Tabel 2.11. Kerusakan Hutan di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015.
No Penyebab
Kerusakan Hutan Luas Kerusakan Ha
Perubahan LuasanHa
2014 2015
1. Kebakaran hutan
2.552,00 22401,00
19.849,00 2.
Ladang berpindah 64.300,00
64300,00 0,00
3. Penebangan Liar
3.896,30 3896,30
0,00 4.
Perambahan hutan 19.700,00
20082,00 382,00
5. Pertambangan
800,00 800,00
0,00
Jumlah 91.248,30
111.479,3 20.231,00
Sumber : Data Olahan Tabel SD-9 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015.
10. Konversi Hutan Menurut Peruntukkannya
Alih fungsi kawasan hutan menjadi peruntukan lainnya awalnya diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Namun bila tidak dicermati dan dipertimbangkan secara matang dari aspek lingkungan, ekologi, hukum, sosial, ekonomi dan budaya, maka
alih fungsi tersebut akan menimbulkan dampak negatif baik secara lokal maupun dalam skala luas. Dalam alih fungsi ini hendaknya tetap dijaga adanya
keseimbangan antara fungsi sumber daya hutan sebagai komponen ekologi dan fungsi hutan lainnya sebagai komponen ekonomi.
Sampai dengan tahun 2015, konversi hutan di wilayah Provinsi Jambi seluas 161
. 505 Ha yang peruntukannya digunakan untuk areal pemukiman berupa
areal transmigrasi seluas 52.880 Ha, areal perkebunan seluas 36.964 Ha dan areal penggunaan lainnya seluas 71.661 Ha. Peruntukan untuk areal penggunaan
lain APL mengacu kepada SK Menteri Kehutanan Nomor : 727Menhut-II2012 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Provinsi Jambi sebagai pengganti SK Menteri
Kehutanan Nomor: 421Kpts-II1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Provinsi Jambi, dimana luasan hutan Provinsi Jambi berkurang seluas 71.661,00 Ha dari
2.179.440,00 Ha pada tahun 1999 menjadi 2.107.779,00 Ha pada tahun 2012. Luas konversi kawasan hutan yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi
sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-10. Lebih rincinya luas konversi hutan untuk peruntukan pemukiman transmigrasi dapat dilihat pada Buku Data
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
II-31 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Tabel Tambahan SD-10A dan peruntukan untuk areal perkebunan dapat dilihat
pada Buku Data Tabel Tambahan SD-10A
B. Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati atau sering disebut juga dengan istilah ragam hayati, keanekaan hayati, biodiversitas atau biodiversity merupakan istilah yang
digunakan untuk derajat keanekaragaman sumberdaya alam hayati yang meliputi jumlah maupun frekuensi dari gen, spesies, maupun ekosistem di suatu wilayah.
Mengacu kepada definisi di atas maka keanekaragaman hayati terbagi atas tiga tingkatan yaitu: 1. Keanekaragaman hayati pada tingkat gen atau kromoson, 2.
Keanekaragaman hayati pada tingkat spesies, 3. Keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem.
Manfaat keanekaragaman hayati bagi suatu wilayah sangat luar biasa sehingga perlu dijaga dan dipertahankan. Keanekaragaman hayati dapat
berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan, obat-obatan dan sarana rekreasi, di samping itu juga memiliki peranan penting dalam mitigasi
perubahan iklim.
1. Keanekaragaman Gen
Gen merupakan faktor pembawa sifat keturunan yang terdapat dalam kromosom. Setiap susunan gen akan memberikan penampakan fenotipe, baik
anatomi maupun fisiologi pada setiap organisme. Perbedaan susunan gen akan menyebabkan perbedaan penampakan baik satu sifat atau secara keseluruhan.
Perbedaan tersebut akan menghasilkan variasi pada suatu spesies. Hal ini disebabkan adanya keanekaragaman gen atau struktur gen pada setiap
organisme. Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis spesies.
Provinsi Jambi saat ini sedang gencar-gencarnya melakukan budidaya tanaman anggrek. Tanaman langka ini memiliki varietas jenis yang dapat
dibudidayakan. Semua anggrek digolongkan kedalam famili Orchidaceae yang diperkirakan di dunia terdapat ± 800 genus baik termasuk kategori anggrek alam
maupun anggrek hibrida persilangan. Saat ini ada sekitar 1.200 jenis species anggrek di Pulau Sumatera, yang 400 jenis spesies diantaranya terdapat di Provinsi