Kuallitas Air Laut Laut, Pesisir Dan Pantai No.

Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya II-94 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015 Laut merupakan bagian dari permukaan bumi yang memiliki wilayah air asin yang sangat luas dan terpisah dengan daratan. Wilayah yang dimulai dari titik terendah air laut waktu surut hingga ke arah daratan sampai batas paling jauh ombakgelombang menjulur ke daratan disebut pantai. Sedangkan pesisir menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10MEN2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu kewenangan provinsi untuk kabupatenkota dan ke arah darat batas administrasi kabupatenkota. Lebih jauh wilayah pesisir merupakan wilayah yang penting ditinjau dari berbagai sudut pandang perencanaan dan pengelolaan. Transisi antara daratan dan lautan di wilayah pesisir telah membentuk ekosistem yang beragam dan sangat produktif serta memberikan nilai ekonomi yang luar biasa terhadap manusia. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kegiatan pembangunan sosial- ekonomi, ‘nilai’ wilayah pesisir terus bertambah. Konsekuensi dari tekanan terhadap pesisir adalah masalah pengelolaan yang timbul karena konflik pemanfaatan akibat dari berbagai kepentingan di wilayah tersebut. Permasalahan yang sangat dominan bagi wilayah pesisir dan pantai ini adalah pencemaran yang mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya pesisir dan laut, misalnya penurunan kualitas air laut, berkurang dan rusaknya kondisi terumbu karang dan padang lamun, serta terdegradasinya hutan mangrove. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat terutama masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pantai untuk bekerja sama dalam melakukan perencanaan dan pengelolaan terhadap lingkungan wilayah pesisir, pantai dan laut.

1. Kuallitas Air Laut

Provinsi Jambi memiliki lautan seluas 425,5 km 2 dengan panjang garis pantai 185 km. Potensi ini jika tidak terpantau kualitas dan pengelolaannya akan menimbulkan masalah dikemudian hari. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemantauan kualitas air laut dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran serta mengidentifikasi penyebabterjadi perubahan kualitas sehingga dapat diupayakan langkah pengelolaan yang tepat agar dapat terjaga kualitasnya. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya II-95 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015 Pada tahun 2014 BLHD Provinsi Jambi telah melakukan pemantauan kualitas air laut pada dua kabupaten yang memiliki wilayah laut yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Adapun lokasi pemantauan sebagai lokasi sampling adalah 1 Muara Sungai Tungkal di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan 2 Muara Sungai Niur di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Hasil pemantauan BLHD Provinsi Jambi terhadap kualitas air laut di Provinsi Jambi seperti yang tercantum pada Buku Data Tabel SD-17. Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada masing-masing lokasi pemantauan masih terdapat parameter yang tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan oleh Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Lampiran III. Adapun parameter yang tidak memenuhi baku mutu tersebut adalah seperti yang terlihat pada Tabel 2.42. Tabel 2.38. Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Air Laut di Provinsi Jambi Tahun 2014. Parameter Tidak Memenuhi Baku Mutu Air Laut BMAL Satuan Baku Mutu Lokasi Pemantauan 1 2 Kekeruhan NTU 5 1 134 PO4-P mgL 0,015 0,003 0,003 Fenol mgL 0,002 0,002 0,002 Sumber : Data Olahan Tabel SD-17 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Keterangan : 1. Lokasi Muara Sungai Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 2. Lokasi Muara Sungai Niur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Tabel 2.42. menjelaskan bahwa ada 1satu parameter yang tidak memenuhi baku mutu pada masing-masing lokasi pemantauan yaitu parameter kekeruhan. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa konsentrasi kekeruhanmelebihi baku mutu air laut yang dipersayaratkan yaitu 5hanya terdapat pada lokasi pemantauan Muara Sungai Niur di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan konsentrasi 134 atau 5 dari baku mutu. Pada tahun 2014, konsentrasi parameter Fenol tinggi melebihi BMAL yang berkisar 0,002 - 0,003 mgL dimana pada tahun 2015 konsetrasi Fenol pada kedua lokasi pemantauan sebesar 0,002 mgL. Pada tahun 2015 ini terjadi penurunan jumlah parameter yang tidak memenuhi BMAL dimana pada tahun 2014parameter Fenol, PT4 dan kekeruhan yang tidak memenuhi BMAL. Peningkatan konsentrasi maupun jumlah parameter yang tidak memenuhi BMAL antara lain disebabkan oleh limbah industri dan limbah domestik yang dibawa Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya II-96 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015 oleh sungai yang bermuara ke titik sampling. Oleh sebab itu perlu adanya tindakan tegas bahwa setiap industri wajib melakukan pengolahan air buangannya sebelum dibuang ke badan air supaya daya dukung sungai dan badan air lainnya dapat melakukan purifikasi sebelum akhirnya lepas ke laut. Selain itu perlu hendaknya pemerintah daerah perlu memperbaiki penanganan dan pengelolaan persampahan sehingga masyarakat sekitar tidak menjadikan laut sebagai tempat sampah yang berakibat pada peningkatan beban pencemaran air laut.

2. Luas dan Kondisi Terumbu Karang