adolescence kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehidupan. Minat karir, pacaran, dan eksplorasi identitas sering kali lebih
menonjol di masa remaja akhir dibandingkan di masa remaja awal Santrock, 2007.
Berdasarkan yang telah dipaparkan, peneliti menyimpulkan bahwa batasan usia remaja adalah mulai usia 10 atau 11 sampai dengan usia 22 atau 23 tahun.
2.5.3. Karakteristik masa remaja
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai karakteristik tertentu yang membedakannya
dengan periode sebelum dan sesudahnya. Karakteristik tersebut adalah :
Perkembangan fisik Remaja dikenal sebagai satu tahap perkembangan fisik ketika alat-alat
kelamin manusia mencapai kematangannya, karena secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh
bentuk yang sempurna dan secara faali alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula Sarwono, 2005
Perkembangan kognitif Karena berpikir kritis remaja sangat berkaitan dengan perkembangan
kognitif remaja, maka akan dibahas teori perkembangan kognitif remaja dari dua orang tokoh perkembangan, yaitu Piaget dan Vygotsky :
a. Teori Piaget Menurut teori Piaget, remaja termotivasi untuk memahami dunianya
karena hal ini merupakan suatu bentuk adaptasi biologis. Remaja mengorganisasikan pengalaman-pengalamannya, memisahkan gagasan-
gagasan penting dari gagasan-gagasan yang kurang penting, dan menggabungkan gagasan-gagasan itu satu sama lain.
Ketika mengontruksikan dunianya, remaja menggunakan skema. Skema schema adalah sebuah konsep atau kerangka kerja mental yang
diperlukan untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Secara khusus Piaget berminat pada bagaimana anak-anak dan remaja
menggunakan skema-skema untuk mengorganisasikan dan memahami pengalamannya sekarang.
Piaget menemukan bahwa anak-anak dan remaja menggunakan dan mengadaptasikan skema-skema mereka melalui dua proses, yaitu
asimilasi dan akomodasi Piaget dalam Santrock, 2007. Asimilasi adalah memasukkan informasi-informasi baru ke dalam pengetahuan yang sudah
ada, sedangkan akomodasi adalah menyesuaikan sebuah skema yang sudah ada terhadap masuknya infomasi baru. Piaget juga menjelaskan
mengenai bagaimana anak-anak dan remaja mengubah pemikiran mereka dari satu kondisi ke kondisi yang lain. Perubahan ini berlangsung ketika
mereka mengalami konflik kognitif atau mengalami ketidakseimbangan disequilibrium ketika remaja itu berusaha untuk memahami dunianya.
Pada akhirnya mereka dapat menyelesaikan konflik dan mencapai keseimbangan equilibrium Santrock, 2007.
Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget antara lain: tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasional konkret, dan
tahap operasional formal. Usia remaja berada pada tahap operasional formal. Karakteristik
yang paling menonjol dari pemikiran operasional formal adalah sifatnya yang lebih abstrak dibandingkan pemikiran operasional konkret. Remaja
tidak lagi terbatas pada pengalaman-pengalaman yang aktual atau konkret sebagai titik tolak pemikirannya. Mereka dapat menciptakan situasi-
situasi fantasi, peristiwa-peristiwa yang murni berupa kemungkinan- kemungkinan hipotesis atau hanya berupa proposisi abstrak, dan mencoba
bernalar secara logis mengenainya. Kualitas abstrak yang diperlihatkan remaja pada tahap ini juga termasuk meningkatnya tendensi berpikir
mengenai berpikir itu sendiri. Remaja berpikir abstrak, idealistik dan logis. Remaja mulai berpikir seperti seorang ilmuwan berpikir, membuat
rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji solusi. Piaget menemai tipe pemecahan masalah itu sebagai penalaran hipotesis
deduktif hypothetical- deductive reasoning, yang berarti kemampuan untuk mengembangkan sebuah hipotesis atau dugaan, mengenai
bagaimana memecahkan masalah, seperti menyelesaikan perhitungan aljabar.
Pemikiran operasional formal adalah deskripsi terbaik untuk menggambarkan bagaimana remaja itu berpikir. Meskipun demikian,
tidak semua dapat menjadi pemikir operasional formal sepenuhnya. Sesungguhnya, para ahli perkembangan berpendapat bahwa pemikiran
operasional formal terdiri dari dua subperiode Broughton dalam Santrock, 2007 :
Operasional formal
awal. Penemuan
remaja mengenai
kemampuannya untuk berpikir secara hipotesis menghasilkan pikiran-pikran bebas, dengan kemungkinan yang tidak terbatas.
Dalam periode awal ini pelarian ke fantasi dapat menggantikan realitas sehingga dunia dipandang secara terlalu subjektif dan terlalui
idealistik. Asimilasi adalah proses yang menonjol dalam subperiode ini.
Operasional formal akhir. Ketika remaja mampu menguji penalarannya ke pengalaman, keseimbangan intelektual mengalami
perbaikan. Melalui akomodasi, remaja mulai menyesuaikan pergolakan yang dialami. Pemikiran operasional formal akhir dapat
muncul di masa remaja menengah.
b. Teori Vygotsky Bila Piaget menjelaskan perkembangan kognitif remaja dengan
konstruktif kognitif, Vygotsky menjelaskan perkembangan kognitif remaja dengan kontruktif sosial. Vygotsky tidak mengusulkan perkembangan
berdasarkan beberapa tahapan perkembangan kognitif seperti yang diusulkan oleh Piaget. Vygotsky menyatakan bahwa pengetahuan itu
terkait dengan situasi dan bersifat kolaboratif situated and collaborative Greeno, Collins, Resnick dalam Santrock, 2007. Dengan demikian,
pengetahuan didistribusikan di antara orang-orang dan lingkungan, yang meliputi benda-benda, artefak, perkakas, buku, dan komunitas di mana
orang-orang hidup. Distribusi ini memperlihatkan bahwa pengetahuan paling baik ditingkatkan melalui interaksi dengan orang lain dalam
aktivitas kooperatif Glassman dalam Santrock, 2007. Vygotsky mengemukakan konsep ZPD Zone of Proximal
Development yang merujuk pada rentang-rentang tugas yang terlalu sulit bagi individu untuk dikuasai sendiri, namun dapat dipelajari melalui
bimbingan dan bantuan dari orang dewasa atau anak-anak yang lebih terampil. jadi, batas bawah dari ZPD adalah level keterampilan yang
mampu dapat diraih anak dengan bekerja sendiri. Sementara batas atas dari ZPD adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima anak
dengan bantuan instruktur yang mampu. Penekanann Vygotsky terhadap ZPD memperlihatkan keyakinannya mengenai pentingnya pengaruh sosial
terhadap perkembangan kognitif. Para orang tua, kawan sebaya, komunitas, dan orientasi teknologi budaya juga mempengaruhi pemikiran
remaja. Sebagai contoh, sikap orang tua dan kawan-kawan terhadap kompetensi intelektual mempengaruhi motivasi mereka untuk memperoleh
pengetahuan. Demikian pula sikap guru dan orang-orang dewasa lainnya di dalam komunitas tersebut.
Perkembangan emosi Masa remaja merupaka puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi
yang tinggi. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa
atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental mudah tersinggungmarah, atau mudah sedihmurung, sedangkan remaja akhir sudah
mampu mengendalikan emosinya Santrock, 2003.
Perkembangan sosial Pada masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan
untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai maupun
perasaannya. Pemahaman ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan orang lain terutama teman sebaya. Pada
masa ini juga berkembang sikap “conformity”, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran
hobby atau keinginan orang lain teman sebaya.
Perkembangan moral Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru,
teman sebaya, atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Pada masa ini, muncul
dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya memenuhi kebutuhan fisiknya,
tetapi psikologisnya rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaiannya positif dari orang lain tentang perbuatannya Santrock, 2003.
2.5.4. Perkembangan berpikir kritis pada remaja