1.4. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan Berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian kemampuan
berpikir kritis critical thinking, persepsi tentang pola asuh dan attachment style, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori
Di dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti secara sistematis, kerangka berpikir, beserta
hipotesis penelitian. BAB III : Metodelogi Penelitian
Bab ini meliputi pendekatan penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, pengumpulan data penelitian, uji instrumen, uji
validitas, uji reliabilitas, metode analisis data dan prosedur penelitian. BAB IV : Hasil Penelitian
Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai presentasi dan analisis data. Terdiri dari gambaran umum responden, kategorisasi responden dan
hasil uji hipotesis. BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan meyimpulkan hasil penelitian. Terdiri dari kesimpulan, diskusi dan saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II KAJIAN TEORI
2.1. Berpikir kritis
Berpikir kritis sulit didefinisikan secara tepat. Belum ada kesepakatan dari para ahli mengenai teori berpikir kritis ini. Oleh karena itu, penulis akan
mengemukakan terlebih dahulu kerangka teori mengenai berpikir yang kemudian akan dilanjutkan dengan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini.
2.1.1. Definisi berpikir
Kesulitan mendefinisikan berpikir disebabkan tidak adanya pembatas yang tajam antara kegiatan yang melibatkan berpikir dan tidak Siegle, 1998. Berpikir
secara nyata melibatkan proses mental yang lebih tinggi: penyelesaian masalah, penalaran, kreatiativitas, konseptualisasi, ingatan, klasifikasi, simbolisasi,
perencanaan, dsb. Sedangkan contoh lain dari berpikir melibatkan proses yang lebih dasar seperti penggunaan bahasa dan penerimaan objekperistiwa dari
lingkungan eksternal secara bersamaan. Costa Prabandari, 2004 menyatakan bahwa berpikir merupakan proses
internal dari stimulus eksternal. “Thinking is the receiving of external stimuli throught the sense followed
by internal processing” Berpikir adalah menerima rangsangan eksternal, berpikir arti, diikuti oleh
proses internal .
Siegel menambahkan bahwa proses tersebut bersifat aktif karena melibatkan operasi mental.
“Thinking is regarded as an active process involving a number of denotable mentall operations
” Berpikir dianggap sebagai suatu proses aktif yang melibatkan sejumlah
sistem operasi mental.
De Bono Prabandari, 2004, seorang ahli pendidikan yang mengembangkan program melatih kemampuan berpikir, menyebutkan berpikir sebagai eksplorasi
pengalaman yang dilakukan secara sadar dalam mencapai tujuan. Tujuan itu dapat berupa pemahaman, pengambilan keputusan, perencanaan, pemecahan masalah,
penilaian dan tindakan. De Bono mengelompokkan jenis-jenis berpikir menjadi enam kelompok,
yaitu: 1. Berpikir untuk mendapatkan informasi dan data
2. Berpikir mengenai perasaan terhadap sesuatu atau seseorang, termasuk juga intuisi tentang sesuatu
3. Berpikir tentang mana yang benar dan baik, bagaimana mencapainya serta konsekuensinya, jadi mengandung unsur penilaian
4. Berpikir tentang kemungkinan terjadinya sesuatu secara optimis, bahwa sesuatu baik untuk dilakukan atau dicapai
5. Berpikir secara kreatif tentang-tentang hal-hal bau: eksplorasi, saran, usul, pilihan, mencoba-coba ide baru
6. Berpikir secara kritis terhadap jenis-jenis berpikir lainnya: sudah sampai dimana, apa langkah selanjutnya, apa yang sebaiknya terjadi. Disebut juga
berpikir kritis, berpikir reflektif atau metakognisi
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa berpikir merupakan suatu proses mental sebagai respon atas stimulus eksternal
dimana proses tersebut memiliki suatu tujuan yang berupa hasil dari proses.
2.1.2. Definisi berpikir kritis
Dari berbagai literatur yang ada ternyata terdapat berbagai macam pengertian mengenai berpikir kritis. Ini menandakan bahwa belum terdapat pemahaman
universal mengenai definisi umum berpikir.
Dalam penelitian ini, penulis memilih beberapa pandangan pakar mengenai berpikir kritis sebagai acuan dalam kerangka teori ini, yaitu Moore dan Parker
2007, Mayer dan Goodchild 1990.
Moore dan Parker 2003 mendefinisikan berpikir kritis sebagai : “,,, the careful and deliberate determination of whether to accept, reject,
or suspend judgment about a claim”
Penentuan secara hati-hati dan disengaja, apakah menerima, menolak atau menangguhkan penilaian tentang pernyataan-pernyataan.
Mayer dan Goodchild 1990 dalam Takwin, 1997 mendefinisikan berpikir kritis sebagai :
“... an active and systematic attempt to understand and evaluate arguments”
Usaha aktif dan sistematis untuk memahami dan mengevaluasi argumen.
Berpikir kritis menurut Moore dan Parker adalah pertimbangan determination yang dilakukan secara sengaja dan hati-hati untuk menentukan
apakah sebuah claim diterima, ditolak, atau ditunda penilaiannya. Istilah claim disamakan dengan istilah proposisi atau dalam bahasa Indonesia disamakan
dengan isilah pernyataan. Pernyataan didefinisikan sebagai kalimat yang dapat betul atau dapat salah Moore Parker, 2007. Dalam pernyataan terkandung
informasi tentang sesuatu yang bisa dicek dan diuji benar atau salahnya. Pertanyaan dan kalimat perintah bukan pernyataan karena tidak mengandung
informasi yang bisa diuji benar atau salahnya. Mayer dan Goodchild 1990 dalam Takwin, 1997 mendefinisikan berpikir
kritis sebagai sebuah usaha yang aktif dan sistematis untuk mengerti dan mengevaluasi argumen.
Definisi ini mempunyai enan bagian : 1. Berpikir kritis sebagai proses yang aktif. Ketika seseorang yang berpikir
kritis menerima informasi baik secara lisan maupun tulisan, ia tidak hanya mendengar atau membaca setiap kata. Ia juga mencari arti dari setiap kata
dan keterkaitannya serta bertanya “Apakah informasi ini masuk akal?”
2. Berpikir sebagai proses yang sistematis. Dalam mencari arti, seseorang yang berpikir kritis menggunakan teknik-teknik yang logis. Ia menganalisa
informasi yang diterimanya dengan menggunakan proses yang sistematis. Dalam tahap ini orang yang berpikir kritis akan bertanya
“Dengan cara dan aturan apa saya bisa mengerti apa yang ingin disampaikan si pemberi
informasi ini?” 3. Berpikir kritis didasarkan atas argumen. Unit dasar analisa dalam berpiki
kritis adalah argumen. Sebuah argumen dimulai dengan penjelasan tentang ciri suatu objek contohnya ingatan jangka pendek memiliki kapasitas
yang terbatas atau hubungan di antara dua objek contohnya makin termotivasi seseorang untuk melakukan suatu tugas, makin baik kinerjanya
dalam tugas itu. Argumen juga menunjukkan bukti untuk menunjang danmemperkuat penjelasan. Orang yang berpikir kritis mampu mengenali
dan menganalisa argumen sehingga ia mampu menggunakan argumen secara tepat.
4. Berpikir kritis mencakup pengertian akan argumen. Orang berpikir kritis mampu mengenali dan menganalisa argumen dari si pemberi informasi. Ia
mampu menemukenali bagian-bagian dai argumen dan merumuskan argumen pemberi informasi dengan kata-kata sendiri. Ia merasa harus
menanyakan “Apakah argumen dari si pemberi informasi menunjang informasi yang disampaik
annya?” 5. Berpikir kritis mencakup pengevaluasian argumen. Orang yang berpikir
kritis tidak hanya mengerti argumen si pemberi informasi, tetapi juga
mampu memberi kritik terhadapnya. Ia mampu menentukan apakah argumen si pemberi informasi valid atau tidak. Ia akan memberi
pertanyaan “haruskah saya menyetujui argumen ini?” 6. Berpikir kritis sebagai suatu usaha. Orang yang berpikir kritis mengetahui
bahwa tidak hanya ada satu cara yang benar untuk mengerti dan mengevaluasi informasi yang diterimanya. Ia juga mengerti bahwa cara
yang dipilihnya tidak langsung menjamin bahwa ia akan mengerti dan mengevaluasi secara benar informasi yang diterimanya secara aktif dan
sistematis. Berpikir kritis adalah pendekatan yang umum terhadap masalah, bukan prosedur khusus yang selalu menghasilkan jawaban yang
benar. Orang yang berpikir kritis harus berusaha mencoba menggunakan berbagai cara untuk mengerti dan mengevaluasi informasi yang
diterimanya.
Berdasarkan definisi dan pandangan dari tokoh tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah pertimbangan determination yang
dilakukan secara sengaja, sistematis dan hati-hati untuk mengevaluasi sebuah claim pernyataan.
2.1.3. Hukum-hukum logika dasar yang digunakan dalam berpikir kritis
Dalam bagian ini akan dikemukakan hukum-hukum logika dasar dalam berpikir kritis. Hukum-hukum itu mencakup hukum-hukum proposisi logis seta
hukum-hukum yang ada pada penalaran induktif dan penalaran deduktif.
a. Proposisi logis
Aristoteles adalah orang yang pertama kali mengemukakan aturan logika yang kemudian jadi tradisi dalam ilmu pengetahuan. Menurut Aristoteles
Takwin, 1997 hal yang dianggap sebagai pondasi dasar dalam menemukan pengetahuan yang benar adalah logos apophanticos, yaitu proposisi-proposisi
logis. Proposisi logis pernyataan logis adalah kalimat yang teruji kebenarannya. Kalimat ini mengandung fakta dan terbukti kebenarannya.
Proposisi logis hanya bisa dibangun dengan prinsip identitas; “Bila sesuatu itu X maka tak mungkin sekaligus bukan X”. Suatu pengetahuan baru sah
disebut episteme atau pengetahuan ilmiah atau benar-benar mewakili realita bila dibangun atas dasar proposisi-proposisi logis.
Dalam berpikir kritis penggunaan proposisi logis sangat mutlak diperlukan Takwin, 1997. Seseorang yang melakukan berpikir kritis adalah
orang yang berpikir logis, ia menggunakan proposisi logis. Tetapi tidak setiap orang yang berpikir logis adalah berpikir kritis. Ada syarat-syarat lain untuk
berpikir kritis. Proposisi logis diperoleh dan diuji dengan menggunakan penalaran induktif dan penalaran deduktif.
b. Penalaran induktif