Attachment style Attachment style

mendapatkan rasa aman. Hal inilah yang akan menimbulkan ketergantungan pada figur tertentu Santrock, 2003. Adapun ciri kelekatan adalah memberikan kepercayaan pada orang lain yang dapat memberikan ketenangan rasa aman. Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kelekatan atau attachment adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus, dalam hal ini biasanya hubungan ditujukan pada ibu atau pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal balik, bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak.

2.4.2. Attachment style

Cara orang tua dalam memperlakukan anaknya akan memberikan kualitas kelekatan attachment yang berbeda-beda secara individual. Sehingga anak akan memiliki kualitas attachment atau pola kelekatan attachment style yang berbeda- beda dengan pengasuhnya. Bukti tersebut diperoleh dari penelitian-penelitian yang dirintis oleh Ainsworth Bowlby, 1988. Berdasarkan hasil penelitiannya, Ainsworth mengemukakan tiga pola utama dari kelekatan attachment style, yaitu: a. Secure attachment Anak dalam pola ini yakin bahwa orang tuanya akan muncul, responsif, dan sangat membantu saat anak membutuhkan perlindungan atau kenyamanan atau pada saat menghadapi situasi yang menakutkan. Dengan keyakinan itu, ia merasa yakin dalam mengeksplorasi lingkungannya. Anak akan tumbuh menjadi individu yang percaya diri, dan mudah menjalin hubungan dekat dengan orang lain dan percaya pada orang lain. Pola ini didukung oleh orang tua pada tahun-tahun pertama, terutama oleh ibu yang selalu siap dan peka terhadap mereka, responsif dengan kasih sayang ketika anak mencari perlindungan atau kenyamanan. b. Anxious avoidant attachment Anak yang termasuk pola ini tidak yakin bahwa jika ia mencari perhatian orang tua ia akan dijawab dengan bantuan, namun sebaliknya ia menduga akan ditolak. Anak berusaha untuk hidup tanpa kasih sayang dan dukungan orang lain, ia mencoba untuk cukup secara emosional. Anak merasa canggung dan tidak nyaman dalam menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain dan tidak mudah percaya dengan orang lain. Selain itu, anak cenderung tumbuh sebagai individu yang lebih mementingkan dirinya sendiri. Pola ini merupakan hasil ibu yang secara konsisten menolak dirinya ketika ia mendekati ibu untuk mencari kenyamanan atau perlindungan. Kasus yang ekstrim dihasilkan dari penolakan yang berulang. Pada tahun-tahun pertama kehidupan anak yang termasuk pola ini, orang tua sering menunjukkan kemarahan dan merasa jengkel pada ulah anaknya. c. Anxious resistant attachment Anak yang tergolong pola ini tidak yakin apakah orang tuanya akan hadir, responsif atau akan membantu saat anak membutuhkan bantuan orang tua. Karena ketidakpastian ini, anak selalu cenderung takut berpisah, tidak dapat dilepaskan dan cemas dalam mengeksplorasi lingkungannya, hal ini membuat anak merasa tidak aman ketika berada di lingkungan sosialnya. Tidak adanya rasa aman ini menyebabkan anak cemas dan ragu-ragu saat berhadapan dengan orang lain, dan mudah cemas dalam menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain. Hal ini menyebabkan anak cenderung terisolasi dari lingkungannya. Pada pola ini, saat terjadi konflik, ditunjang oleh orang tua yang penuh pertolongan pada beberapa kejadian tetapi tidak pada kejadian yang lain. Penemuan klinis menunjukkan bahwa seringkali orang tua memberikan ancaman perpisahan untuk mengontrol tingkah laku anak. Bowlby dan Ainsworth Santrock, 2003 juga mengemukakan bahwa kelekatan yang aman pada masa bayi adalah pokok bagi perkembangan kecakapan sosial. Dalam kelekatan yang aman secure attachment, bayi menggunakan pengasuhnya, biasanya ibu, sebagai landasan rasa aman untuk mengeksplorasi lingkungan. Kelekatan yang aman diteorikan sebagai landasan penting bagi perkembangan psikologis berikutnya pada masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Pada kelekatan yang tidak aman insecure attachment, bayi agak menghindari pengasuhnya, atau menunjukkan perlawanan, atau keduanya, terhadap pengasuhnya. Kelekatan tak aman diteorikan berkaitan dengan kesulitan berhubungan dan masalah-masalah perkembangan selanjutnya.

2.4.3. Internal Working Model

Dokumen yang terkait

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa pada Materi Segitiga (Penelitian pada SMP Kharisma Bangsa)

1 9 104

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Pbm) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Di Smk Dharma Karya Jakarta

1 16 221

Pengaruh pendekatan reciprocal teaching terhadap kemampuan berfikir kritis siswa dalam belajar Matematika (studi eksperimen SMP Al-Hasra Depok)

1 6 140

Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok

0 6 189

PENGARUH METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

34 139 204

Pengaruh metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa

2 17 0

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS HAKIKAT SAINS TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

0 1 35

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOG CRITICAL THINKING DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI PADA SISWA SMK N 1 YOGYAKARTA.

1 8 172

instruction, critical thinking skills Abstract - PENGARUH MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR

0 0 7

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS (CRITICAL THINKING) SISWA SMP - Raden Intan Repository

0 0 162