Topografi Kawasan Hutan Produksi Terbatas HPT

Tabel 19. Luas Tutupan Hutan di Areal HPT-KPHP Unit 16 Tutupan Lahan Luas Ha 1990 2000 2009 Hutan Primer 35,576 22,962 22,067 Hutan Bekas Tebangan Dengan Kerapatan Tinggi 1,713 11,262 6,913 Hutan Bekas Tebangan Dengan Kerapatan Rendah 233 1,103 2,014 Hutan Rawa Primer 54 53 Hutan Rawa Bekas Tebangan 2 Total Luas Hutan 37,576 35,382 30,994 Dari data yang disajikan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa total luas hutan pada tahun 1990, 2000 dan 2009 secara berutan adalah 37.576 ha, 35.382 ha dan 30.994 ha. Hilangnya tutupan hutan pada periode 1990 – 2000 adalah sebesar 2.194 ha, sedangkan pada periode tahun 2000 –2009 adalah sebesar 4.388 ha. Dengan kata lain bahwa deforestasi yang terjadi pada periode 2000 –2009 lebih besar apabila dibandingkan dengan deforestasi yang terjadi pada periode 1990 – 2000. Dengan demikian dapat diketahui laju deforestasi yang terjadi pada periode tahun 1990-2000 adalah sebesar 219.4 ha pertahun sedangkan laju deforestasi pada periode tahun 2000-2009 adalah sebesar 487.6 ha pertahun. Penurunan luas tutupan hutan dapat dilihat pada gambar dibawah. Gambar 8. Penurunan Luas Tutupan Hutan Pada Areal HPT Degradasi hutan yang terjadi pada rentang waktu 1990-2000 adalah sebesar 11.600 hektar atau sebesar 1.160 hektar per tahun. Pada rentang waktu tahun 2000-2009 terjadi degradasi hutan pada lokasi penelitian turun menjadi 2.606 hektar atau dengan laju sebesar 289.6 hektar per tahun. Perhitungan laju degradasi hutan dilakukan dengan menghitung semua perubahan tutupan hutan dari tutupan hutan primer menjadi hutan bekas tebangan baik itu hutan bekas tebangan kerapatan tinggi maupun hutan bekas tabangan kerapatan rendah hutan dataran tinggi maupun hutan rawa. Meningkatnya deforestasi yang terjadi pada periode tahun 2000-2009 disebabkan oleh maraknya konversi lahan menjadi perkebunan rakyat seperti perkebunan kelapa sawit dan karet. Deforestasi yang sudah terjadi sejak periode tahun 1990-2000 meningkat akibat tingginya migrasi ke desa-desa sekitar HPT- KPHP Unit 16 berada. Dengan tingginya tingkat migrasi maka kebutuhan akan lahan sudah pasti akan meningkat pula. Sedangkan laju degradasi hutan memperlihatkan penurunan yang sangat tajam, yaitu sebesar 1.160 ha pertahun pada tahun 1990-2000 turun menjadi hanya 289.6 ha pertahun. Pada periode tahun 1990-2000 merupakan periode dimana ekstraksi kayu yang dilakukan oleh PT. Hatma Hutani. Oleh karena itu tingkat deforestasi yang terjadi jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan tingkat deforestasi pada periode 2000-2009 dimana pada tahun 2001 PT. Hatma Hutani sudah tidak beroperasi lagi di areal HPT-KPHP Unit 16.

5.3. Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan Hutan Pada Areal HPT-

KPHP Unit 16 Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai perubahan tutupanpenggunaan lahan dari hutan dan dari penggunaan lahan lainnya yang berubah pemanfaatannya menjadi perkebunan rakyat, baik itu perkebunan karet monokultur, karet agroforest maupun perkebunan kelapa sawit. Analisa spasial perubahan penggunaan lahan ini dilakukan dengan melihat setiap perubahan penggunaantutupan lahan apa saja yang berubah terutama dari hutan menjadi perkebunan rakyat pada periode 1990, 2000 dan 2009. Secara lengkap perubahan