Institusi Informal Jual Beli LahanHutan dan Hubungannya Dengan

ditawarkan skema HTR ini. Seseorang yang telah memperoleh izin IUPHHK- HTR berhak untuk melarang orang lain masuk dan memanfaatkan sumberdaya yang pengelolaannya dibebankan kepada orang tersebut. Bundle of rights menurut Ostrom 1992 adalah sekumpulan hak kepemilikan yang dapat digunakan untuk mengelola common property resources atau open-access area. Sekumpulan hak tersebut adalah hak akses, pemanfaatan, pengelolaan, eksklusi dan hak untuk mengalihkan pemanfaatan sumberdaya kepada orang lain. Hak pengalihan inilah yang tidak terdapat pada skema HTR, karena berdasarkan ketentuan yang berlaku bahwa izin HTR tidak dapat dipindah- tangankan. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa hak pengalihan adalah salah satu hak pokok dalam efisiensi pengelolaan sumberdaya termasuk hutan. Dengan adanya hak pengalihan maka pemegang izin dapat menjual, menyewakan atau bahkan mengagunkan keseluruhan atau sebagian hak yang dimilikinya sehingga pemegang izin bisa mendapatkan benefit dari investasi jangka panjang Ostrom, 1992. Dengan kondisi ini maka HTR tidak bisa dipandang sebagai bisnis kehutanan yang dapat menjamin kelangsungan hidup pemegang izin IUPHHK- HTR. Ketika izin yang diberikan tidak dapat diwariskan, maka masyarakat akan enggan untuk ikut serta dalam program tersebut. Misalnya saja lokasi HTR yang sudah diokupasi dan dikonversi oleh masyarakat desa Lubuk Kambing dan Suban untuk dijadikan perkebunan karet dan kelapa sawit. Mereka dengan bebas dapat memanfaatkan dan menguasai lahanhutan yang mereka klaim. Lahanhutan tersebut dapat diusahakan untuk waktu yang lama hingga saat ini tidak ada larangan yang benar-benar nyata dari pemerintah, dan masyarakat tetap memanfaatkan lahanhutan di dalam kawasan HPT walaupun dengan ketidak- pastian dan ketidak-amanan tenurial yang cukup tinggi. Tapi setidaknya bagi masyarakat lahanhutan yang mereka klaim dapat dijual kepada pendatang. Menghadapi kondisi seperti ini HTR tidak akan dapat dijadikan solusi bagi pengelolaan hutan lestari oleh masyarakat. Kondisi pengelolaanpenguasaan atas dasar klaim oleh masyarakat dipandang secara ekonomi lebih menguntungkan. Menurut Libecap 2009 dalam Nugroho 2011, property right yang jelas pada areasumberdaya alam dengan akses terbuka open-access arearesources akan dapat mereduksi eksploitasi berlebihan, meningkatkan investasi dan perdagangan sehingga dapat memberikan kompensasi ekonomi bagi penggunanya. Tidak diberikannya hak untuk diperjual-belikan, dipindah- tangankandiwariskan, dan untuk dijadikan agunan bisa saja berangkat dari pola pikir Negara bahwa apabila hak tersebut diberikan maka akan terjadi proses jual beli kawasan hutan, eksploitasi yang berlebihan sehingga meningkatkan laju deforestasi dan kerusakan hutan atau bahkan hilangnya kewenangan negara atas penguasaan lahanhutan. Namun tidak demikian pada kenyataannya seperti apa yang terjadi di Pulau Jawa dan beberapa tempat lainnya seperti di China. Dengan kejelasan hak kepemilikan terbukti dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan bahkan meningkatkan luas tutupan hutan. Dengan hak kepemilikan yang jelas clear property right luasan hutan rakyat di Pulau Jawa terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dari sektor produksi kehutanan yang juga meningkat. Hal serupa juga dapat dilihat dari pengalaman reformasi tenurial sumberdaya alam dan lahan yang terjadi di China. Lin 2010 menyatakan bahwa perubahan pola penguasaan lahan untuk pertanian dan kehutanan di China semenjak tahun 1979 dengan terciptanya Household Responsibility System HRS terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan yang signifikan dalam produktivitas pertanian. Dengan system ini pemerintah China memberikan lahan-lahan pertanian dan kehutanan dengan system kontrak sampai kepada tingkat pengelolaan rumah tangga. System insentif yang diberikan ini diciptakan dan terbukti berhasil dalam meningkatkan hasil, me-relokasi lahan-lahan penguasaan komunal dan Negara menjadi lahan-lahan dengan penguasaan rumah tangga private, dan memberikan otonomi atas penggunaan lahan dan pemilihan tanamankomoditas Tilt, 2007. System tenurial seperti yang diberikan pada skema HRS dapat memberikan hasil yang nyata dalam meningkatkan ekonomi pada tingkat rumah tangga dikarenakan kejelasan hak kepemilikan yang jelas yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat pengelola lahan. Sumberdaya Lahanhutan yang