Dari data BPS, Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2009 juga tercatat adanya proses migrasi atau perpindahan penduduk yang datang maupun yang
pindah dari desa-desa yang dijadikan sampel penelitian. Desa Suban tercatat memiliki jumlah pendatang terbesar berdasarkan data statistik tahun 2009 yaitu
sebanyak 208 jiwa. Data migrasi penduduk yang terjadi pada keempat desa tersebut disajikan pada tabel berikut.
Tabel 15. MigrasiPerpindahan Penduduk Yang Terjadi Di Desa Sampel
Penelitian Pada Tahun 2009 Sumber: Kabupaten Tanjung Jabung Barat Dalam Angka 2009,
BPS
Desa Migrasi
Datang Pindah
Laki-Laki Perempuan Total Laki-
Laki Perempuan Total
Lubuk Kambing 34
35 69
2 2
4 Lubuk Bernai
22 66
88 5
9 14
Suban 52
156 208
11 14
25 Lampisi
24 25
49 5
7 12
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hutan Produksi Terbatas HPT Sebagai Bagian KPHP Unit XVI
Berdasarkan data yang dikeluarkan Dinas Kehutanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, luas total hutan di kabupaten tersebut adalah sebesar 246.601,70 ha,
atau 49.2 dari luas total administratif kabupaten 500.982 ha. Pembagian fungsi hutan di kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 16. Pembagian Kawasan Hutan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Berdasarkan Fungsi Kawasan
Sumber: Dinas Kehutanan Kab. Tanjung Jabung Barat, 2009.
No. Fungsi Kawasan Hutan
Luas ha
1 Hutan Cagar alam
85,00 2
Hutan Tanaman Nasional Bukit Tiga Puluh 9.900,00
3 Hutan Lindung Gambut
16.056,10 4
Hutan Produksi Terbatas 41.995,00
5 Hutan Produksi Tetap
178.605,60
Total
246.601,70 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa luas hutan produksi terbatas HPT
yang dijadikan sebagai areal focus penelitian adalah seluas 41.995 ha. Kawasan hutan di kabupaten Tanjung Jabung Barat ditetapkan melalui SK Menteri
Kehutanan dan Perkebunan No. 421Kpts-II1999, Tanggal 15061999, tentang penetapan kawasan hutan dan peraiaran di propinsi Jambi. Dulunya kawasan ini
merupakan kawasan yang dibebankan hak pengelolaannya kepada PT. Hatma Hutani. Sekitar tahun 1995 tercatat kurang lebih 17 HPH yang berada disekitar
wilyah ini dan juga terdapat kurang lebih 35 sawmill baik legal maupun illegal beroperasi di lokasi ini. PT. Hatma Hutani sendiri akhirnya dicabut izin
beroperasinya oleh Kementerian Kehutanan pada tahun 2001. Areal ini sudah beberapa kali berganti pengelola, dari hasil FGD dengan masyarakat diketahui
bahwa sebelum areal ini dikuasai oleh PT. Hatma Hutani, pada tahun 1970 sudah terlebih dahulu dikuasai oleh PT. Hai Ching, perusahaan HPH dari Malaysia.
Pada tahun 2010 melalui SK Menteri Kehutanan No. 77Menhut-II2010 tentang penetapan wilayah kesatuan pengelolaan hutan lindung KPHL dan