HTR Sebagai Skema Pengelolaan Hutan Oleh Masyarakat

Lampiran 1. SK Penunjukan Areal KPH Propinsi Jambi Lampiran 2. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.55Menhut-II2011 Lampiran 3. SK.70Menhut-II2009 Tentang Pencadangan Areal HTR di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pengelolaan DAS merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas sumberdaya alam dan ekosistem DAS. DAS Ciliwung Hulu termasuk ke dalam DAS yang banyak mendapatkan perhatian karena di bagian wilayah hilir DAS Ciliwung yaitu ibukota negara Jakarta sering mengalami kejadian banjir. Tekanan pembangunan yang tinggi pada sub DAS Ciliwung Hulu menyebabkan DAS ini tergolong salah satu DAS yang mengalami degradasi. Kondisi ini dicirikan oleh pengelolaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dan tidak disertai dengan usaha konservasi tanah dan air, serta perubahan pola penggunaan lahan bervegetasi. Pemanfaatan DAS secara intensif mengakibatkan terjadinya konversi lahan di bagian hulu yang membawa dampak negatif terhadap keseimbangan dan kualitas sumberdaya air. Konversi lahan pada umumnya terjadi pada penggunaan lahan hutan menjadi daerah perkebunan dan pertanian, daerah perkebunan menjadi lahan pertanian dan permukiman, daerah pertanian menjadi permukiman dan industri. Tidak jarang terdapat daerah hutan dan perkebunan yang berubah menjadi tanah kosong, terlantar dan gundul yang kemudian menjadi lahan kritis. Fakhrudin 2003 mengemukakan bahwa, berdasarkan hasil analisis penggunaan lahan, luas permukiman di sub DAS Ciliwung meningkat secara subtansial dari 1990 sampai 1996 meningkat 67,88. Penurunan luas lahan pertanian dan hutan, dan peningkatan luas lahan terbangun tersebut telah meningkatkan debit puncak hidrograf pada Stasiun Katulampa dari 150 m 3 dt -1 menjadi 205 m 3 dt -1 . Bertambahnya luasan lahan kritis dan konversi lahan dapat mengakibatkan peningkatan aliran permukaan, erosi, kehilangan hara dari lahan pertanian dan peningkatan debit sungai pada musim hujan. Pada peristiwa erosi dalam suatu DAS dapat terangkut hara N yang merupakan hara utama tanaman. Hara N tersebut berasal dari aktivitas pertanian yang menggunakan pupuk inorganik N secara intensif dan berlebihan sehingga tidak semua hara tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman dan kemudian terbawa aliran permukaan. Manajemen pengelolaan lahan diperlukan agar lahan dapat dipergunakan secara lestari dan berkesinambungan sustainable. Berbagai teknologi konservasi tanah vegetatif strip cropping, alley cropping dan mekanik teras, gulud, saluran pengelak pada lahan pertanian dapat diaplikasikan untuk menjaga dan memperbaiki kualitas tanah. Desa Megamendung Kabupaten Bogor yang terletak di Sub DAS Ciliwung Hulu telah menerapkan teknik konservasi teras Mulyana et al. 2011. Kualitas tanah yang baik pada akhirnya memberikan dampak positif terhadap ekosistem sekitarnya.

1.2 Perumusan Masalah

Pengelolaan lahan DAS bagian hulu pada saat ini dapat dikatakan masih belum berkelanjutan. Hal ini antara lain dicirikan oleh terjadinya konversi lahan dari lahan pertanian ke penggunaan non pertanian, peningkatan aliran permukaan dari tahun ke tahun, semakin tingginya perbedaan debit sungai antara musim penghujan dan musim kemarau dan terjadinya peningkatan erosi. Berdasarkan hasil evaluasi Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung 2002 nilai erosi pada tahun 2001 sebesar 247,28 t ha -1 tahun -1 dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 443,21 t ha -1 tahun -1 . Hasil penelitian Singgih 2000 dengan menggunakan simulasi model HEC-1 terhadap debit, volume banjir dan kontribusi terhadap banjir di bagian hilir, menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan tahun 1981 dan tahun 1999 di DAS Ciliwung Hulu mengindikasikan terjadi peningkatan debit sebesar 67, volume banjir 59 dan kontribusi banjir di bagian hilir 8. DAS memiliki komponen-komponen hidrologi yang kompleks dan mungkin sulit untuk dipahami secara keseluruhan. Penggunaan model sebagai suatu penyederhanaan dari realitas yang sebenarnya diperlukan untuk membantu dalam memprediksi proses yang terjadi di dalam DAS. SWAT Soil and Water Assessment Tool merupakan suatu model yang dapat memperkirakan kondisi hidrologi berbasis proses fisik physical based model, sehingga memungkinkan sejumlah proses fisik yang berbeda untuk disimulasikan pada suatu DAS Neitsch et al. 2005. Pergerakan air, sedimen, pertumbuhan tanaman dan unsur hara merupakan proses yang dapat digunakan sebagai input dalam model SWAT untuk melakukan prediksi kondisi hidrologi suatu DAS. Untuk mensimulasikan proses tersebut model memerlukan informasi spesifik tentang iklim, sifat-sifat tanah, topografi, vegetasi dan praktek pengelolaan lahan.

1.3. Kerangka Pemikiran

Prediksi aliran permukaan, erosi dan kehilangan hara nitrat di sub DAS Ciliwung Hulu dilakukan dengan menggunakan model SWAT. Kalibrasi dan validasi model dilakukan untuk mengetahui keakuratan model. Berdasarkan hasil run model yang didapat maka dilakukan simulasi berbagai pilihan Pengelolaan Lahan Terbaik Best Management Practices berupa teknologi konservasi. Dari hasil simulasi tersebut dihasilkan rekomendasi teknologi konservasi yang sesuai untuk diterapkan di sub DAS Ciliwung Hulu. Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengkaji kinerja model SWAT untuk memprediksi aliran permukaan, erosi dan kehilangan hara N-nitrat di sub DAS Ciliwung Hulu. 2. Menentukan Pengelolaan Lahan Terbaik Best Management Practices pada lahan pertanian di sub DAS Ciliwung Hulu.

1.5 Manfaat

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan lesson learned bagi pemangku kepentingan utamanya pengambil keputusan dalam merencanakan pengelolaan DAS dan memberikan masukan dalam menentukan Pengelolaaan Lahan Terbaik Best Management Practices sehingga sub DAS Ciliwung Hulu memberikan manfaat yang lestari.