Keamanan dan Kepastian Tenurial

pengambil keputusan pejabat Negara, misalnya saja dalam menetapkan hutan sebagai state property. Gambar 2. Koeksistensi dan Keberadaan Beberapa HukumPeraturanNorma Yang Berlaku Pada Tataran Sosial Masyarakat Sumber: Meinzen-Dick dan Pradhan, 2002 Meskipun sistem hukum adat biasanya dipandang lebih rendah kekuatannya apabila dibandingkan dengan hukum negara, koeksistensi sistem paralel dapat menciptakan von Benda-Beckmann 1981 dalam Meinzen-Dick dan Pradhan, 2002, di mana aktor mencari dan menggunakan sistem hukum yang paling mendukung kepentingan mereka. Dalam pengelolaan sumberdaya alam secara khusus, juga dapat mengakibatkan apa yang disebut oleh Onibon et al., 1999 sebagai dualisme steril, dimana negara memberlakukan hukum dan peraturan yang hanya tidak dapat dipraktekan dan tidak sesuai dengan kebiasaan setempat - maka aturan tersebut akan diabaikan, sementara masyarakat setempat dikriminalisasi Benjamin, 2008. Norma-norma yang ada pada masyarakat lokal bisa saja berbentuk hukum adat, hukum komunal, norma agama tertentu dan lain sebagainya dimana norma- norma tersebut cenderung bertentangan terutama dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam sehingga pada suatu waktu menimbulkan konflik pengelolaan sumberdaya alam termasuk lahan dan hutan von Benda-Beckmann, 2002 dalam Meinzen-Dick dan Pradhan, 2002. Menurut Meinzen-Dick dan Pradhan 2002 dalam konteks legal pluralism, setiap individu dapat menggunakan lebih dari satu hukumperaturannorma yang berlaku untuk merasionalisasi dan menglegitimasi keputusan atau tingkah laku mereka. Pendekatan yang dilakukan oleh Wiber 1992 sebagaimana dijelaskan didalam Meinzen-Dick dan Pradhan 2002 menyatakan hak kepemilikan dapat didefinisikan sebagai klaim untuk menggunakan atau mengontrol sumber daya oleh individu atau kelompok yang diakui secara sah oleh sebuah kolektivitas yang lebih besar dan yang dilindungi melalui hukum. Individu atau kelompok pengguna, masyarakat, korporasi, negara, dll dapat menegaskan klaim dari berbagai jenis sumber daya seperti hak untuk menggunakan sumber daya, memperoleh penghasilan dari sumberdaya tersebut, hak untuk mengontrol menggunakan dan membuat aturan mengenai penggunaan sumber daya dan penggunanya, serta hak untuk mentransfer sumberdaya kepada pihak lain melalui penjualan, sewa, hadiah, atau warisan. Tidak cukup hanya dengan melakukanmenegaskan klaim atas suatu sumberdaya sumber daya, kecuali klaim tersebut dapat diterima oleh kolektivitas yang lebih besar atau bahkan sebaliknya, klaim tersebut tidak akan diterima dan diakui. Hal ini menjadi jelas terlihat disaat terjadi konflik yang disebabkan oleh klaim sumberdaya. Lebih lanjut Meinzen-Dick dan Pradhan 2002 juga menyatakan hak kepemilikan tidak hanya berpengaruh kepada siapa yang boleh untuk memanfaatkan suatu sumberdaya alam tertentu, dengan cara apa pemanfaatan itu dilakukan, tapi juga mendorong masyarakat untuk berinvestasi dan mempertahankan keberlanjutan sumberdaya alam dari waktu ke waktu.

2.6. Hutan Tanaman Rakyat

Terdapat beberapa bentuk mekasnisme pengelolaan hutan oleh masyarakat yang ditawarkan oleh Negara seperti hutan kemasyarakatan HKm, hutan desa dan hutan tanaman rakyat HTR. Mekanisme pengelolaan kolaboratif tersebut dibuat oleh Negara sebagai bentuk untuk mengakomodasi keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Program HTR misalnya, dicanangkan oleh pemerintah pada awal tahun 2007 berdasarkan PP No. 6 tahun 2007 Jo PP No. 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana