Ringkasan Hasil Estimasi HASIL ESTIMASI MODEL DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH

165 Provinsi Sulawesi Selatan, dan memiliki transaksi perdagangan antara kota di provinsi Selatan yang cukup lancar, maka apabila terjadi kenaikan harga di kota Kendari, maka akan berdampak pada harga barang yang ada pada kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan.

7.6. Ringkasan Hasil Estimasi

Untuk memudahkan mengetahui hasil estimasi model, maka pada bagian ini dikemukakan ringkasan hasil estimasi model yang telah dilakukan: 1. Penerimaan daerah dari pajak daerah, dipengaruhi secara positif dan nyata oleh jumlah kamar hotel dan pajak daerah tahun sebelumnya. Sementara total pengeluaran pemerintah daerah dan jumlah kendaraan bermotor berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap penerimaan pajak daerah. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap penerimaan pajak daerah dalam jangka pendek, tetapi total pengeluaran pemerintah daerah dan jumlah kamar hotel responsif dalam jangka panjang. 2. Penerimaan daerah dari retribusi daerah dipengaruhi secara positif dan nyata oleh total pengeluaran pemerintah daerah dan retribusi daerah tahun sebelumnya, sementara PDRB dan jumlah populasi berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap retribusi daerah. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap penerimaan daerah retribusi daerah dalam jangka pendek, tetapi total pengeluaran pemerintah daerah responsif dalam jangka panjang. 3. Penerimaan daerah dari dana alokasi umum dipengaruhi secara nyata dan positif oleh jumlah pegawai negeri sipil, belanja barang dan jasa, belanja lain-lain, dan luas daerah kabupaten kota. Sementara pendapatan asli daerah, berpengaruh nyata namun negatif terhadap penerimaan dana alokasi umum. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap penerimaan dana alokasi umum dalam jangka pendek. 4. Penerimaan daerah dari dana bagi hasil dipengaruhi secara positif dan nyata oleh produk domestik regional bruto dan penerimaan dana bagi hasil tahun sebelumnya. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap penerimaan daerah dari dana bagi hasil baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 5. Belanja pegawai dipengaruhi secara positif dan nyata oleh jumlah pegawai negeri sipil, pendapatan asli daerah, dan belanja pegawai tahun sebelumnya. Sementara dana alokasi umum, berpengaruh positif namun tidak nyata. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap belanja pegawai baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 6. Belanja barang dan jasa dipengaruhi secara positif dan nyata oleh dana alokasi umum, pendapatan asli daerah, dan belanja barang dan jasa tahun sebelumnya. Sementara dana bagi hasil berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap belanja barang dan jasa. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap belanja barang dan jasa baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 7. Belanja modal sektor pertanian dipengaruhi secara positif dan nyata oleh PDRB sektor pertanian dan belanja modal sektor pertanian tahun sebelumnya. Sementara dana alokasi khusus dan dana alokasi umum berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap belanja modal sektor pertanian. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap belanja modal sektor pertanian baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 8. Belanja modal sektor lainnya dipengaruhi secara positif dan nyata oleh dana bagi hasil, dana alokasi khusus, serta belanja modal sektor pertanian tahun sebelumnya. Semua variabel penjalas tidak responsif terhadap belanja modal sektor lainnya dalam jangka pendek, tetapi dana alokasi khusus cukup responsif dalam jangka panjang. 9. Belanja lain-lain pemerintah daerah dipengaruhi secara positif dan nyata oleh belanja lain-lain pemerintah tahun sebelumnya. Sementara dana alokasi umum, dana bagi hasil, dan pendapatan asli daerah berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap belanja lain-lain pemerintah daerah. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap belanja lain-lain pemerintah, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 10. Konsumsi swasta dipengaruhi secara positif dan nyata oleh produk domestik regional bruto, dan konsumsi swasta tahun sebelumnya. 167 Sementara belanja barang dan jasa, belanja pegawai, inflasi, berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap konsumsi swasta tahun berjalan. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap konsumsi swasta baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 11. Investasi swasta, dipengaruhi secara nyata dan positif oleh konsumsi swasta dan investasi swasta tahun sebelumnya. Sementara belanja modal berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap investasi swasta. Disisi lain pendapatan asli daerah memiliki tanda negatif dan berpengaruh nyata terhadap investasi swasta. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap investasi swasta dalam jangka pendek, tetapi pendapatan asli daerah dan konsumsi responsif dalam jangka panjang. 12. Ekspor daerah dipengaruhi secara nyata dan positif oleh produk domestik regional bruto dan ekspor daerah tahun sebelumnya. Sementara inflasi berpengaruh positif namun tidak nyata. Di sisi lain nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan nyata terhadap ekspor daerah. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap ekspor daerah dalam jangka pendek, tetapi nilai tukar rupiah dan produk domestik regional bruto responsif dalam jangka panjang. 13. Impor daerah hanya dipengaruhi secara positif dan nyata oleh konsumsi swasta dan impor daerah tahun sebelumnya. Sementara produk domestik regional bruto, tidak berpengaruh nyata terhadap impor daerah. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap impor daerah baik dalam jangka pendek, maupun dalam jangka panjang. 14. Produk domestik regional bruto sektor pertanian hanya dipengaruhi secara nyata oleh produk domestik regional bruto sektor pertanian tahun sebelumnya. Sementara penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, belanja modal sektor pertanian, investasi, konsumsi, dan dana dekonsentrasi tugas pembantuan tidak berpengaruh nyata terhadap produk domestik regional bruto sektor pertanian. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap produk domestik regional bruto sektor pertanian baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 15. Produk domestik regional bruto sektor pertambangan dipengaruhi secara positif dan nyata oleh impor bersih dan PDRB sektor pertambangan tahun sebelumnya. Sementara penyerapan tenaga kerja non pertanian, investasi swasta, dan dana dekonsentrasi tugas pembantuan berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap PDRB sektor pertambangan tahun berjalan. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap PDRB sektor pertambangan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 16. Produk domestik regional bruto sektor industri dipengaruhi secara positif dan nyata oleh investasi swasta dan dana dekonsentrasi tugas pembantuan. Sementara penyerapan tenaga kerja non pertanian, upah minimum provinsi, belanja modal sektor lainnya, dan inflasi berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap PDRB sektor industri. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap PDRB sektor industri dalam jangka pendek. 17. Produk domestik regional bruto sektor listrik gas dan air dipengaruhi secara positif dan nyata oleh investasi swasta, dana dekonsentrasi tugas pembantuan dan lainnya, serta PDRB sektor listrik gas dan air tahun sebelumnya. Sementara penyerapan tenaga kerja non pertanian berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap PDRB sektor listrik gas dan air. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap PDRB sektor listrik gas dan air baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 18. Produk domestik regional bruto sektor bangunan dipengaruhi secara positif dan nyata oleh investasi swasta dan dana dekonsentrasi tugas pembantuan dan lainnya. Sementara penyerapan tenaga kerja non pertanian dan belanja modal sektor lainnya berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap PDRB sektor bangunan. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap PDRB sektor bangunan dalam jangka pendek. 19. Produk domestik regional bruto sektor perdagangan, dipengaruhi secara positif dan nyata oleh penyerapan tenaga kerja non pertanian, investasi swasta, dana dekonsentrasi tugas pembantuan dan lainnya. Sementara variabel inflasi berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap PDRB 169 sektor perdagangan. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap PDRB sektor perdagangan. 20. Produk domestik regional bruto sektor transportasi dan komunikasi dipengaruhi secara positif dan nyata oleh penyerapan tenaga kerja non pertanian, investasi swasta, dana dekonsentrasi tugas pembantuan dan lainnya. Sementara variabel inflasi berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap PDRB sektor transportasi dan komunikasi. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap PDRB sektor transportasi dan komunikasi dalam jangka pendek. 21. Produk domestik regional bruto sektor keuangan dipengaruhi secara positif dan nyata oleh penyerapan tenaga kerja non pertanian, investasi swasta, dana dekonsentrasi tugas pembantuan dan lainnya. Sementara variabel inflasi berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap PDRB sektor keuangan. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap PDRB sektor keuangan dalam jangka pendek. 22. Produk domestik regional bruto sektor jasa dipengaruhi secara positif dan nyata oleh penyerapan tenaga kerja non pertanian, konsumsi swasta, investasi swasta, dana dekonsentrasi tugas pembantuan dan lainnya. Sementara variabel inflasi berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap PDRB sektor jasa. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap PDRB sektor jasa dalam jangka pendek.

23. Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian dipengaruhi secara positif dan

nyata oleh jumlah angkatan kerja, investasi swasta, dan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian tahun sebelumnya. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian dalam jangka pendek, tetapi jumlah angkatan kerja responsif dalam jangka panjang.

24. Penyerapan tenaga kerja non pertanian dipengaruhi secara positif dan nyata

oleh jumlah angkatan kerja, investasi swasta, dan penyerapan tenaga kerja non pertanian tahun sebelumnya. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap penyerapan tenaga kerja non pertanian baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 25. Kemiskinan hanya dipengaruhi secara nyata dan positif oleh jumlah penduduk miskin tahun sebelumnya. Sementara jumlah populasi dan pengangguran memiliki tanda positif namun tidak berpengaruh nyata terhadap kemiskinan. Disisi lain produk domestik regional bruto berpengaruh negatif dan tidak nyata terhadap kemiskinan. Semua variabel penjelas tidak responsif terhadap kemiskinan kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 26. Inflasi dipengaruhi secara positif dan nyata oleh inflasi Kota Kendari dan ekspor bersih. Variabel total pengeluaran pemerintah daerah berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap inflasi. Sementara tingkat suku bunga Bank Indonesia dan investasi swasta berpengaruh negatif dan tidak nyata terhadap inflasi dalam jangka pendek. Variabel inflasi Kota Kendari responsif terhadap inflasi kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Sementara variabel penjelas lainnya tidak responsif terhadap inflasi kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan dalam jangka pendek.

VIII. SIMULASI DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH

Untuk melihat dampak kebijakan fiskal terhadap perekomian kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan, maka dilakukan simulasi kebijakan. Simulasi kebijakan pada dasarnya bertujuan untuk menganalisis dampak dari berbagai alternatif kebijakan atau skenario kebijakan dengan cara mengubah variabel atau instrumen kebijakan policy instrument. Dalam penelitian ini simulasi kebijakan dilakukan untuk mengetahui dampak perubahan dari variabel fiskal daerah terhadap perekonomian kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam simulasi ini, kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu kabupaten yang berbasis pertanian dan kabupaten kota yang berbasis non pertanian. Kelompok pertama yaitu kabupaten kota yang berbasis pertanian terdiri atas 17 kabupaten yaitu; Kabupaten Selayar, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Gowa, Sinjai, Barru, Bone, Soppeng, Wajo, Sidenreng Rappang, Pinrang, Enrekang, Luwu, Tana Toraja, dan Luwu Utara. Hal tersebut didasarkan karena ke 17 kabupaten ini memiliki share produk domestik regional bruto sektor pertanian lebih dari 35 persen dari total produk domestik regional brutonya. Kelompok kedua yaitu kabupaten kota yang berbasis non pertanian terdiri atas enam kabupaten kota yaitu; Kabupaten Luwu Timur, Pangka Je’ne Kepulauan, dan Maros, serta Kota Makassar, Pare-pare, dan Palopo. Hal tersebut didasarkan karena enam kabupaten kota ini memiliki share produk domestik regional bruto sektor pertanian kurang dari 35 persen, sehingga penulis kategorikan ke dalam kabupaten kota yang berbasis non pertanian.

8.1. Validasi Model

Validasi model digunakan untuk mengetahui apakah model cukup valid digunakan untuk simulasi alternatif kebijakan atau tidak. Hal ini penting dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana model tersebut dapat mewakili dunia nyata. Dalam model ini indikator validasi statistik yang digunakan adalah R Square R 2 dan Theils Inequality Coeficient U. Sitepu dan Siregar