0.8 persen dari PDB. Selain itu juga terdapat subsidi dan belanja kepada dunia usaha dan pencipataan lapangan kerja, yang terdiri dari penurunan harga solar
subsidi solar 2.8 triliun rupiah, diskon beban puncak listrik industri 1.4 triliun rupiah, tambahan belanja infrastruktur 10 triliun rupiah, dan perluasan program
nasional pemberdayaan masyarakat PNPM sebesar 0.6 triliun rupiah, Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2010.
Untuk insentif pajak, logikanya apabila para pengusaha mendapatkan keringanan pajak, maka biaya operasional dapat ditekan sehingga perusahaan
masih memiliki cukup uang untuk menggaji dan mempertahankan pekerja. Namun perlu diingat juga, perusahaan pun menghadapi masalah besar terkait
penurunan permintaan barang dan jasa secara global, karena tekanan krisis dan masih adanya ekonomi biaya tinggi dalam berusaha di Indonesia, terutama terkait
perizinan dan pungutan pemerintah daerah, baik yang resmi maupun liar.
2.5.2 Kemiskinan
Kemiskinan menurut Bappenas, 2008 adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya
untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Definisi tersebut, menunjukkan bahwa kemiskinan tidak lagi dipandang hanya
sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perilaku bagi seorang atau sekelompok orang dalam
menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar yang diakaui secara umum, meliputi: terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan atau hak untuk
berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik, baik perempuan maupun laki-laki. Sejalan dengan hal tersebut Gemmel, 1992; dan Sen, 2002 melihat
kemiskinan dari perspektif yang lebih luas yaitu minimnya penghasilan, tidak tersedianya akses kepada pengetahuan, sumber daya, serta layanan sosial dan
kesehatan, keterasingan dari arus utama pembangunan dan ketidak mampuan memenuhi kebutuhan pokok. Dengan perspektif ini minimnya
penghasilan hanyalah merupakan salah satu unsur, yang lebih mendasar adalah
61 ketidakmampuan untuk mengakses sumber-sumber ekonomi.
Untuk mengukur kemiskinan dapat digunakan beberapa ukuran, badan pusat statisik BPS menggunakan tiga jenis ukuran dalam mengukur kemiskinan di
Indonesia yaitu: 1. Head Count Index HCI-P
adalah persentase penduduk miskin yang berada di bawah garis kemiskinan.
2. Poverty Gap Index PGI-P
1
indeks kedalaman kemiskinan, merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan. Oleh karena itu semakin tinggi nilai indeks, maka semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
3. Poverty Saverity Index PSI-P
2
, indeks keparahan kemiskinan, memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.
Makin tinggi nilai indeks, maka makin tinggi nilai ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
Foster-Greer-Thorbecke merumuskan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan:
a q
i
z yi
z
∑
=
−
=
1
n 1
Pa
............................................................................ 3.12 dimana:
a = 0,1,2, z = Garis kemiskinan
y
i
= Rata-rata pengeluaran perkapita penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan, yi z.
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan n = Jumlah penduduk
Apabila a=0, maka diperoleh head count index HCI, apabila a=1, maka diperoleh poverty gap index PGI, dan apabila a=2, maka diperoleh poverty
saverity index PSI. Dalam penelitian ini penulis mengacu para konsep yang digunakan oleh
badan pusat statistik BPS dalam mengukur kemiskinan, dimana BPS mengukur kemiskinan dengan menggunakan ukuran kemampuan memenuhi kebutuhan
dasar. Dengan pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan
yang diukur dari sisi pengeluaran. Metode yang digunakan adalah menghitung garis kemiskinan terdiri dari dua komponen yaitu garis kemiskinan makanan dan
garis kemiskinan non makanan.
3.6. Inflasi