8.2.6. Simulasi Kebijakan Keenam
Simulasi keenam adalah simulasi kebijakan ditujukan untuk melakukan realokasi pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini belanja barang dan jasa serta
belanja lain-lain diturunkan masing-masing sebesar 20 persen, kemudian dialokasi untuk meningkatkan belanja modal sektor pertanian dan belanja modal sektor
lainnya masing-masing sebesar 25 persen, dapat dilihat Tabel 40. Tabel 40. Dampak Penurunan Belanja Barang dan Jasa 20 Persen, Belanja Lain-
Lain 20 Persen dan Peningkatan Belanja Modal Sektor Pertanian dan Sektor lain 25 Persen
Nama Peubah Nilai Dasar
Perubahan Perubahan
1 2
1 2
1 2
Konsumsi 739251
1990330 151
371 0.02
0.02 Investasi swasta
197392 818911
3843 6351
1.95 0.74
Ekspor daerah 292141
2651089 1850
3302 0.63
0.12 Impor daerah
211427 2109499
802 1327
0.38 0.06
PDRB sektor pertanian 587651
287177 155
75 0.03
0.03 PDRB sektor pertambangan
13629.2 682730
69.9 127
0.51 0.02
PDRB sektor industri 130725
617873 6019
11241 4.60
1.80 PDRB sektor listrik gas dan air
7938.6 51367.1
54.4 89.9
0.69 0.17
PDRB sektor bangunan 53797.7
227866 792.5
1309 1.47
0.56 PDRB sektor perdagangan
138089 760797
2353 3891
1.70 0.50
PDRB sektor transportasi 58761.7
408447 1293.9
2143 2.20
0.51 PDRB sektor keuangan
62230.3 283110
803 1329
1.29 0.46
PDRB sektor jasa-jasa 152700
386814 268
451 0.18
0.12 Penyerapan T.Kerja sek. pertanian
82596.2 35579.7
-25 -41.4
-0.03 -0.12
Penyerapan T. kerja non pertanian 45600.5
115979 65.9
108 0.14
0.09 Pengangguran
11262.4 24294.2
-40.8 -67.4
-0.36 -0.28
Jumlah penduduk miskin 47775
46190.2 -4.6
-2.9 -0.01
-0.01 Inflasi
7.676 7.730
0.005 0.016
0.07 0.21
Ekspor bersih 80713.9
541590 1048
1975 1.30
0.36 Produk domestik regional bruto
Total peng. pemerintah daerah 1205522
198604 3706182
230682 11810
2584 20656
7194 0.98
1.30 0.55
3.12 Penyerapan tenaga kerja
128197 151559
41 67
0.03 0.04
Pendapatan perkapita 3.6986
8.414 0.047
0.0917 1.27
1.09 Pendapatan rata-rata petani
7.4011 10.164
0.0055 0.0177
0.07 0.17
Dampak simulasi ini terhadap permintaan agregat adalah konsumsi masyarakat naik 0.02 persen, total pengeluaran pemerintah daerah naik sebesar
1.30 persen, investasi swasta naik sebesar 1.95 persen, ekspor daerah naik 0.63 persen, dan impor daerah juga naik 0.38 persen, untuk kabupaten yang berbasis
pertanian. Sementara untuk kabupaten kota yang berbasis non pertanian terjadi kenaikan konsumsi masyarakat 0.02 persen, total pengeluaran pemerintah daerah
naik sebesar 3.12 persen, investasi swasta naik sebesar 0.74 persen, ekspor daerah naik 0.12 persen, dan impor daerah juga naik sebesar 0.06 persen.
191 Kondisi tersebut menunjukkan bahwa realokasi belanja pemerintah daerah
dengan menurunkan belanja barang dan jasa serta belanja lain-lain masing-masing sebesar 20 persen yang selanjutnya digunakan untuk menaikkan belanja modal
sektor pertanian dan sektor lainnya masing-masing sebesar 25 persen berdampak lebih besar pada kabupaten yang berbasis pertanian dibanding dengan kabupaten
kota yang berbasis non pertanian. Investasi swasta terlihat mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 1.95 persen pada kabupaten yang berbasis pertanian
dibanding kabupaten yang berbasis non pertanian hanya 0.74 persen. Apabila dilihat dari sisi produk domestik regional bruto berdasarkan sektor,
maka terjadi meningkatan PDRB pada semua sektor yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri, listrik-gas-air, bangunan, perdagangan, transportasi dan
komunikasi, serta sektor keuangan, dan jasa-jasa berturut-turut sebesar 0.03 persen, 0.51 persen, 4.60 persen, 0.69 persen, 1.47, persen, 1.70 persen, 2.20
persen, 1.29 persen, dan 0.18 persen. Jadi dampak secara keseluruhan terhadap PDRB naik sebesar 0.98 persen untuk kabupaten yang berbasis pertanian.
Sementara untuk kabupaten kota yang berbasis non pertanian juga terjadi kenaikan PDRB pada semua sektor yaitu sektor; pertanian, pertambangan,
industri, listrik-gas-air, bangunan, perdagangan, transportasi dan komunikasi, serta sektor keuangan, dan jasa-jasa berturut-turut sebesar 0.03 persen, 0.02
persen, 1.80 persen, 0.17 persen, 0.56 persen, 0.50 persen, 0.51 persen, 0.46 persen, dan 0.12 persen. Jadi dampak secara keseluruhan terhadap PDRB naik
sebesar 0.55 persen. Kondisi pada permintaan agregate juga terjadi pada pertumbuhan PDRB
dimana realokasi penurunan belanja barang dan jasa serta belanja lain lain sebesar 20 persen, yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan belanja modal sektor
pertanian dan sektor lainnya berdampak lebih baik pada kabupaten kota yang berbasis pertanian, dimana total PDRB naik sebesar 0.98 persen dibanding dengan
kabupaten yang berbasis non pertanian hanya naik 0.55 persen. Dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja, maka penyerapan tenaga kerja
sektor pertanian turun 0.03 pesen untuk kabupaten yang berbasis pertanian dan 0.12 persen untuk kabupaten kota yang berbasis non pertanian. Sebaliknya
penyerapan tenaga kerja non pertanian naik masing-masing sebesar 0.14 persen
untuk kabupaten yang berbasis pertanian, dan 0.09 persen untuk kabupaten kota yang berbasis non pertanian. Selanjutnya total penyerapan tenaga kerja naik 0.03
persen untuk kabupaten yang berbasis pertanian dan 0.04 persen untuk kabupaten kota yang berbasis non pertanian. Akibatnya pengangguran turun 0.36 untuk
kabupaten kota yang berbasis pertanian dan 0.28 persen pada kabupaten kota yang berbasis non pertanian. Sementara apabila dilihat dari jumlah penduduk miskin,
maka terjadi penurunan jumlah penduduk miskin kurang dari 0.01 persen baik untuk kabupaten yang berbasis pertanian maupun pada kabupaten kota yang
berbasis non pertanian. Oleh karena PDRB naik, maka pendapatan perkapita juga ikut naik masing-
masing sebesar 1.27 persen untuk kabupaten yang berbasis pertanian dan 1.09 persen untuk kabupaten kota yang berbasis non pertanian. Di samping pendapatan
perkapita, pendapatan petani juga naik, disebabkan karena naiknya PDRB sektor pertanian dan turunnya penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian, baik untuk
kabupaten yang berbasis pertanian maupun kabupaten kota yang berbasis non pertanian masing-masing sebesar 0.07 persen untuk kabupaten yang berbasis
pertanian dan 0.17 persen untuk kabupaten kota yang berbasis non pertanian. Uraian tersebut menunjukkan bahwa realokasi belanja pemerintah daerah
dengan menurunkan belanja barang dan jasa serta belanja lain-lain masing- masing sebesar 20 persen yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan
belanja modal sektor pertanian dan sektor lainnya masing-masing sebesar 25 persen, berdampak lebih baik pada kinerja perekonomian kabupaten kota yang
berbasis pertanian dibanding kabupaten kota yang berbasis non pertanian.
8.2.7. Simulasi Kebijakan Ketujuh