Inflasi Kerangka Model Kinerja Perekonomian

163 kemungkinan jumlah penduduk miskin akan meningkat, apalagi kalau pertambahan penduduk tersebut bersumber dari penduduk meskin yang ada. Pengangguran memiliki tanda positif dan sesuai harapan namun tidak berpengaruh nyata terhadap kemiskinan. Hal tersebut menunjukkan bahwa apabila pengangguran meningkat, maka kemiskinan akan meningkat. Koefisien elastisitas pengangguran sebesar 0.0095 dalam jangka pendek dan sebesar 0.1776 jangka panjang. Berarti apabila variabel pengangguran meningkat 10 persen, maka kemiskinan akan naik sebesar 0.094 persen dalam jangka pendek dan 1.776 persen dalam jangka panjang. Apabila pengangguran meningkat maka secara teoritis akan meningkatkan jumlah penduduk miskin. Mengingat para pekerja yang tidak terserap pada lapangan kerja, maka tentunya mereka tidak memperoleh pendapatan, sehingga berpontensi untuk menjadi miskin. Jumlah penduduk miskin tahun sebelumnya, memiliki tanda positif dan sesuai harapan serta berpengaruh nyata terhadap kemiskinan. Berarti jumlah penduduk miskin tahun berjalan mengikuti pola jumlah penduduk miskin tahun sebelumnya. Dengan kata lain penanggulangan kemiskinan yang dilakukan pemerintah kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan belum berjalan sebagaimana yang diharapkan.

7.5.2. Inflasi

Hasil pendugaan model persamaan inflasi menunjukkan nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0.8520. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel- variabel penjelas; total pengeluaran pemerintah daerah, ekspor bersih, investasi swasta, suku bunga Bank Indonesia, dan inflasi Kota Kendari secara bersama- sama dapat menjelaskan 85.20 persen fluktuasi variabel inflasi pada taraf nyata α 0.0001, yang ditunjukkan oleh F dengan nilai 158.68, dapat dilihat pada Tabel 32. Ekspor bersih memiliki tanda positif dan berpengaruh nyata terhadap inflasi. Koefisien elastisitas jangka pendek ekspor bersih sebesar 0.0113. Berarti apabila variabel ekspor bersih meningkat 10 persen, maka inflasi akan meningkat sebesar 0.113 persen. Secara teoritis apabila ekspor lebih besar dari impor, maka ada kecenderungan harga barang akan meningkat mengikuti harga ekspor. Total pengeluaran pemerintah daerah memiliki tanda positif dan sesuai harapan, namun tidak berpengaruh nyata terhadap inflasi. Koefisien elastisitas total pengeluaran pemerintah daerah sebesar 0.0639 dalam jangka pendek. Berarti apabila variabel total pengeluaran pemerintah daerah, meningkat 10 persen, maka inflasi akan meningkat sebesar 0.639 persen. Secara teoritis apabila pengeluaran meningkat, sementara jumlah barang dan jasa tetap, maka ada kecenderungan harga barang akan meningkat. Investasi swasta memiliki tanda negatif dan sesuai harapan, namun tidak berpengaruh nyata terdadap inflasi. Koefisien elastisitas jangka pendek konsumsi swasta sebesar -0.0173. Berarti apabila variabel investasi swasta meningkat 10 persen, maka inflasi akan turun sebesar 0.173 persen. Secara teoritis apabila investasi meningkat, maka produksi barang dan jasa akan meningkat. Apabila permintaan tetap, maka ada kecenderungan harga barang dan jasa akan turun. Suku bunga Bank Indonesia, memiliki tanda negatif dan sesuai harapan, namun tidak berpengaruh nyata terhadap inflasi. Koefisien elastisitas jangka pendek suku bunga Bank Indonesia, sebesar -0.0492. Berarti apabila variabel suku bunga Bank Indonesia meningkat 10 persen, maka inflasi akan turun 0.492 persen. Secara teoritis apabila suku bunga Bank Indonesia naik, maka suku bunga kredit dan suku bunga tabungan akan naik. Karena suku bunga naik, maka masyarakat cenderung meningkatkan tabungannya, sementara para investor akan mengurangi pinjamannya. Akibatnya jumlah jumlah uang beredar berkurang, sehingga inflasi akan turun. Inflasi Kota Kendari, memiliki tanda positif dan sesuai harapan, dan berpengaruh nyata terhadap inflasi kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Koefisien elastisitas jangka pendek inflasi Kota Kendari sebesar 1.0989. Berarti apabila variabel inflasi Kota Kendari meningkat 10 persen, maka inflasi kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan akan meningkat sebesar 10.989 persen. Hal ini cukup rasional, mengingat Kota Kendari merupakan salah satu kota yang cukup dekat dengan kabupaten kota di 165 Provinsi Sulawesi Selatan, dan memiliki transaksi perdagangan antara kota di provinsi Selatan yang cukup lancar, maka apabila terjadi kenaikan harga di kota Kendari, maka akan berdampak pada harga barang yang ada pada kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan.

7.6. Ringkasan Hasil Estimasi