123 sebagai ibukota provinsi, sehingga tidak sedikit penduduk yang mengadu nasib
mencari pekerjaan di Kota Makassar, mengakibatkan pengangguran di Kota Makassar cukup tinggi. Sementara tiga kabupaten yang konsisten berada pada
kondisi terbaik pada kuadran II yaitu Kabupaten Wajo, Soppeng, Enrekang. Kota Makassar, Palopo, dan Pare-pare memiliki tingkat pengangguran yang
cukup tinggi dibanding dengan daerah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa angkatan kerja yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan cenderung mencari
pekerjaan di kota. Mengingat ketiga daerah itu adalah merupakan kota yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Sementara Kabupaten Gowa, Maros, dan Pangkep
adalah tiga kabupaten yang berlokasi sangat dekat dengan Kota Makassar. Semenatara Kabupaten Luwu Timur adalah satu-satunya kabupaten yang
memiliki lokasi pertambangan yang cukup besar.
6.4. Analisis Produk Domestik Regional Bruto terhadap Kemiskinan
Pola hubungan antara persentase rata-rata pertumbuhan PDRB dengan persentase rata-rata penduduk miskin menunjukkan angka negatif dan nyata pada
periode tahun 2001-2005 yaitu -0.396, dan angka negatif tidak nyata untuk periode tahun 2006-2009 yaitu -0.249. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pertumbuhan PDRB kabupaten kota kualitasnya menurun pada peride 2006-2009 dibanding dengan peride 2001-2005, dalam arti bahwa pertumbuhan PDRB pada
tahun 2006-2009 kurang berkualitas, dalam arti bahwa pertumbuhan yang ada lebih banyak dinikmati oleh goloangan menengah ke atas.
Untuk melihat pola hubungan persentase rata-rata pertumbuhan PDRB dengan persentase rata-rata penduduk miskin tahun 2001-2005 dan 2006-2009
dapat dilihat pada Gambar 23 dan 24. Gambar 23 dan 24 menunjukkan bahwa pada periode tahun 2001-2005
terdapat enam kabupaten kota yang berada pada kuadran II, lima berada di kuadran I, enam berada di kuadran IV, dan enam berada di kuadran III. Sementara
pada periode tahun 2006-2009 terjadi pergeseran, dimana terdapat delapan kabupaten kota berada pada kuadran II, empat pada I, lima pada kuadran III, dan
lima pada kuadran IV.
Gambar 23. Pola hubungan Pertumbuhan Rata-rata Produk Domestik Regional Bruto dengan Tingkat Rata-rata Kemiskinan Tahun 2001-2005.
Gambar 24. Pola hubungan Pertumbuhan Rata-rata Produk Domestik Regional Bruto dengan Tingkat Rata-rata Kemiskinan Tahun 2006-2009
Jika membandingkan antara persentase rata-rata pertumbuhan PDRB dengan persentase rata-rata penduduk miskin tahun 2001-2005 dan periode tahun
2006-2009, maka tiga kabupaten yaitu Jeneponto, Tana Toraja, dan Maros konsisten berada pada kuadran IV, tiga kabupaten yang sebelumnya berada pada
kuadran IV, yaitu Kabupaten Selayar, Bone, dan Gowa bergeser ke kuadran I, dan dua kabupaten yaitu Luwu dan Enrekang yang sebelumnya berada pada kuadran I
bergeser ke kuadran IV. Sementara kabupaten kota yang konsisten berada pada
Rat a- rat a Penduduk Miskin persen
R a
ta -r
a ta
P e
rt u
m b
u h
a n
P D
R B
p e
rs e
n
25 20
15 10
5 8
7 6
5 4
3 2
1
Palopo Par e- Par e
Mak assar
Lutim Lutr a
Tator Luw u
Enr ek ang Pinr ang
Sidr ap W aj o
Soppeng Bone
Bar r u Pangk ep
Mar os Sinj ai
Gow a Tak alar
Jeneponto Bantaeng
Buluk umba Selay ar
Rat a- rat a Penduduk Miskin persen
R a
ta -R
a ta
P e
rt u
m b
u h
a n
P D
R B
p e
rs e
n
25 20
15 10
5 9
8 7
6 5
4 3
2 1
Palopo Pare-Pare
Makassar
Lutim Lutra
T ator Luwu
Enrekang Pinrang
Sidrap Wajo
Soppeng Bone
Barru Pangkep
Maros Sinjai
Gowa T akalar
Jeneponto Bantaeng
Bulukumba Selayar
125 kondisi terbaik pada kuadran II yaitu Kota Makassar, Pare-Pare, Palopo, serta
Kabupaten Sidenreng Rappang. Pada periode tahun 2006-2009 terdapat empat kabupaten yang berada pada
kuandran I yaitu Kabupaten Pangkep, Selayar, Bone dan Luwu Utara, hal tersebut menunjukkan bahwa keempat kabupatan tersebut mengindikasikan bahwa
pertumbuhan ekonomi pada empat kabupaten tersebut kurang berkualitas, dalam arti hanya bertumpuh pada golongan menengah keatas. Dikatakan demikian
karena kondisi pada kuandran I menunjukkan pertumbuhan PDRB yang relatif tinggi namun tingkat kemiskinan juga cukup tinggi.
6.5. Analisis Produk Domestik Regional Bruto terhadap Pengangguran Pola hubungan antara persentase rata-rata pertumbuhan PDRB dengan
persentase rata-rata pengangguran menunjukkan angka negatif dan tidak nyata pada periode tahun 2001-2005 yaitu
-
0.304 dan
-0.115 pada periode tahun 2006-2009. Hal tersebut menujukkan bahwa pertumbuhan PDRB kabupaten kota
belum sepenuhnya dapat menurunkan angka pengangguran yang ada di daerah tersebut.
Untuk jelasnya pola hubungan persentase rata-rata pertumbuhan PDRB dengan persentase rata-rata pengangguran dapat dilihat pada Gambar 25 dan 26.
Gambar 25. Pola hubungan Pertumbuhan Rata-rata Produk Domestik Regional Bruto dengan Tingkat Rata-rata Pengangguran Tahun 2001-2005
Rat a- Rat a Tingkat Pengangguran persen R
a ta
-R a
ta P
e rt
u m
b u
h a
n P
D R
B p
e rs
e n
22 20
18 16
14 12
10 8
6 8
7 6
5 4
3 2
1
Palopo Pare-Pare
Makassar
Lutim Lutra
Tator Luwu
Enrekang Pinrang
Sidrap Wajo
Soppeng Bone
Barru Pangkep
Maros Sinjai
Gowa Takalar
Jeneponto Bantaeng
Bulukumba Selayar
Gambar 25 dan 26 menunjukkan bahwa pada periode tahun 2001-2005 terdapat lima kabupaten kota yang berada pada kuadran II, tujuh berada di
kuadran I, lima berada di kuadran IV, dan enam berada di kuadran III. Sementara pada periode tahun 2006-2009 terjadi pergeseran, dimana terdapat enam
kabupaten kota berada pada kuadran II, delapan pada I, enam pada kuadran III, dan tiga pada kuadran IV.
Gambar 26. Pola hubungan Pertumbuhan Rata-rata Produk Domestik Regional Bruto dengan Tingkat Rata-rata Pengangguran Tahun 2006-2009
Jika membandingkan antara persentase rata-rata pertumbuhan PDRB dengan persentase rata-rata pengangguran tahun 2001-2005 dan periode tahun
2006-2009, maka hanya satu kabupaten yaitu Barru yang konsisten berada pada kuadran IV, empat kabupaten yang sebelumnya berada pada kuadran IV yaitu
Kabupaten Gowa, Selayar, bergeser ke kuadran I, Tana Toraja bergeser ke kuadran ke III, sementara Kabupaten Bone bergeser ke kuadran ke II. Selanjutnya
hanya satu kabupaten yang konsisten berada pada kondisi terbaik di kuadran II yaitu Kabupaten Sinjai.
Kota Makassar, Palopo, dan Pare-pare adalah tiga kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan juga
memiliki tingkat pengangguran yang cukup tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi di ketiga kota tersebut mendorong para
pencari kerja untuk melakukan migrasi ke kota tersebut, untuk mendapatkan
Rat a- rat a Tingkat Pengangguran persen
R a
ta -r
a ta
P e
rt u
m b
u h
a n
P D
R B
p e
rs e
n
17,5 15,0
12,5 10,0
7,5 5,0
9 8
7 6
5 4
3 2
1
Palopo Par e- Par e
Mak assar
Lutim Lutr a
Tator Luw u
Enr ek ang Pinr ang
Sidr ap W aj o
Soppeng Bone
Bar r u Pangk ep
Mar os Sinj ai
Gow a Tak alar
Jeneponto Bantaeng
Buluk umba Selay ar
127 penghasilan yang lebih tinggi pada sektor industri di perkotaan. Hal tersebut wajar
mengingat secara teoritis, Todaro 2009 mengatakan bahwa pada dasarnya sektor industri atau modern di perkotaan memiliki tingkat penghasilan yang lebih tinggi
dibanding dengan sektor pertanian di perdesaan, sehingga mendorong para pencari kerja di perdesaan untuk melakukan migrasi ke perkotaan.
VII. HASIL ESTIMASI MODEL DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH