141 menekan belanja lain-lain mereka apabila penerimaan mereka peningkat.
7.3. Kerangka Blok Permintaan Agregat
Dalam penelitian ini blok permintaan agregat terdiri atas, pengeluaran konsumsi swasta, investasi swasta, ekspor dan impor daerah, serta pengeluaran
pemerintah. Khusus tentang pengeluaran pemerintah telah dijelaskan dalam sub bahasan blok fiskal sehingga tidak dijelaskan lagi dalam pokok bahasan ini. Hasil
estimasi model blok permintaan agregat dapat dilihat pada Tabel 29.
7.3.1. Konsumsi Swasta
Hasil pendugaan model persamaan konsumsi swasta menunjukkan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0.9964. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas produk domestik regional bruto, belanja barang dan jasa,
belanja pegawai, inflasi, dan konsumsi swasta tahun sebelumnya, secara bersama- sama dapat menjelaskan 99.64 persen fluktuasi variabel konsumsi swasta pada
taraf nyata α 0.0001, yang ditunjukkan oleh F dengan nilai 7499.55, dapat dilihat pada Tabel 29.
Hasil pendugaan model terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi swasta, yaitu produk domestik regional bruto, memiliki tanda positif dan
berpengaruh nyata terhadap konsumsi swasta. Koefisien elastisitas produk domestik regional bruto terhadap konsumsi swasta sebesar 0.0612 dalam jangka
pendek dan 0.889 dalam jangka panjang. Artinya peningkatan produk domestik regional bruto sebesar 10 persen akan meningkatkan konsumsi masyarakat sebesar
0.612 persen, dalam jangka pendek dan 8.89 persen dalam jangka panjang. Produk domestik regional bruto di suatu daerah menunjukkan potensi ekonomi
suatu daerah, dan sekaligus menunjukkan pendapatan masyarakat di daerah tersebut. Secara teoritis apabila pendapatan masyarakat meningkat, maka akan
mendorong konsumsi masyarakat meningkat.
Tabel 29 Hasil Estimasi Parameter Persamaan Permintaan Agregat Daerah
Persamaan Konsumsi Swasta KONS
Peubah Estimasi
Prob[T] Elastisitas
F-hitung Adj R-Sq
J. Pendek J. Panjang
Intercept -58432.8
0.0352 -
- 7499.55
0.9964
PDRB 0.034252
0.0553 0.0612
0.889 BBJ
0.021192 0.9807
0.0006 0.100
BPGW 0.304371
0.3368 0.0303
0.904 INFL
34.36591 0.1355
0.027 0.335
LKONS 0.993811
.0001 -
-
Persamaan Investasi Swasta INVS Intercept
-56197,4 0.0166
- 1586.91
0.9789 BMD
0,325015 0.4026
0.0548 0.391
PAD -4,27491
0.0490 -0.1616
-1.152 KONS
0,166592 0.0001
0.4932 3.515
LINVS 0,859675
.0001 -
-
Persamaan Ekspor Daerah EXPD Intercept
885709.3 0.0056
- 5260.21
0.9935 NTRP
-112.862 0.0030
-1.3457 -12,028
PDRB 0.152388
.0001 0.3322
2,969 INFL
97.14248 0.2040
0.0925 0,827
LEXPD 0.888123
.0001 -
-
Persamaan Impor Daerah IMPD Intercept
-27584,5 0.2989
- 8099.41
0.99439 PDRB
0,004562 0.9227
0,0128 0,318
KONS 0,208677
0.0300 0,3265
0.815 LIMPD
0,959934 .0001
- -
Konsumsi swasta tahun sebelumnya menunjukkan tanda positif dan berpengaruh nyata terhadap konsumsi swasta tahun berjalan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perilaku konsumsi masyarakat tahun berjalan cenderung mengikuti pola konsumsi tahun sebelumnya.
7.3.2. Investasi Swasta
Hasil pendugaan model persamaan investasi swasta menunjukkan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0.9789. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas belanja modal, pendapatan asli daerah, konsumsi swasta,
dan investasi swasta tahun sebelumnya, secara bersama-sama dapat menjelaskan 97.89 persen fluktuasi variabel investasi swasta tahun berjalan, pada taraf nyata
α 0.0001, yang ditunjukkan oleh F dengan nilai 1586.91, dapat dilihat pada Tabel 29.
Belanja modal pemerintah, berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap investasi swasta. Koefisien elastisitas belanja modal terhadap investasi swasta
sebesar 0.0548 dalam jangka pendek dan sebesar 0.391 dalam jangka panjang. Artinya setiap 10 persen kenaikan belanja modal pemerintah daerah akan
meningkatkan investasi swasta di daerah tersebut 0.548 persen dalam jangka pendek dan 3.91 persen dalam jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
penambahan belanja modal yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dalam
143 membangun infrastruktur di daerah, akan mendorong para investor untuk
menanamkan modalnya di daerah tersebut. Temuan ini sejalan dengan temuan Erden and Holcombe 2006 pada 19 negara berkembang dan temuan Haroon and
Nasr 2011 di Pakistan. Pendapatan asli daerah berpengaruh negatif dan nyata terhadap investasi
swasta. Koefisien elastisitas pendapatan asli daerah terhadap investasi swasta sebesar -0.1616 dalam jangka pendek dan sebesar -1.152 dalam jangka panjang.
Artinya setiap kenaikan pendapatan asli daerah sebesar 10 persen, maka akan menurunkan investasi swasta 1.616 persen dalam jangka pendek dan 11.52 persen
dalam jangka panjang. Hal tersebut menunjukkan bahwa apabila pendapatan asli daerah meningkat, maka investasi swasta akan turun. Dengan demikian pemerintah
daerah harus berhati-hati dalam menggali potensi penerimaan dari pajak dan retribusi daerah agar tidak menimbulkan ekonomi biaya tinggi high cost
economy. Konsumsi swasta berpengaruh positif dan nyata terhadap investasi swasta.
Koefisien elastisitas konsumsi swasta terhadap investasi swasta adalah 0.4932 dalam jangka pendek dan 3.515 dalam jangka panjang. Artinya apabila konsumsi
swasta meningkat 10 persen, maka investasi swasta akan meningkat 4.932 persen dalam jangka pendek dan 35.15 persen dalam jangka panjang. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kenaikan konsumsi swasta akan meningkatkan investasi swasta. Kondisi ini cukup wajar mengingat para investor secara teoritis cenderung
menanamkan modalnya di daerah konsumen. Investasi swasta tahun sebelumnya menunjukkan tanda positif dan
berpengaruh nyata terhadap investasi swasta tahun berjalan. Hal ini menunjukkan bahwa para investor cenderung mengikuti pola investasi tahun sebelumnya.
7.3.3 . Ekspor Daerah