63 kenaikan harga yang terus menerus, Langdana, 2009.
3.7. Kinerja Sektor Pertanian 3.7.1. Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian
Pertumbuhan output pertanian dapat dilihat dari pertumbuhan pada kontribusi PDRB sektor pertanian, dan laju pertumbuhan relatif produk netto
pertanian dengan non pertanian. Jika P
p
= produk netto pertanian, P
N p
= produk netto non pertanian, dan P
N
= total produk domestik regional bruto atau Y, maka hubungan tersebut dapat dijelaskan dengan persamaan Hess dan Ross, 1997;
Norton, 2004; Darsono, 2008: Y = P
P
+ P
PN
.....................................................................................
3.13 Dengan mentransformasi persamaan 3.11 maka proporsi share dari
setiap sektor terhadap output, yang mencerminkan seberapa besar pengaruh dari setiap sektor terhadap pertumbuhan output. Hubungan tersebut diformulasikan:
NP NP
NP P
P P
P P
ΔP P
P P
Y Y
+ ∆
= ∆
................................................
3.14 Peran sektor pertanian dalam ekonomi cenderung berasosiasi dengan
kombinasi tiga hal, 1 pangsa PDRB sektor non pertanian relatif lebih tinggi daripada pangsa PDRB pertanian, 2 laju pertumbuhan output pertanian yang
relatif rendah, dan 3 laju pertumbuhan output non pertanian yang relatif tinggi yang membuat suatu perbedaan positif yang besar antara pangsa PDRB non
pertanian dengan pangsa PDRB pertanian.
3.7.2. Penyerapan Tenaga Kerja
Teori alokasi tenaga kerja yang lebih relevan untuk menjelaskan fenomena pasar tenaga kerja di negara berkembang, termasuk Indonesia adalah model
Harris-Todaro Model H-T. Dalam Model H-T, perekonomian dibagi atas tiga sektor sebagai penyederhanaan yakni sektor pertanian, sektor modern, dan
sektor informal. Asumsi model H-T: 1 pada sektor manufaktur berlaku upah minimum
yang ditentukan secara kelembagaan, 2 pada sektor pertanian berlaku fleksibilitas upah. Mengikuti Model H-T, keseimbangan alokasi tenaga kerja antar
kedua sektor tersebut diperlihatkan pada Gambar 4.
Sumber: Todaro 2009 Gambar 4. Model Migrasi Haris Todaro
Dalam perekonomian pasar neoklasik upah ditentukan oleh mekanisme pasar dan segenap tenaga kerja akan dapat diserap. Tingkat upah keseimbangan
akan tercipta bila W
A
=W
M
, dengan pembagian tenaga kerja sebanyak O
A
L
A
untuk sektor pertanian dan O
M
L
M
untuk sektor manufaktur. Akan tetapi Todaro, 2009 berasumsi bahwa tingkat upah ditentukan oleh pemerintah bukan oleh
mekanisme pasar, sehingga garis lengkungnya tidak lagi fleksibel, katakanlah sebesar yang terletak di atas garis W
A.
Jika dalam perekonomian tidak ada pengangguran, maka tenaga kerja sebanyak O
M
L
M
akan bekerja pada sektor industri di perkotaan, sedangkan sisanya sebanyak O
A
L
M
akan berkecimpung dalam sektor pertanian di pedesaan O
A
W
A
. Hal ini menunjukkan bahwa upah yang diterima disektor pertanian lebih rendah dari upah pasar yang mencapai
O
A
W
A
Karena itu tercipta suatu kesenjangan atau selisih tingkat upah antara kota dan desa sebanyak W
M
-W
A
. Apabila para pekerja di perdesaan bebas melakukan migrasi, maka
walaupun di desa tersedia lapangan sebanyak O
A
L
M
, para tenaga kerja akan melakukan migrasi ke kota untuk mendapatkan tingkat upah yang tinggi. Apabila
peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan dinyatakan Upah Sektor IndustriModern
L
A
O
A
W
A
A
W
A
W
A
L
A
L
M
Q
M
L
M
q’ Upah Sektor Pertanian
A’ q
M’ M
W
M
W
M
Z E
L
US
65 dengan rasio antara penyerapan tenaga kerja sektor manufaktur L
M
dan total angkatan kerja desa L
US
, maka nilai peluang itu dapat dihitung dengan rumus:
M US
M A
W L
L W
= .........................................................................................
3.15 Nilai peluang perolehan pekerjaan inilah yang akan menyamakan tingkat
upah di perdesaan yaitu W
A
. Adanya selisih tingkat upah desa-kota tersebut, mendorong terjadinya arus migrasi dari desa ke kota, hal ini terlihat pada garis qq’
pada Gambar 3. Titik keseimbangan yang baru ini terlihat berada pada titik Z dimana selisih pendapatan antara kota desa sebesar W
M
-W
A
, jumlah tenaga kerja yang masih ada disektor pertanian adalah O
A
L
A
. Sedang tenaga sebesar O
M
L
M
ada disektor industri dengan tingkat upah sebesar W
M
, dan sisanya adalah O
M
L
A
- O
M
L
M
akan menganggur atau memasuki sektor informal yang pendapatannya rendah, Jhingan, 2004.
3.8. Kerangka Pikir