Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

Kalau kita perhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi produk domestik regional bruto, pada semua sektor, kita melihat bahwa investasi swasta memegang peran penting dalam mendorong pertumbuhan produk domestik regional bruto. Dikatakan demikian karena dari sembilan sektor yang dikaji, investasi swasta, berpengaruh nyata dan positif terhadap tujuh sektor. Sementara dua sisanya walaupun tidak berpengaruh nyata, tetapi tetap berpengaruh positif terhadap produk domestik regional bruto. Oleh karena itu untuk meningkatkan PDRB kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan, maka pemerintah daerah harus dapat menciptakan iklim usaha yang sehat, dalam upaya untuk mendorong para investor untuk menanamkan modal di daerah ini. Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh pemerintah daerah adalah dengan memperbaiki infrastruktur yang ada, dengan cara lebih mengutamakan belanja modal. Hal ini penting karena dalam model sebelumnya terlihat bahwa belanja modal berpengaruh positif terhadap investasi swasta. Disamping investasi swasta, variabel yang cukup penting dalam mendorong pertumbuhan PDRB adalah dana dekonstrasi, tugas pembantuan, dan pengeluran lain dari pemerintah yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan bantuan pendanaan dari pemerintah pusat dan provinsi, masih menjadi suatu kebutuhan dalam mendorong pertumbuhan produk domestik regional bruto kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Temuan ini sekaligus memperkuat teori pertumbuhan ekonomi Solow, bahwa penambahan tenaga kerja dan modal investasi swasta dan pemerintah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

7.4.2. Kerangka Model Penyerapan Tenaga Kerja

Dalam penelitian ini penyerapan tenaga kerja dibagi dalam dua sektor yaitu sektor pertanian dan non pertanian. Hasil pendugaan model terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor pertanian dan non pertanian dapat dilihat pada Tabel 31.

7.4.2.1. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

159 Hasil pendugaan model persamaan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian menunjukkan nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0.9675. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas; jumlah angkatan kerja, investasi swasta, dan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian tahun sebelumnya, secara bersama-sama dapat menjelaskan 96.75 persen, fluktuasi variabel penyerapan tenaga kerja sektor pertanian tahun berjalan pada taraf nyata α 0.0001, yang ditunjukkan oleh F dengan nilai 1358.40, dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Hasil Estimasi Model Penyerapan Tenaga Kerja Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian PTKSP Peubah Estimasi Prob[T] Elastisitas F-hitung Adj R-Sq J. Pendek J. Panjang Intercept -1167.51 0.4111 - - 1358.40 0.9675 AKK 0.052376 0.0161 0.1100 2.1587 INVS -0.00652 0.0280 -0.0324 -0.6350 LPTKSP 0.949041 .0001 - - Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja Non Pertanian PTKNP Intercept -624.69 0.6673 - - 5205.17 0.9913 INVS 0.017133 .0001 0.0953 0.6122 AKK 0.050626 0.0011 0.1191 0.7650 LPTKNP 0.844376 .0001 - - Hasil estimasi model juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja, dan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian tahun sebelumnya, berpengaruh positif dan nyata terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian tahun berjalan. Koefisien elastisitas jumlah angkatan kerja adalah 0.110 dalam jangka pendek dan 2.1587 dalam jangka panjang. Hal tersebut menunjukkan bahwa apabila angkatan kerja, meningkat 10 persen, maka penyerapan tenaga kerja sektor pertanian meningkat sebesar 1.10 persen dalam jangka pendek dan 21.587 persen dalam jangka panjang. Hasil tersebut sesuai dengan teori bahwa apabila angkatan kerja meningkat, maka mereka dapat memilih bekerja pada sektor peratanin dengan upah rendah dibanding mereka menganggur. Investasi swasta, berpengaruh negatif dan nyata terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian. Hal tersebut menunjukkan bahwa apabila investasi swasta meningkat, maka penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian akan turun. Koefisien elastisitas investasi swasta adalah - 0.0324 dalam jangka pendek, dan -0.6350 dalam jangka panjang. Hal tersebut menunjukkan bahwa apabila investasi swasta meningkat sebesar 10 persen, maka penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian turun sebesar 0.324 persen dalam jangka pendek, dan turun 6.350 persen dalam jangka panjang. Hal ini cukup wajar mengingat para investor umumnya menanamkan modalnya di luar sektor pertanian, sehingga dengan meningkatnya investasi swasta, maka secara otomatis lapangan kerja luar sektor pertanian akan meningkat, yang berdampak pada menurunnya tenaga pada sektor pertanian. Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian tahun sebelumnya, menunjukkan angka positif dan berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja tahun berjalan. Hal ini cukup wajar mengingat tenaga kerja yang telah terbiasa bekerja pada sektor pertanian umumnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah, sehingga sangat sulit untuk keluar dari sektor pertanian.

7.4.2.2. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Non Pertanian